ch.2

3.3K 370 29
                                    

Taeyong dan Haechan kini berada di TY Entertainment.  Taeyong bilang dia harus rekaman hari ini.  Jadi dia membiarkan Haechan berkeliling. 

Haechan menatap kagum setiap apa yang dia lihat disana.  Semuanya di luar dugaan dia. 

Bruk! 

Haechan menabrak seseorang.  Keduanya terjatuh.  Haechan segera bangkit.  Dia menawarkan bantuan kepada orang yang ditabraknya. 

Dia tidak menyanbut tangan Haechan.  Dia memalingkan wajahnya.  Dadanya naik turun. 

"Gwaenchana?" tanya Haechan.  Orang itu sepertinya sedang menangis.

"Apa sesakit itu?" tanya Haechan.  Orang itu masih menangis.  Dia mengangguk kecil. 

"Ah mianhae.  Aku ceroboh" Haechan merasa tak enak hati.  Dia menggeleng lemah.  Dia bangkit. 

"Ah,  tidak apa apa.  Aku meanangis bukan karena itu" ucap dia.  Dia sebisa mungkin mencoba tersenyum. Wajahnya di penuhi bintik merah. 

"Huang Renjun" Dia mengukurkan tangannya.  Haechan jelas menyambutnya dengan senang hati. 

"Lee Haechan" ucap Haechan. 

"Mau cerita mengapa kau tadi menangis?" tanya Haechan.  Renjun menganggukan kepalanya. 

"Di.... Ah sana saja" Haechan menunjuk sebuah kursi.  Mereka berjalan menuju kursi itu dan duduk disana. 

"Aku datang ke Seoul untuk menjadi seorang penyanyi" Renjun mulai bercerita. 

"Aku masih tak percaya bahwa aku terpilih menjadi trainee di agency besar seperti ini. Trainee di Sini akan tinggal Dorm. Di dorm ada sekitar 2 sampai 3 orang.  Aku tak tahu,  mungkin makanan atau kosmetik tak cocok untukku.  Kulitku mendapati bintik bintik merah ini.  Mereka mengucilkanku. Mereka bilang aku adalah anak yang jorok sehingga terkena penyakit menjijikan.  Pagi ini mereka membereskan barang barangku dan menyuruhku keluar" jelas Renjun.

"Tidak boleh seperti itu.  Dorm itu milik agency ini bukan milik mereka" titah Haechan. 

"Boleh.  Mereka mempunyai uang Haechan,  sedangkan aku tidak.  Kau tahu bukan dunia ini sudah tak adil?  Apapun bisa jika dengan uang.  Kau paham maksudku bukan?"

"Maksudmu bisa saja mereka membayar Ceo disini untuk mengusirmu?" tanya Haechan. 

Renjun menggeleng.  "Ceo disini pasti lebih kaya dari mereka.  Tapi.... " Renjun mengantungkan kalimatnya. 

"Tapi apa?" Haechan semakin tak sabar. 

"Ahjumma penjaga dorm" ucap Renjun.  Haechan hanya menatap Renjun bingung. 

"Aku bukan artis atau rookies.  Aku hanya satu trainee di antara ratusan.  Kehadiranku tak begitu menonjol.  Jika aku hilang ceo tidak mungkin menyadarinya.  Jadi tak ada masalah jika aku pergi.  Aku ingin mengadukan ini tapi,  aku tak punya bukti.  Makanya aku menangis" Renjun menjelaskan segalanya. 

Entah bagaimana Renjun bisa sepercaya itu dengan orang yang baru ditemuinya.  "Mengapa kau tidak kembali pulang saja?" tanya Haechan.  Renjun menggeleng lemas. 

"Aku tak punya uang untuk kembali ke China.  Lagi pula,  jika aku pulang berarti aku menyerah dengan impianku" jawab Renjun.  Haechan terdiam.  Dia ingin membantu tapi tak tahu bagaimana caranya. 

"Aku tahu bagaimana caranya.  Tapi,  bisakah kau antarkan aku ketempat rekaman suara?" tanya Haechan.  Renjun mengangguk. 

Renjun berjalan menuju tempat rekaman diikuti Haechan.  Haechan tau.  Dia akan menanyakan hal ini kepada Taeyong. 

MISSION DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang