IV. Senja : Sebuah alasan

19 4 0
                                    


Luka tidak pernah benar-benar pergi. Ia tinggal dalam bekas, tersamarkan namun  tetap teringat.

Zahra

-

-

-

Jakarta, 2018

"Dimana Aku bisa menemukan Taxi ditempat seperti ini?!," Gerutu Angel, Matanya melirik tajam kearah Zahra. Suaranya sengaja Ia besarkan, Agar Zahra mendengar, Dan setidaknya wanita itu akan sedikit merasa bersalah. Setidaknya. tapi melihat kekehan Zahra, Angel yakin betul bahwa Wanita itu tidak terlihat memiliki beban hati, melihatnya yang kesulitan mencari kendaraan Di Gang sempit yang mereka lewati.

Dan kenapa Gang ini seolah tidak memiliki ujung, hingga rasanya Ia tak menemukan sebuah jalan besar dimana kendaraan berlalu lalang.

"Bukan salahku Jika kau terjebak disini. Kau yang mengikutiku," Jawab Zahra dengan santai.

"Karna Aku sudah terlanjur berakhir denganmu. jadi kupikir kau akan membawaku ketempat dimana aku bisa menemukan satu kendaraan yang bisa membawaku pulang. bukan malah ketempat seperti ini." Angel melirik kesekeliling, Ia baru menyadari bahwa ternyata tempat dengan gang-gang kecil seperti ini benar-benar ada.

Zahra tergelak.

"Kenapa Aku harus repot-repot melewati jalan besar, jika lewat jalan ini Aku lebih cepat sampai."

Pelototan tajam dari Angel sukses membuat Zahra tertawa. tatapan tak percaya dan marah dari wanita itu terlihat sangat lucu. Terlebih saat wanita itu bergerak kesampingnya, dimana jalan yang mereka lalui sedikit lebih lebar hingga mereka berdua bisa jalan bersisian. Itu mengingatkan Zahra pada seseorang.

"Kau tidak memberi tahuku dari awal?!."

"Kau tidak bertanya."

Angel menarik nafas dalam. tadinya Ia berpikir Zahra penyelamatnya malam ini. Dia berpikir, Dewi fortuna telah menjelma menjadi sosok perempuan dengan rambut bergelombang itu. tapi Ia salah total. bukan Dewi fortuna, melainkan memang sosok manusia yang entah kenapa bisa Angel percayai dipertemuan pertama mereka.

"Dan sekarang setidaknya bisakah Zahra yang terhormat ini menunjukkan padaku dimana jalan besar."

"Kau bisa mengikutiku. nanti ketika aku sampai rumah Kau akan melihat jalan besar."

"Dan Kapan aku bisa mencari hotel kalau seperti itu?!." Hardiknya dengan kesal.

Oh, Tuhan. tambahkan Volume sabarku. Batinya.

Lagi-lagi Zahra tergelak. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Atau mungkin wanita didepanya ini yang aneh. cara wanita itu tertawa, cara wanita itu marah, tentang bagaimana perilaku Angel. itu membuatnya mengingat seseorang dengan sikap yang sama. orang dengan sikap angkuh yang sama. Orang dengan_ Sontak Zahra langsung menggeleng. Tidak! Tidak seharusnya gambaran itu datang lagi.

Cukup lama Ia menormalkan diri, hingga akhirnya bersuara dengan nada tenang.

"Aku sedang tinggal dirumah sahabatku. Jika kau mau kau bisa menginap disana malam ini," tawarnya.

"orang yang menumpang memberi tumpangan."

Lagi-lagi Zahra tergelak. Ekspresi yang berlawanan dengan ekspresi Angel Yang tengah memutar bola mata dan tatapan bertanya-tanya. Apa yang lucu?.

"Aku hanya memberi tawaran saja."

Angel terlihat ragu, Ia melirik arlojinya sekilas. Waktu sudah menunjukan sepuluh lewat. Akan membutuhkan waktu lama, untuk mencari kendaraan. mengingat jalan besar masih membutuhkan waktu lumayan untuk sampai disana, karna mereka tengah berjalan kaki. Belum lagi Ia harus mencari hotel. sedangkan besok pagi, Ia sudah harus berada di persidangan 7 pagi.

Senja.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang