PART 5

7 1 0
                                    

"Hallo, Tante. Apa kabar?" Aku menatap mereka berdua heran. Sementara Kelana menatapku dengan perasaan bersalah. Ada apa ini? Siapa wanita cantik yang bergelayut manja di lengan Kelana?

"Eh, Lucy. Baik, kok. Kamu dijemput Kelana tadi?" tanya Tante Dinar.

"Iya, Tante." Jawabnya sambil tersenyum malu. Aku menoleh ke arah Kelana yang sedari tadi terus membuang muka. Sementara wanita cantik bernama Lucy ini berganti menatapku heran lalu tersenyum sambil mengulurkan tangan.

"Hai, kamu pasti Alice ya?" sapanya. Aku mendadak kaget lalu ikut tersenyum.

"Eh, iya. Kamu Lucy?" tanyaku balik sambil menyambut uluran tangannya. Bibirku membentuk seulas senyum tulus yang kuharap sama tulusnya dengan wanita di depanku ini.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Gini lho, Alice. Lucy ini calon tunangannya Kelana." Kata Tante Dinar padaku. Bagai disambar petir aku mendengarnya. Aku menoleh kea rah Lucy dan Kelana bergantian. Lucy tersenyum malu-malu sementara Kelana terus membuang muka.

"Wow" komentarku. Aku tidak tahu harus berkomentar apalagi. Aku berusaha mencari kebenaran dari Kelana tetapi dia seperti menghindar dariku. Tante Dinar menatapku heran.

"Aku nggak menyangka kalau Kelana sudah punya calon secantik ini." Sambungku.

"Hahaha.. Iya benar. Anak-anak Tante semuanya memilih dengan benar. Tante senang sekali punya kamu dan Lucy." Kata Tante Dinar sambil tertawa. Aku balas tertawa, tetapi agak dipaksakan, sementara Lucy lagi-lagi dia hanya tersenyum.

"Tante mau masuk dulu ya. Mau jenguk Damar dulu. Habis itu kalian bisa gantian." Kata Tante Dinar sebelum berlalu. Aku menganggukkan kepalaku sambil memandangi kepergiannya. Setelah Tante Dinar menghilang, aku menghela napas berat. Hari ini dapat satu kejutan yang tidak terduga.

"Kelana, kamu kok diam saja dari tadi. Bicara dong.." kata Lucy sambil menyentuh telapak tangan Kelana. Kelana yang sedari tadi melihat ke arah yang lain hanya menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Senyum yang biasanya dia berikan padaku. Haduh, aku baper lagi. Aku siapanya sih? Cuma teman kan. Berhenti berharap yang tidak mungkin Alice. Ingat, kamu punya Damar.

"Aku cuma kecapekan aja kok, Sayang." Jawabnya mesra sambil tersenyum ke arah Lucy. Aku membuang muka. Lama-lama hatiku bisa teriris kalau melihat ini terus. Damar, cepet bangun dong. Aku tahu ini cuma perasaan sesaat. Kalau kamu disini, sakit hatiku pasti sembuh.

"Mau sarapan dulu? Kamu pasti belum sarapan." Ajak Lucy. Kelana menoleh ke arahku sekilas.

"Bareng Alice aja sekalian. Dia juga pasti belum sarapan." Kata Kelana. Aku bermaksud menolak tetapi Lucy sudah menggandeng tanganku. Jadi aku hanya pasrah mengikutinya.

Kukira kami hanya akan makan di tempat yang sama seperti kemarin. Ternyata salah. Kami makan di sebuah restoran kecil dekat rumah sakit. Aku penasaran apakah mereka tidak pernah masak sendiri dan selalu beli di luar.

"Ini restoran langgananku, Alice. Disini jual masakan timur." Kata Alice membuka percakapan.

"Duduk disana aja, Lus." Pinta Kelana. Kami memutuskan untuk duduk di tempat yang diminta Kelana.

"Kamu mau pesan apa, Lis?" tanya Lucy padaku.

"Samain kayak kalian aja." Jawabku singkat. Aku lagi tidak mood makan. Juga tidak mood untuk berada di situasi seperti ini.

"Pesankan sama denganku saja, Lus." Kata Kelana yang dibalas oleh anggukan oleh Lucy. 10 menit berselang, kami belum juga bicara. Kelana dam Lucy sibuk bermain handphone, begitu juga denganku. Entah kenapa suasana begitu canggung.

Kelana UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang