1. Hati bunga

49 13 6
                                    

🌺Aku akan melakukan apapun. Sekalipun itu hal yang gila. Agar aku bisa terus bersamamu, berada di sampingmu🌺



Tangannya terus bergerak memantulkan bola berwarna oranye itu.

Ia sendirian di lapangan ini.

Tidak. Hari ini, tidak ada latihan wajib untuk basket.

Ia hanya, ingin melepaskan penat dengan bermain basket.

Menurutnya, bermain basket akan mengurangi sedikit penat di otaknya. Seperti, basket adalah bagian dari dirinya.

Bermain bola itu tidak membutuhkan banyak konsentrasi(menurutnya saja, sih). Selain itu, ini adalah hobinya sejak kecil.

Ia masih mengenakan seragam sekolahnya. Baju putih dan celana abu-abu panjang. Tidak peduli dengan noda keringat yang akan mengenai baju seragamnya nanti.

Yang penting penat di otak dan hatinya menghilang.

Namun, konsentrasinya sedikit buyar tatkala sebuah cahaya mengenai dirinya. Seseorang sudah tertangkap basah oleh matanya sedang memotret dirinya dari kejauhan.

Dan Devon tertawa kecil.

Gadis itu. Gadis yang memotret dirinya dari kejauhan. Aletta. Ia terlihat sedang salah tingkah karena sudah tertangkap basah.

Devon memberhentikan permainannya. Membawa bola itu dan meletakannya di atas kursi pinggir lapangan.

Yang menjadi tempat persembunyian Aletta. Tepatnya di belakang kursi itu.

"Anak kacil," panggilnya.

Iya, Devon selalu memanggilnya Anak Kecil atau Gadis Loli atau Lolipop.

Gadis itu terlihat salah tingkah dan gugup. "Ehehehe." Ia menggaruk tengkuknya.

Dan makin terlihat aneh. Ketika ia malah mengambil permen lolipop yang sudah tergigit dari dalam saku roknya. Lalu, Aletta memakannya.

"Aletta," panggilnya. Cowok itu melangkah lebih dekat. Lalu, dengan sengaja ia mencubit kedua pipi Aletta.

Seketika, Aletta menjerit kesakitan.

Devon tertawa penuh kemenangan. Masih mencubit pipi Aletta ia berkata, "Makanya, jadi orang jangan jail."

Gadis itu mengusap-usap pipinya sembari menggerutu, "Sakit banget. Untung ganteng, kalau nggak ganteng udah gue sambit lo."

Dan Devon semakin tertawa saat mendengar gerutuan itu. Tangannya bergerak, lalu mengacak poni Aletta. Sedangkan gadis itu memajukan bibirnya kesal akan tindakan Devon.

"Mau pulang bareng nggak?" tanya Devon. "Eh, lo kan ada ekskul fotografi ,ya, sekarang?"

"Enggak, sih. Hari ini libur katanya, jadi ... gue mau pulang aja."

"Oh." Devon mengambil dan memakai sweater berwarna krim miliknya. "Ya udah, bareng gue aja." Lalu ia memakai tas punggungnya.

Jujur saja. Jika Aletta sedang menahan luapan kebahagian di dalam hatinya. Seperti sebuah kembang api yang baru saja di sulut dan mengeluarkan cahaya indah di atas langit.

Ia ingin berteriak. Sekencang-kencangnya.

Ia ingin mengatakan kepada seluruh dunia, bahwa seorang Devon mengajaknya untuk pulang bersama. Karena ini adalah kali pertama seorang Devon mengajaknya untuk pulang bersama setelah tujuh tahun lamanya.

Hingga seakan darah naik hingga ke pipinya dan membuat pipinya itu bersemu kemerahan. Untungnya Devon sedang membelakangi dirinya, sehingga cowok itu tidak melihat Aletta yang sedang bersemu.

You're AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang