Cat 5

113 14 0
                                    

Senyum Aud – nama lelaki yang memelihara Mith, mengembang saat melihatku berjalan beriringan dengan Tebi memasuki halaman rumah.

Dia berdiri santai di depan pintu, memasukkan jari jemarinya ke dalam saku celana. Rasanya aku ingin segera melompat ke dalam pelukan lelaki tampan itu. Sayangnya aku tidak tahu kebiasaan Mith saat berjumpa dengan Aud.

“ Aku sudah menduga hal ini akan terjadi, ya kan Teb?” Alih-alih menjawab, Tebi hanya tersenyum miring.

Aku mengerling ke arah tebi. Jadi benaran ya, dia tahu soal  kebiasaan Mith yang satu ini. Hatiku sedikit bergetar, apakah yang dibicarakannya semua jujur?

“ Hey! Kau kan sudah tahu kebiasaanku.” Sergahku cepat. Aku berharap kegugupanku tidak terlihat. Apaan sih lelaki ini. Apa dia suka sekali mencandai kucingnya sendiri. Dasar..

“Yah.. jadi kau lebih memilih kucing ganteng ini daripada aku kan?” Aud membalikkan badannya lantas membuka kembali pintu yang belum sempat ditutup rapat. “ Saatnya sarapan Mith.. ajak Tebi sekalian.”

Aku memelototi Tebi begitu Aud tidak melihat kami berdua. Enyah sana bola bulu sialan! Kurang lebih begitu arti dari tatapanku.

“ Eh.. sebaiknya aku pulang saja. Pasti Rene sudah mencariku.” Teriaknya sambil berusaha menahan tawa. Kesedihan yang sempat datang tadi tidak terlihat bekasnya.

Aku tidak tahu Tebi pergi karena tatapanku atau memang dia ingin saja. Sebaiknya nanti aku harus menemui Tebi lagi. Ada beberapa hal yang masih ingin kutanyakan. Entah kenapa aku seperti diburu oleh waktu.

Aud sedang menumpahkan makanan kucing banyak-banyak ke dalam mangkuk makan Mith sewaktu aku masuk ke ruang makan. Benaran deh? Apa iya aku harus memakan makanan kucing. Perutku menjadi mual begitu aku membayangkan mengunyah butiran berwarna cokelat tua berbagai bentuk itu. Apa aku tidak bisa makan nasi atau roti. Yah.. makanan normal untuk manusia bukan kucing.

" Mmm.." aku menatap mangkuk makanku dan sandwich milik Aud bergantian." Bisakah aku makan roti saja?"

Tangan Aud terhenti di udara saat hendak menyuapkan roti isi daging miliknya.

" Memangnya kenapa dengan makananmu, Mith?" Tanyanya sambil meletakkan kembali sandwich ke piring.
Duh.. tidak mungkin kan aku bilang kalau aku ini manusia bukan kucing.

"Ahh.. lupakan." Bau ikan tercium menusuk hidungku begitu aku mengendusnya. Baunya sih enak ya, tapi aku tidak yakin dengan rasanya.

"Kau belum mau berangkat kerja kan Aud?" Aku tidak sungguh - sungguh bertanya. Hanya saja aku perlu mengulur waktu supaya lelaki itu tidak terlalu memperhatikan cara makanku.

" Astaga.. aku ada janji ketemu pasien jam 8!" Serunya begitu dia melirik sekilas jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Aku hampir saja bersorak gembira kalau lelaki itu tidak menatapku.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang, Mith." Aud menyambar lagi sandwichnya sambil lalu. Aku berusaha mengatur suaraku terdengar normal.

"Emh.. tidak masalah." Kataku sembari turun dari atas meja dan mendarat dengan mulus di lantai ruang makan. Sempurna.

"Oya Mith.. bagaimana dengan makan siangmu? Apa aku perlu menambah isi mangkukmu?" Suara Aud terdengar dari dalam kamar. Aku berjengit ngeri.

"Tidak perlu." Sahutku setengah berteriak. Jelas saja aku tidak mau. Aku sudah mengincar roti Aud yang masih tersisa di piring makannya.

  "Kau yakin?" Aud bertanya sekali lagi memastikan sebelum menutup pintu depan. Kali ini aku mengangguk mantap lantas entah dengan dorongan apa kalimat itu meluncur dengan tiba-tiba.

  "Aku mencintaimu, Aud. Sangat."  Kataku sambil mengangkat satu kaki depanku sebagai salam perpisahan. Aud hanya tersenyum lebar sambil mengangguk. Eh, responnya tidak seperti yang ku harapkan. Rasanya seperti bukan diriku saja!

Begitu suara mobil Aud terdengar mulai menjauh aku bergegas melahap sandwich yang tersisa. Nyam.. rasanya benar - benar mantap. Setelah ini aku harus mencari Tebi lagi sebelum Aud kembali ke rumah.

  Jantungku berhenti sekian detik begitu mendengar pintu depan terbuka lagi. Terpaksa aku berpura- pura duduk menikmati makanan dari mangkuk. Kepala Aud melongok dari pintu dapur. Mengacungkan ponsel sambil tertawa. Kemudian berlalu pergi lagi. Fiuhh.. aku menghembuskan nafas yang semenjak tadi tertahan.

Cat Is (Not) MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang