III. Senja : apa yang Indah?

67 8 0
                                    

Jakarta , 2013

"Mr.Adrian menunggumu Zahra."

Zahra menyunggingkan senyum tipisnya, sebelum memberi anggukan, tanda bahwa Ia akan segera beranjak. Setelah Sebastian, sekarang Adrian_pak wali kota_ Walikota yang selau terlihat ramah didepan press dan terlihat sangat menyanyangi keluarganya. bullshit! mereka semua pembohong public.

"Kenapa Kau ada disini juga Audy?, bukankah tadi Kau bersama Bimo."

Merasa namanya disebut Audy mengalihkan perhatianya dan tersenyum lebar pada madam Liana, setelah tadi Ia mengamati reaksi dari Zahra.

"Aku hanya ingin mengunjungi Zahra, Madam. Aku memang bersama Mr.Bimo tadi. tapi dia ada urusan didekat sini dan akan segera kembali sebentar lagi."

"Baguslah. layani dia dengan bagus Audy. dia salah satu pelanggan yang bisa membuat kita langsung kaya hanya dengan memejamkan mata."

Audy memasang senyum lebar, "Aku akan membuatnya berkeringat karna Aksi panas Kita." kekeh wanita itu.

Sesungguhnya Zahra sangat tidak suka, ketika Audy membuat itu menjadi sebuah lelucoan, tapi Ia sadar untuk tidak bertingkah seolah Ia membenci pekerjaan ini didepan Liana.

"Tentu saja. karna jika Kau tidak berhasil membuatnya puas. tentu saja Aku akan memotong jatahmu." Ucap wanita berumur 47 tahunan itu, sarat dengan nada ancaman

"aye aye mam." kekeh Audy, yang dibalas senyuman tipis Liana.

Wanita berusia 47-an itu kemudian beranjak pergi, sebelumnya Ia berucap pada Zahra yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara,

"'Sebelumnya bersihkan tubuhmu dan cepatlah bergegas, jangan membuatnya menunggu." Ditatapnya Zahra dengan malas, ''Ah, sialan. bagaimana bisa dua laki-laki penting itu menginkanmu dalam waktu bersamaan. Usahakan untuk tidak membuatnya terlihat jelas, bahwa Kau baru saja melakukanya dengan orang lain.'' Gerutu wanita itu. Sebelum hilang dibalik pintu.

Zahra hanya tersenyum tipis, sebelum bangun dan mengambil lingerie-nya yang tergelatak dilantai.

"Zahra,,," lirih Audy. wanita itu menatap Zahra yang sedang mengenakan pakaianya dengan sedih.

"Bukankah Kau sudah diingatkan untuk segera beranjak, Dee." Zahra mengancingkan kancing baju teratasnya, sebelum berbalik menatap Audy, "Kau harus bekerja keras jika Kau ingin menjadi kaya. dan pekerjaan Kita bukanlah sesuatu yang memerlukan tenaga banyak, bukan? Kita hanya tinggal menikmatinya saja."

Zahra berbalik akan melangkah kekamar mandi, karna seperti ucapan Liana tadi, seseorang sedang mununggunya, di kamar yang didedokarasi mewah diseberang sana. dihiasi lampu temaram.

"Zahra,,," ini bukan sebuah panggilan yang meminta Zahra untuk berhenti melangkah. namun sebuah seruan agar wanita itu tidak berpura-pura. Audy tahu betul bahwa Zahra tengah membual.

Wanita itu tengah menutupi sesuatu yang sangat menyakitkan, dengan bualanya tadi. dan Audy tahu itu.

"Aku baik-baik saja, Dee." Zahra berucap sambil memunggungi Audy.

Tatapanya lurus kedepan. Ia kembali berjalan, tak memperdulikan helaan nafas keras Audy yang menyiratkan bahwa wanita itu sudah sangat lelah dengan kebohongan Zahra.

"Kau harus segera beranjak, sebelum madam benar-benar memotong tifs mu. itu akan menjadi sia-sia bukan, memberikan tubuhmu namun uang yang Kau perlukan akan dihabisi olehnya." Ucap Zahra sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu kamar mandi.

___

Jakarta, 2018

"Aku melewatkan senja hari ini." lirih Zahra.

Bagi Zahra, harinya tidak akan lengkap, jika Ia tidak menghabiskan waktu dengan duduk didepan rumah menikmati senja. atau dimanapun, Ia bisa merasakan ketenangan dari langit yang berwarna orange itu.

Dan sekarang senja sudah terlewatkan.

"Kau menyukai senja?" tanya Angel terheran.

Angel bukan heran karna Zahra menyukai senja. toh apa yang salah dengan senja?.

Tapi wanita itu terheran, karna Zahra mengucapkan kesukaanya tentang senja dengan sangat santai, seolah perkataan gambalangnya beberapa detik lalu, bukanlah apa-apa. Perkataan zahra tentang wanita itu yang pernah menetap ditempat yang sekarang sering Angel kunjungi_untuk mencari hiburan karna keadaan dirumah_ seolah tak pernah terucap dari bibir tipis itu.

"Tentu saja. memang ada yang tidak menyukai senja."

"Aku lebih menyukai hujan daripada senja." balas Angel.

Sebenarnya wanita itu penasaran tentang Zahra yang dulu pernah sepertinya. Tapi Angel cukup mengerti untuk tidak mengusik privasi orang, terlebih itu adalah orang yang baru kau kenal. Angelpun akan sangat marah, jika ada orang yang mengganggu dengan pertanyaan sok tahunya.

"Sayang sekali. Tapi jika Kau mau Aku bisa memberitahumu, apa kelebihan senja daripada rintikan air yang Kau sukai itu." kekeh Zahra dengan nada mengejek.

"Tidak perlu! jika Kau yang menceritakanya Aku akan semakin membenci senja." balas Angel tak mau kalah.

Karna tahu perdebatan tak berujung mereka ini tidak akan selesai, jika tidak ada yang mengalah. Zahra memilih terdiam, dengan seulas senyum lebarnya. saat itu, saat bibir Zahra tertarik lurus, saat mata Zahra menyipit, Angel memperhatikan itu. Ia terkesiap, sekaligus takjub dan dapat menangkap bahwa senja bukanlah hal yang sekedar disukai Zahra tapi lebih dari itu.

"Sepertinya Kau sangat menyukai senja, Zahra. dan Aku menebak bahwa kau punya banyak cerita tentang senja."

Zahra terkekeh lagi, sepertinya malam ini ada orang lain yang membuatnya dapat tersenyum, selain seseorang yang sedang menunggunya dirumah. Malam ini ,Ada orang lain yang membuat Zahra bisa menunjukan sisi aslinya, sisi lain yang hanya ditunjukan pada orang-orang tertentu.

Zahra menggeleng, menatap Angel dengan senyum kemenanganya,

"Kau salah. ceritaku tentang senja selalu sama. duduk terdiam menikmati selama beberapa menit. hanya itu. tidak ada cerita menakjubkan dibalik rasa suka ku pada senja."

Karna Angel hanya diam, seolah membiarkan Zahra untuk memberikan penjelasan lebih, karna itu Zahra melanjutkan ucapanya lagi.

"Aku memang menyukai senja dari dulu. bedanya, saat itu Aku hanya mendapatkan ketenangan saat senja datang, lalu jika senja mulai beranjak, ketenangan itu hilang lagi. tapi beberapa hal terjadi, membuatku merasakan ketenangan meski senja belum datang. dan seolah tak cukup dengan itu, rasa kagum ku akan senja bertambah berkali lipat. Aku menganggumi senja dan kau mengagumi hujan, sebenarnya bukan kedua hal itu yang indah Angel. tapi tergantung bagaimana kau menyikapinya seolah itu adalah hal terbaik yang kau miliki."

Dan Senja adalah hal terindah yang Ku miliki. karna dia tak pernah meninggalkanku Angel. meskipun dia pergi, tapi dia tetap datang padaku tiap harinya, lagi.

Senja.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang