21

1.4K 157 25
                                    

Raya Pov

Aku mendengus kesal saat membaca satu pesan masuk yang sangat ku tunggu-tunggu. Laki-laki itu menghilang sejak kemarin dan hanya memberi kabar dengan satu pesan singkat.

Maaf karena tidak memberimu kabar seharian ini. Ada banyak masalah yang harus aku selesaikan, jangan khawatirkan aku. Aku akan segera kembali sayang.

Mondy

Huh... tidak bisakah ia meluangkan sedikit waktu untuk menelfonku ?
Aku hanya ingin mendengar suaranya, setidaknya akan sedikit mengurangi kerinduanku padanya. Dasar menyebalkan.

*

Raya berjalan memasuki kantor dengan wajah cemberut dan tidak bersemangat. Raya hanya tersenyum paksa saat beberapa karyawan lain menyapanya.
Tak lama ia tiba di depan ruangan kerjanya dan juga ruangan Mondy kekasihnya.
Raya tidak langsung membuka pintu ruangan itu, dalam hati ia berdoa semoga di dalam sana sudah ada sosok laki-laki tampan yang dirindukannya. Kalau memang ada ia akan menghambur ke pelukan hangat laki-laki itu dan tidak akan melepaskannya dalam waktu singkat.

Raya menarik nafas dalam-dalam sebelum menekan knop pintu ruangan tersebut.
Dan akhirnya ia kecewa karena ruangan itu masih kosong. Dengan lemah Raya berjalan memasuki ruang kerjanya.

**

Mondy memperhatikan layar monitor dengan seksama. Saat ini ia tengah mengamati Raya dari ruang CCTV kantornya. Entah karena apa gadis itu malah duduk di meja kerja Mondy bukan meja kerjanya.

"Ya Tuhan, lucu sekali" gumam Mondy saat melihat Raya beberapa kali mengetuk-ngetukkan pulpen yang digenggamnya ke kepalanya sendiri sesekali ia juga terlihat menggigit pulpen itu. Seperti tengah memikirkan sesuatu. Entah apa.

Mondy yang sudah tak tahan pun mengambil bunga mawar merah yang telah dibelinya sebelum ke kantor dan melangkah meninggalkan ruangan CCTV menuju ruangannya.

Cklek ....

Mondy membuka pintu ruang kerjanya dengan hati-hati agar Raya tidak sadar akan kedatangannya. Dan benar Raya tidak menyadari ada yang masuk ke ruangannya, terlihat ia masih asik dengan pemikirannya sendiri dengan wajah yang membelakangi pintu masuk.

Mondy berjalan mengendap-ngendap mendekati meja kerjanya. Mondy melipat kedua tangannya di dada dan berbicara seolah-olah Raya adalah karyawan yang sudah bersikap kurangajar karena dengan berani menduduki kursi kebesaran bos-nya.

"Cih... Jadi karena aku gak ada kamu merasa jadi bos ?" ucap Mondy dengan nada dingin dan terkesan marah yang dibuat-buat.

Raya mendongak dan terkejut mendapati Mondy sudah berdiri dengan bersidekap dada di hadapannya. Seketika Raya berdiri dan menundukkan kepalanya takut. Karena ia pikir Mondy akan benar-benar marah padanya.

"Ma...maaf Mon aku... aku cuma.."

"Cuma apa ?" ucap Mondy dingin.
Raya semakin gugup saat Mondy malah melangkah mendekati dirinya.
Melihat tatapan dingin Mondy padanya membuat nyali Raya menciut dan melangkah mundur.

Raya menautkan jari-jarinya dan menundukkan kepalanya saat Mondy telah tepat berada di hadapannya.

"Maaf....

"Ssssttttt" Raya tercekat saat Mondy dengan sengaja menempelkan jari telunjuknya di bibir ranum Raya. Tanpa Raya duga Mondy malah menarik dan mendekap dirinya erat.
Raya pun tak bisa untuk tidak membalas pelukan Mondy.

"Maaf" gumam Mondy tanpa melepas pelukannya.

Raya mendongak dan mata mereka bertemu saling menatap dalam.

Kisah AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang