Looking at the same sky adalah adaptasi dari komik karya Touda Yoshimi-san.
"Bulan september... tinggal sebetar lagi, ya!".
"Suara serangga sudah jarang terdengar".
"Tapi cuaca masih panas dan menyebalkan".
"Bagaimana disana...?".
Belajar. Bermain. Percintaan.
"Rin!".
Namaku Seshima Rin.
"Kamu nggak bersemangat banget, deh!", ucap salah seorang teman cowok ku padaku.
"Kan, gara-gara kamu memaksaku datang ke pesta ini", jawabku.
"Habis kurang orang", balasnya.
Beberapa bulan sebelum kelulusan, teman temanku ingin menuntaskan hal-hal... yang belum sempat dilakukan. Contohnya, pesta karaoke ini.
'Mau pulang', pikirku.
Tiba-tiba ada seorang cowok duduk di sampingku.
'Hei... kenapa duduk di sampingku, sih?', desisku dalam hati.
"Namamu manis", ucapnya.
Aku mengabaikannya dan fokus pada ponselku.
"Boleh kupanggil kamu Rin-chan?", tanyanya.
Aku masih mengabaikannya.
"Ah! Namaku Takashi, biasa dipanggil Taka-chan",
Kenapa dia terus berbicara? Aku pun masih mengabaikannya.
"Hei. Habis ini mau nyanyi bareng...?"
Aku nggak suka... sama cowok kayak gini.
"Oi, Taka! Nyanyi bareng aku, yuk!"
"A-aku lebih jago nyanyi dibanding Rin. Nyanyi sama-sama yuk, Senba!"
Sepertinya teman-temanku menyadari perubahan atmosfer di ruang karaoke ini.
"Kamu ngirim pesan terus, ya?", tanya cowok itu, siapa ya, Senba ya? Atau Takashi? Entahlah.
"Nggak baik, kan, kalau sikapmu begitu saat sedang senang-senang bersama?"
Ngiiiiiiiiiing...
Hening..."Ma-maaf, Rin"
Aku langsung mengambil microphone dan bernyanyi.
"Eh?"
"Eh?! Nyanyi?!
Apanya yang nggak "baik"? Biarkan saja aku sendiri!
Esoknya,
'Kayaknya gara-gara kemarin kebanyakan nyanyi tenggorokanku jadi sakit...", keluhku dalam hati.
"Manajer", panggil seseorang.
"Mau pulang? Sekali-kali datang latihan, dong!", lanjutnya."Kan mantan manajer", jawabku.
"Omong-omong, sayang, ya, kita kalah di in high", jelasnya.
"Yah, tim kita lemah sih, jadi sudah biasa", balasku.
"Tapi kukira tahun ini kita bisa lolos. Karena ini musim panas terakhir SMA, dia bisa marah, kan?", jelasnya lagi.
"Bukannya ketawa?", jawabku.
"Ah, gitu ya?", tanyanya, lalu kami tertawa bersama.
Dia adalah salah satu anggota atletik di sekolahku dan aku adalah mantan manajer mereka.
"Hari ini... sedikit lebih sejuk".
"Sudah dua musim panas sejak hari itu
"Sebentar lagi..."
-SKIP-
"RIN-CHAN...!", kejut seseorang yang tak kukenal sama sekali.
"GYAA!", teriak ku benar-benar kaget.
"H-hei"
Sekilas aku melihat wajahnya menyesal.
"Maaf, maaf. Aku bikin kaget, ya?", tanyanya penuh rasa sesal.
"Ka..."
"...mu siapa, ya?", lanjutku melanjutkan kata-kata yang sempat menggantung.
"EEEH!?", teriaknya kaget.
Lalu ia pun menjelaskan, ia adalah orang yang berada di pesta kemarin. Ia bilang, aku sama sekali nggak melihat atau berbicara padanya.
'Wajahnya mirip dengan 'dia'.
Aku sampai kaget', pikirku.
"Rin-chan, minta alamat emailmu, dong! Kemarin nggak sempat nanya", tanyanya. Ah ya, ia bernama Senba Takashi.
"Ah! Jangan-jangan yang kamu kirimi pesan itu pacarmu, ya?", tanyanya, lagi.
"........."
"Yaaah. Tapi, aku nggak masalah, sih. Kasih tahu alamat emailmu, dong!♥", lanjutnya.
"Ukh..."
"Kalau mau alamat email cewek, tanya saja sama cewek lain jangan aku", protesku."Aku maunya alamat email Rin-chan", ucapnya.
Kalimatnya membuat diriku sempat tertegun. Tapi...
"Nggak mau", jawabku.
"Punya pacar tapi malah datang ke pesta. Pelit", ocehnya.
"Aku cuma melengkapi jumlah orang. Dan jangan panggil aku 'Rin-chan'", jelasku.
"Rin-ch..."
"Jangan panggil namaku", potongku.
"Jadi, enaknya panggil apa? Rin-rin"
"Jijik"
"Nona Rin"
"Siapa, tuh?"
"Shima-chan"
"Jangan pakai chan"
Suaranya...
Sangat mirip...
"Seshima"
Aku... membatu.
"Kalau... kupanggil begitu, kita bisa ketemu lagi?", tanyanya dengan senyumnya yang lebar.
Aku terdiam.
"........"
"........"
"Yang di pesta kemarin, makasih, ya! Suasananya jadi rusak gara-gara aku. Tapi karena Rin-... Seshima nyanyi, jadi tertolong", jelasnya."Bukan apa-apa", balasku.
"Kemarin aku yang salah kok", lanjutku.
"Tapi memang kesal, sih", ujarku, jujur."Haha...", balasnya sedikit tersinggung.
Hening sesaat. Kami berjalan bersisihan.
"Nah, rumahku di sekitar sini", ucapku.
"Eh? Biar kuantar sampai rumah", tawarnya.
"Nggak usah, yang bahaya itu kamu", balasku
"K-kejam", jawabnya.
"Seshima", panggilnya.
Aku menoleh.
"Sampai jumpa", pamitnya dengan senyumannya yang lebar dan matanya yang sipit. Rambut coklat mudanya terbang terbawa angin sehingga melambai-lambai dengan lembut.
Aku... terkesima.
'Mirip...'
"Bye bye", balasku.
'Dengan dia', lanjutku dalam hati.
~"~
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble.
FanfictionHanyalah kumpulan fan fiction mengenai sang penggemar dan idolanya. hope you like it... happy reading...