28

1.7K 120 11
                                    

Raya meremas jari-jarinya gusar. Berkali-kali ia menenangkan detak jantungnya yang terus berdegup kencang. Jujur, ia gugup dan masih tak menyangka bahwa waktu begitu cepat berlalu, dan hari yang ia tunggu-tunggu pun telah tiba.

"Ambu, andai ambu masih ada pasti sekarang ambu nenangin Raya disini. Raya kangen abah dan ambu." Batin Raya.

Saat ini Raya duduk menunggu proses ijab kabul selesai. Sesekali perias pengantin yang bertugas mendandaninya mengusap peluh yang mengalir di wajah cantik Raya.

"Kamu kenapa ? Keringetan, padahal Ac-nya hidup loh. Kamu nervous ?"

Raya tersenyum tipis dan menggeleng pelan.

Wanita itu tersenyum dan kembali merapikan dandanan dan hiasan yang melekat di tubuh Raya.

Clekk

Raya sedikit terkesiap saat mendengar pintu dibuka.

"Sayang, sekarang Mondy sudah sah menjadi suami kamu." Raya tersenyum lega mendengar penuturan Fatma yang kini telah resmi menjadi ibu mertuanya itu. Fatma menggenggam lembut kedua tangan Raya.

"Sekarang kita turun ya, temui suami kamu."

Raya mengangguk pelan dan berjalan perlahan dituntun ibu mertuanya menuju tempat dilangsungkannya prosesi ijab kabul.

Saat Raya telah tiba di anak tangga terakhir, Mondy dan semua tamu yang hadir seketika menoleh pada mempelai perempuan yang ditunggu-tunggu tersebut.
Terpesona, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan tatapan Mondy pada Raya saat ini.
Bagaimana tidak, Raya yang biasanya seringkali hanya menggunakan celana jeans dan kaos, kini tampil cantik dan anggun dengan kebaya panjang yang melekat indah di tubuhnya.

Perlahan Raya duduk di samping Mondy. Dituntun pak penghulu.
Mondy membuka kotak cincin yang telah disediakannya dan menyematkan di jari manis Raya. Begitu pun sebaliknya.
Dengan mata berkaca-kaca Raya mencium tangan Mondy di depan semua tamu undangan yang menyaksikan pernikahannya.
Andai kedua orang tua Raya masih ada, mereka pasti sangat bahagia melihat putri mereka menikah dengan laki-laki yang dicintainya.

*

Acara dilanjutkan dengan resepsi mewah di sebuah hotel ternama di Jakarta.
Ball room yang cukup luas itu dipenuhi dengan para tamu undangan yang mayoritas adalah rekan bisnis Mondy.
Tak henti-hentinya Mondy dan Raya menyalami para tamu undangan. Sesekali Raya menghela nafas lelahnya, namun ia enggan menampakkan kepada semua orang bahkan Mondy sekali pun.
Bagaimana tidak, hampir seharian ini ia mengenakan high heels dan gaun yang cukup berat membuat tulang kakinya ngilu.

"Ciee... tau deh yang udah resmi." Goda Ranty saat tiba gilirannya menyalami sepasang pengantin yang terlihat sangat bahagia itu.

"Mon, ingat tuh jangan kasar-kasar huahaaa." Goda Rasya pada Mondy.

"Huaha sialan lo. Tenang bro, gue udah siapin jurus yang aman buat istri gue." balas Mondy membuat Raya dan Ranty menoleh pada kedua sahabat yang dengan tidak tahu malunya membahas hal yang tidak-tidak di depan umum seperti ini.
Huh, membuat malu saja.

"Aaacchhh." Jeritan kecil Mondy membuat Raya tersenyum puas.

"Rasain."

"Sakit yang." Keluh Mondy. Namun seolah tuli Raya tidak memperdulikan Mondy yang mengeluh di sampingnya. Ia tetap asik bercengkrama dengan Ranty.

"Oke Ray, aku akan balas kamu sayang nanti di kamar kita." Tubuh Raya menegang setelah Mondy membisikkan kalimat yang membuat tubuhnya berdesir.
Melihat reaksi Raya, Mondy menyeringai puas.

"Semoga kalian cepat nyusul ya." ucap Mondy pada Rasya dan Ranty saat mereka pamit. Dan dibalas kata "amin" dari ketiga orang itu.

**

Kisah AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang