Setitik sinar di kegelapan...
***
Fay membongkar semua isi tasnya, memeriksa setiap lembaran yang ada di buku, juga memeriksa tumpukan buku yang ada di atas meja belajar, tetap nggak menemukan apa yang dicarinya. Fay duduk di kursi meja belajarnya sambil mengingat-ingat dimana dia meletakkan benda itu.
Cewek itu membuka binder besar kumpulan kertas berisi gambar yang dibuatnya. Memeriksa kembali lembar demi lembar, tetap saja gambar yang dicarinya tidak ada di sana. Fay menghela napas panjang.
"Apa mungkin jatuh?" dia bertanya pada dirinya sendiri.
Fay membereskan buku-buku yang berantakan di lantai dan meja belajar.
"Fay."
Cewek itu mendengar namanya dipanggil. "Ya, Ma," sahutnya. Begitu selesai merapikan buku-bukunya, Fay langsung keluar kamar. Dilihatnya Mama sedang menonton di lantai bawah bersama Fin. Dari atas cewek itu berseru.
"Kenapa, Ma?"
Mamanya menoleh. "Kenapa, apanya?" perempuan itu menatap Fay dengan alis terangkat.
"Mama panggil Fay kan tadi?"
"Nggak tuh," Mama menyahut. "Orang dari tadi Mama nonton."
"Masa?"
Dia kembali masuk ke kamar. Sebelum Fay menutup pintu kamar, dia masih sempat mendengar adiknya berteriak.
"Mungkin temen-temen Kakak yang ngajak main."
Fay mengembuskan napas kuat-kuat.
Sialan Fin. Teman-teman yang dimaksud Fin pastilah makhluk-makhluk asing itu. Terkadang Fay merasa adiknya lebih beruntung. Sering kali dia berharap, Fin-lah yang memiliki penglihatan seperti ini.
Fay.
Suara itu terdengar pelan dan serak, namun cukup jelas di telinga Fay, seperti ada di dekatnya. Fay enggan menatap sekelilingnya. Mungkin adiknya benar, yang memanggilnya adalah makhluk-makhluk asral itu. Memang siapa lagi, coba?
Ada suara tapi tak berwujud.
Fay...
Untuk ketiga kalinya, suara itu kembali memanggil namanya. Fay masih tak menghiraukan.
Sesuatu yang dingin menyentuh bahunya. Fay terperanjat. Tiba-tiba tubuhnya membeku. Rasa gugup mengalir cepat ke dalam tubuhnya, membuat dadanya berdegup kencang.
"Fay..."
Suara itu lagi. Suaranya terasa sangat dekat, seperti berada di balik punggungnya. Cewek itu merasa ada yang bergerak di belakangnya. Dari sudut mata, dia menangkap bayangan putih mendekat. Jantung Fay semakin kencang berdegup. Dan entah kenapa napasnya seperti tersangkut di tenggorokan tak dapat keluar.
Oke, ini memang bukan yang pertama kali Fay didatangi secara sengaja oleh mereka. Rasa takut itu bahkan sudah pergi, jauh sebelum hari ini tiba.
Tapi bayangan putih itu... Dia seperti pernah melihatnya.Fay semakin sulit bernapas.
Bayangan putih itu kini berdiri di hadapannya, menunjukkan wajah seorang gadis berbalut gaun putih. Dan gadis itu, ah ralat, makhluk asral itu sedang menatapnya lurus-lurus.
"Maaf, aku nggak bermaksud buat kamu terkejut," suara itu bicara. Nada suaranya sangat lembut. "Aku Aline," ucapnya. "Sebelumnya kita pernah ketemu. Di taman sekolah beberapa hari lalu. Ingat?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Love
Teen FictionTELAH TERBIT. SUDAH BEREDAR DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA. Kepergian kekasih bisa membuat seseorang seolah jauh dari perputaran dunia. Kosong. Sepi. Begitulah hari-hari tersisa bagi ia yang patah hati, begitu juga Abid. Meski sang kekasih sudah la...