36 🌙 Putus

309K 26.3K 7.1K
                                    


Vella diam. Ia tidak tahu apa maksud ucapan Athlas padanya. Rasanya saat ini tubuhnya bergetar dengan sangat hebat, gadis itu tidak bisa membalas apapun ucapan Athlas padanya. Stuck, Vella malah seperti patung saat ini.

"Halo.. Halo." ucap Athlas, "Vella! Vell! kamu gak tidur, kan?"

Vella mengedipkan mata sadar, "I-iya, Ath. Kenapa?"

"Kok diem? Baper, ya?" ucap Athlas terselip nada meggoda di dalamnya.

"Apa sih? ge'er kamu!" balas Vella salah tingkah, "udah, ah, aku mau belajar lagi!"

Athlas terkekeh dari ujung sana, "Iya deh, iya. Maaf, ya, udah ganggu kamu pagi-pagi gini."

"Gak apa-apa, Ath."

"Yang semangat, ya, belajarnya?"

"Iya."

"Belajar apa, coba, yang aku maksud?"

Vella melirik kikuk ke arah Athlas, "Sejarah?"

"Bukan."

"Terus apa? Aku kan lagi belajar Sejarah."

"Yang aku maksud, semangat belajar mencintai akunya."

Vella diam, wajahnya lagi-lagi memerah.

"Bye!"

Dan setelahnya telepon itu terputus begitu saja, Athlas melambaikan tangannya girang dari seberang sana kepada Vella. Namun gadis yang di beri lambaian itu hanya diam, karena untuk kesekian kalinya tubuhnya di buat kaku seketika oleh Athlas. Bahkan ucapan Athlas mampu mengalahkan Petrificius Totalus-nya Harry Potter.


***


Pagi itu Athlas terlihat sangat tampan. Kaos putih polos, jeans pendek selutut, dan sepatu Nike putih dengan dua strip hitam di sisinya membuat penampilannya sangat sempurna, di tambah lagi dengan sentuhan jam tangan Swiss Army Men's Original Black Dial yang  melingkar di pergelangan tangan kirinya melengkapi penampilannya saat ini.

Athlas tersenyum pada dirinya sendiri di cermin, menimbulkan lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"Lumpuhkanlah ingatanku.. tapi tak begini... kau khianati hati ini kau curangi aku, benarku mencintaimu jika itu tentang dia, ku ingin ku lupakannya 🎼. Tepuk tangan semuanya!!"

Athlas membanggakan dirinya sendiri yang baru saja mengacak-acak lagu Anang dan Geisha menjadi satu. Seakan-akan ada yang memberi tepukkan, Athlas memberikan kiss byenya pada dirinya sendiri di cermin

"Terima kasih.. terima kasih."

Terkadang anak itu memang terlihat tidak jelas, ia melakukan apapun yang memang ingin ia lakukan selama hidupnya, tidak peduli orang lain ingin mengatakan apapun tentangnya, karena baginya, bahagia adalah saat menjadi dirinya sendiri.

Setelahnya, ia kembali tersenyum sambil mengambil gel rambut yang tergeletak di atas nakasnya. Cowok itu menuangkan benda bening lengket itu ke atas telapak tangannya dan mengoleskannya dengan perlahan ke rambutnya yang jabrig badai itu.

"Sip, ganteng!"

Setelahnya, ia meraih benda pipih yang ada di atas nakasnya dan menyalakannya. Sebuah pesan dari kontak bertuliskan 'Tetangga Cantik' terpampang jelas di layarnya. Athlas tersenyum, kemudian ia membuka pesannya untuk membaca isinya.

ATHLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang