VII. Senja :

19 4 0
                                    


Jakarta, 2013

Zahra tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Ia tidak mengerti bagaimana keadaan mulai memposisikanya pada hal-hal yang tak pernah Ia bayangkan sebelumnya.

Tepat seperti keadaan malam ini. Saat sesuatu yang tidak Ia duga terjadi. Saatnya menuju step ke dua dari cerita Zahra, dimana Sam mulai ada didalamnya.

.

Ditengah hingar bingar club lantai satu. Padatan manusia bersesakkan, menari mengikuti irama. kerlipan lampu warna warni, membuat setiap wajah nampak begitu tamaram. begitu yang dirasakan Sam, di sofa panjang warna merah.

Sendiri, berdecak menghindari sinar yang sangat mengganggu matanya.

Kalau tahu akan seperti ini, Sam lebih memilih diam di Apartemen. Dibandingkan ikut ke club, merayakan hari pertamanya kerja, bersama orang-orang yang sok akrab denganya itu. Karna sungguh. Ia sudah berada pada tahaf bosan. Keramaian jenis ini bukan hal yang Sam sukai, hingga tanpa sadar, ia berjalan, mencari celah untuk lewat, bergerak menuju kearah yang berlawanan dari pintu keluar.

"Aku mau Ke lantai atas!." Ucap Sam saat seseorang yang berdiri didepan Lift, menghadang langkahnya.

"Bisa tunjukan kartu pengunjung Anda, Tuan." Ucap pria itu dengan sopan. Ditatapnya pria itu oleh Sam. Burhan, nama itu yang tertulis di Name tag yang terpasang di saku bajunya.

Sam mengernyit tak mengerti, Dia hanya terdiam dalam waktu cukup lama, dan seolah tahu bahwa Sam tak memiliki kartu pengunjung, orang itu kembali berbicara, "Maaf Tuan. ruangan diatas hanya bisa dinaiki oleh orang-orang yang memiliki kartu pengunjung atau sudah memesan sebuah ruangan disana."

Hah?

Sam berdehem pelan.

"Maaf pak. Saya tidak berniat untuk memasuki salah satu ruangan itu. Saya hanya membutuhkan benda dibelakang anda, yang bisa membawa saya ke atap gedung ini." Balasnya

"Maaf pak tidak bisa." Ucap pria tegap itu sekali lagi, meminta permakluman. "Jika Anda mau ke atap gedung ini, anda bisa menaiki tangga." Sambung pria itu lagi.

Sam melongo tidak percaya. Seumur-umurnya, baru kali ini Ia menemukan orang melarang menggunakan lift, hanya karna alasan... konyol. Tapi, melihat bagaimana pria itu tak bergeming sama sekali dari posisinya berdiri, membuat Sam menggeram kesal. Ia memilih mengalah, karna tak mau memperpanjang sisa waktunya dan membuatnya semakin lama ditempat ini.

Masih dengan wajah kesal Ia berjalan menjauh.

"Club sialan! Pelayananya buruk seperti ini." Rutuknya dengan nada yang sengaja dinyaringkan.

Akhirnya Sam memutar jalan kearah lorong sempit. Menaiki tangga sambil terus melirik arlojinya sesekali. Masih ada setengah jam.

Sam baru berada dilantai empat, saat kakinya tidak sengaja tersandung anak tangga. Benar-benar sialan. Kalau bukan karna si brengsek Agus yang tadi menarik paksanya kesini, sudah tentu. Ia tak akan mendapat kesialan. Tak akan membuang waktu berharganya.

Sam menatap setiap pintu tangga itu dengan kening berkerut. Ia mendadak penasaran, dengan apa yang sebenarnya ada dilantai-lantai itu. Karna bukan hanya Lift yang tidak bisa dinaiki sembarang orang, pintu tangga disetiap lantai ikut terkunci.

Sial. Mengetahui itu membuat Sam tersinggung. Seberapa penting sih orang-orang yang bisa masuk kesana?!. Bahkan Sam sampai berpikir, mungkin keramik dilantai atas itu terbuat dari emas, hingga hanya bisa diinjak oleh orang-orang tertentu.

Kalau hanya untuk ke lantai itu, kita harus memesan, Sam sangat mampu untuk memesan itu. Saking tersinggungnya, Ia bahkan sampai ingin kembali menuruni tangga, dan memesan satu ruangan. Agar Ia bisa kesana.

Namun segala kekesalan Sam hilang, mendadak berubah menjadi senyum penuh misteri. saat melihat pintu tangga lantai 6 sedikit terbuka. Sepertinya seseorang sudah menggunakanya dan lupa untuk mengunci kembali. Sebagian lain dari dirinya tersenyum meremehkan, sikap menjengkelkan yang ada pada dirinya terbangun, tanpa diperintah.

Kalau bukan karna pelayanan buruk yang Ia dapatkan tadi, dan entah kenapa membuatnya tersinggung. Sam mungkin tidak akan sesemangat ini, sampai-sampai memasuki lantai enam melalui pintu itu, hingga melupakan tujuan utamanya ke atap gedung.

Dan ternyata...

.

.

Sudut bibir Sam tertarik lurus.

Sial!. Ia mendengus kesal dan menyebut kawanan binatang haram itu beberapa kali. Saat dibayanganya, Ia mungkin akan melihat sesuatu yang aneh. Sesuatu yang mungkin akan membuatnya tertawa lagi, hal-hal konyol yang membangunkan tawa. Namun...

Nol besar. Tidak ada apa-apa sama sekali. Hanya lorong panjang yang begitu lenggang. Deretan ruangan yang terkunci rapat.Bahkan kini, Sam terlihat seperti orang aneh yang tengah berdiri sendirian diujung lorong menuju tangga.

Ck. Ia menggeleng tidak percaya.

Tidak mau semakin terlihat aneh dan Bego .. Sam memilih untuk kembali, dan melanjutkan keinginan awalnya untuk ke atap gedung ini.

Sam memutar tubuhnya, namun terhenti, saat mendengar suara dari ujung yang berlawanan. Ia memicingkan mata. Dua orang nampak keluar dali lift. Berjalan lurus, tanpa mengetahui bahwa Sam disini tengah memerhatikan mereka dengan tangan bersidekap, seolah tengah menyaksikan tontonan yang seru.

Lalu, salah satu dari mereka _Si pria agak dewasa dengan kemeja formalnya_ membuka salah satu pintu ruangan. Pria itu lalu masuk terlebih dahulu... kemudian diikuti si wanita, yang tepat saat akan menutup pintu, menyadari keberadaan Sam.

Matanya terbelalak lebar, menatap kearah Sam yang malah tengah melemparkan tawa tertahan, bertolak belakang darinya... Yang kini tengah berdiri dengan wajah pucat pasi, dan tubuh mendadak lemas.

Seolah malaikat maut baru saja mengambil nyawanya.

TBC..

Senja.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang