PART 6

3 1 0
                                    

"Kamu mau kemana?" Tanya Kelana padaku. Aku menoleh ke arahnya dan memberikan tatapan kaget.

"Kok jadi Tanya aku sih?" Tanyaku tidak terima. Kelana tertawa mendengarnya.

"Ya emangnya? Kan kamu yang ngajak kencan." Jawabnya setengah menggodaku. Telingaku langsung sensitif mendengar kata kencan.

"Tunggu deh, aku nggak ngajak kencan. Kamu kok geer banget sih?" tanyaku kesal. Kelana tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Sampai-sampai aku harus menyuruhnya diam agar tidak menjadi bahan tontonan yang lain.

"Sorry sorry.. Habisnya kamu kan ngajak aku jalan. Apa dong namanya kalau bukan kencan?" Tanya Kelana.

"Jalan-jalan." Jawabku singkat.

"Terserahlah. Bagiku tetap saja kita sedang berkencan." Kata Kelana sambil tersenyum senang. Melihatnya tersenyum, mau tidak mau aku ikut tersenyum juga. Tiba-tiba aku teringat.

"Tunggu sebentar, jadi kita dari tadi hanya berjalan kaki tanpa tujuan?" tanyaku dengan nada protes.

"Hahaha, maunya? Habis kamu nggak kasih tujuan pasti sih..." jawab Kelana. Aku berhenti berjalan lalu mendengus kesal.

"Yang penting kan jalan-jalan." Kata Kelana. Aku hanya mencibir. Mataku memandang ke sekeliling lalu menemukan sebuah food truck dengan judul "The Americans". Aku tersenyum memandangnya lalu berganti memandang ke arah Kelana.

"Beli jajan di situ yuk. Kali ini aku yang traktir." Ajakku. Kelana mengikuti arah tanganku menunjuk lalu memandangku dengan takjub.

"Kamu mau makan lagi?" Tanyanya tak percaya. Aku tertawa kecil.

"Aku suka makan. Mumpung disini, aku ingin mencoba semua makanan yang hanya sebelumnya hanya bisa kulihat di instagram." Jelasku. Kelana memandangku remeh.

"Awas lho gendut." Cibirnya. Aku menggeleng.

"Nggak bakalan. Aku ini susah gendut." Jelasku.

"Emang kamu punya duit buat bayar?" tanyanya penuh ejekan. Aku memukul bahunya pelan tapi anehnya dia malah mengaduh kesakitan.

"Aku nggak semiskin itu, Kelana." Kataku. Dia masih mengaduh kesakitan. Aku putuskan untuk meninggalkannya dan berjalan sendirian menuju food truck tersebut.

"Tungguin!" Teriak Kelana kemudian menyusulku.

"Kamu mau beli apa, Al?" tanya Kelana padaku. Aku masih berusaha memilih-milih isian dan saus untuk hot dog milikku.

"Hot Dog." Jawabku singkat tanpa mengalihkan pandanganku.

"What is that, Sir?" tanyaku. Lelaki paruh baya itu tersenyum lalu menjawab pertanyaanku dengan mulus.

"Ya ampun, ini junk food tau, Al. Ga boleh makan ini." Protes Kelana di sebelahku. Aku menoleh ke arahnya lalu tersenyum. Sementara Kelana memasang ekspresi kesal yang menurutku sangat imut.

"Aku akan makan ini. Pertama kali seumur hidup. Cuma di Washington DC." Kataku dengan penuh penegasan.

"Nggak. Pokoknya kamu nggak boleh makan junk food." Kata Kelana.

"Sir, I cancel this. I'm sorry." Jawabnya lalu memberikan beberapa buah lembar dolar. Aku mendecak kesal.

"Ck, kenapa sih?" tanyaku kesal.

"Kita ke restoran langgananku aja yuk?" tanyanya. Tanpa persetujuanku Kelana menarik pergelangan tanganku.

Di perjalanan aku hanya diam. Masih kesal dengan kelakuannya yang seenaknya. Aku bahkan tidak melirik Kelana sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kelana UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang