Warna untuk Langit

29 4 0
                                    

kelabu.

Langit selalu kelabu semenjak ditinggal Jingga.

Langit selalu menitikkan air matanya semenjak ditinggal Jingga.

Langit seakan runtuh semenjak ditinggal Jingga.

"Udahlah, cowok brengsek kayak Jingga emang ga pantes bersanding sama cewek baik-baik kayak lo" Itu lah nasihat yang selalu Rava katakan pada Langit. Namun, Langit telah dibutakkan Jingga rupanya. Nasihat Rava malah selalu ia perdebatkan.

"Apasih, Ra? Jingga ga brengsek! Gue yang salah. Harusnya gue ga nuduh dia selingkuh sama sunny" Jika sudah begini, Rava hanya bisa menghela nafas kasar sembari memutar kedua bola matanya lalu terdiam.

Rava terus mencari cara agar Langit tak lagi kelabu. Ia mencoba mencarikan cowok yang dapat mengobati hati Langit. Tapi, semua ditolak Langit mentah - mentah. Rava pun geram, ia menghentikan usahanya sementara dan membiarkan Langit menikmati keruntuhannya.

Sebulan sudah Rava membiarkan Langit runtuh. Dirinya sangat tak tahan melihat sahabatnya itu suram seram.

Beruntungnya, Rava menemukan warna baru yang sepertinya cocok untuk Langit.

Biru si siswa pertukaran pelajar yang baru saja kembali ke Indonesia.

Biru menjadi perbincangan hangat seantero sekolah. Semua perhatian selalu saja tertuju pada Biru. Tapi tidak dengan Langit.

Langit terlalu sibuk menangisi Jingga. Dirinya bahkan tidak sadar akan kedatangan Biru.

"Langit, Langit!" Rava mengguncangkan bahu Langit. "Apaan sih? lepas ih. Sakit tau!" Langit memandang Rava tak suka. Langit pun memundurkan badannya, berusaha menjauhi Rava. Tanpa sengaja, Langit menyenggol pulpennya hingga terjatuh.

"E-Eh makasih ya" Langit menerima pulpennya dari lelaki yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Itu siapa Ra? temen sekelas kita? kok gue ga pernah lihat?"

"Lo tuh, ya. Selama ini kemana aja? semedi? apa bertapa? Doi udah jadi trending topic dari kemarin lusa!" Bisik Rava.

Langit mengangkat kedua alisnya, bingung. Sepertinya ia tidak mendengar desas-desus apapun tentang cowok barusan. Atau lebih tepatnya, ia menulikan pendengarannya semenjak Jingga, Sunny, dan dirinyalah yang menjadi topik desas-desus siswa yang haus bahan perbincangan.

Rava ingin memberi info lebih banyak lagi mengenai Biru, namun sayang, Bapak berkepala plontos pengajar fisika telah memasuki kelas, membuat semua murid terdiam.

*
Seperti biasa, Langit memilih menghabiskan bekalnya di kelas dibanding harus makan di kantin. Biasanya, Rava ikut menemani Langit untuk makan di kelas. Dan biasanya, Kelas hanya diisi oleh Langit dan Rava di jam istirahat seperti sekarang ini.

Tapi, hari ini tidak seperti biasanya bagi Langit. Hari ini Rava tidak bisa menemani Langit di kelas karena dirinya ada pertemuan ekskul Object.

"Hey, boleh minta tolong?" Langit terkejut menyadari ada orang selain dirinya yang mengisi kelas ini.

"Gue gabisa ngaduk rata, pasti bumbunya hanya terasa di satu bagian. Jadi, tolong adukin, ya?" Biru menyodorkan kotak bekalnya yang berisi mie goreng dengan bumbu yang belum diaduk.

Langit mengernyit. Dirinya tak habis pikir ada anak SMA yang belum bisa mengaduk bumbu mie.

"makasih ya" Ucap Biru begitu Langit selesai mengaduk mie-nya.

Biru mendudukkan dirinya di bangku depan Langit. Dengan santai, dirinya makan menghadap Langit.

"Kenalin, gue Biru." Biru memperkenalkan dirinya yang di balas oleh anggukkan kecil dari Langit.

AdolescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang