ch.1

5.9K 402 67
                                    

Taeyong sedang menusuri jalan degan teratih atih.  Rasanya semua warga disini sudah tahu.

Apakah mereka sebenci itu dengan kaum seperti Taeyong?  Haruskah Taeyong transgender lalu pindah ke kota yang berbeda? 

Taeyong terduduk dibawah pohon.  Lututnya tak lagi mampu menompang tubuhnya.  Angin malam kota Seoul sangat dingin. 

Taeyong menangis dalam diam. Dia memang lelaki,  tapi hati dia bagaikan perempuan.  Lembut dan penuh kasih sayang. 

Taeyong tidak melakukan kesalahan.  Taeyong tidak membunuh atau melecehkan siapapun.  Taeyong hanya menyukai sesama jenis. Apa itu salah? 

"Hiks" Taeyong terus menangis.  Warga Busan menghujatnya.  Jika saja mereka bisa mengusir Lee Taeyong mungkin mereka akan melakukannya. 

"Appa.. " terdengar suara dari temoat yang cukup jauh dari Taeyong.  Suaranya parau seperti menahan sakit. 

Taeyong diam untuk mendengarkannya lagi.  Bisa saja itu hanya halusinasinya. 

"Appa... " tidak!  Itu bukan halusinasi taeyong.  Suara itu terlalu jelas.  Suara anak kecil yang memanggil ayahnya. 

Taeyong berjalan menuju sumber suara.  Sedikit gemetar karena bisa saja itu bukan manusia. 

Di sana,  di bawah pohon besar.  Duduk seorang anak kecil. Taeyong menghidupka ponselnya.  Kulit anak kecil itu menyatu dengan gelap. 

"Astaga!" Taeyong terpenjat.  Anak kecil berkulit gelap itu bukan hanya sekedar duduk di bawah pohon.  Ia di ikat. 

Wajahnya penuh luka.  Begitu pula dengan tangannya.  Tanpa fikir panjang Taeyong melepaskan ikatan yang melilit anak kecil itu. 

Taeyong menggendkng anak kecil itu menuju rumahnya.  Di perjalanan Taeyong tak menanyakan apapun.  Taeyong tahu,  anak kecil itu terlalu lemah untuk menjawab pertanyaan. 

Sesampainya dirumah Taeyong mendudukan anak kecil itu di sofa.  Taeyong lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan dan air hangat.

Taeyong kembali lagi setelah 20 menit.  Anak itu  benar-benar kurus dan lesu. 

"Kemari,  letakan kakimu di air hangat" Taeyong menuntun kaki anak itu ke air hangat. 

"Sembari kau makan,  aku akan memijat kakimu" ucap Taeyong.  Dia memijat kaki anak itu perlahan. 

Anak itu hanya diam dan memakan makanan yang diberikan Taeyong. 

"Ah!  Aku baru ingat" Taeyong kembali oergi ke dapur untuk mengambil air putih. 

Setelah itu,  Taeyong memberikan air itu ke anak itu.  Taeyong kembali memijat kaki anak itu di air hangat. 

"Terima kasih" ucap anak itu setelah sekian lama bungkam suara.  Taeyong menatapnya sekilas lalu mengangguk sambil tersenyum. 

"Ini sudah terlalu malam,  aku akan mengantarmu pulang besok pagi,  tidurlah di kamar ku" ucap Taeyong.  Anak itu mengangguk. 

Taeyong menuntunya ke kamarnya.  Anak itu masuk dan berbaring di kasur.  "Jaljjayo" ucap Taeyong.  Kemudian taeyong keluar dari kamarnya.  Taeyong putuskan hari ini dia akan tidur di sofa. 

Sebenarnya,  Taeyong memiliki banyak kamar.  Hanya saja tidak ada kasur atau apapun.  Hanya ruangan kosong. 

Ini sudah hampir dua jam Taeyong berbaring di sofa.  Tapi dia tak bisa tidur.  Taeyong tak nyaman.  Ini pertama kalinya dia tidur di sofa. 

"Hyungie" sebuah suara membuat Taeyong bangun dan meligat ke sunber suara. 

"Tidur bersamaku saja tak apa" ucap anak itu.  Taeyong tersenyum.  Dia melangkahkan kaki memuju kamarnya. 

MISSION DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang