6. Kenyataan Firasat Daniswara

6.2K 656 13
                                    

Aku memang sering sampai malam bila ke tempat kekasih ku, Margaretha.

Tapi tidak sekalipun aku menginap, aku mengaguminya sejak ia yang waktu itu masih kecil bernyanyi di ulang tahun perusahaan.

Ayahnya adalah staff perusahaan waktu itu, sekarang ia telah menjadi manager personalia setelah lama mengabdi di perusahaan ini.

Aku tidak pernah tidur dengan Retha, entah karena sangat mengagumi Eyang Antari sehingga aku menghormati wanita.

Wanita pertama dihidup ku adalah Eyang Antari bukan Mama, karena ia yang mengurus ku ketika aku masih kecil.

Kecelakaan yang terjadi pada Mama menyebabkan ia tidak bisa mengurus kami, tapi tentu saja kami sangat mencintainya.

Dan disinilah keluarga kami berkumpul, sedang menunggu Eyang Antari di ruang meeting, Papa, Mama dan adik semata wayang ku yang juga berprofesi sebagai artis seperti Margaretha.

Damiati itu nama adik ku, tapi dia tidak mau disebut artis, pekerja seni katanya, apapun itu aku juga sangat menyayanginya walaupun ia tidak pernah akur dengan kekasih ku.

Seperti biasa bila ada posisi baru di perusahaan ini, kami harus berkumpul untuk memberi selamat kepada orang itu.

"Kapan Eyang Antari datang, bukannya sudah jelas Mas Dan yang jadi direktur pemasarannya?"

Damiati berbisik pada ku, sedang aku hanya mengangkat bahu.

Aku, Papa, Mama dan Damiati memegang saham minoritas sedang Eyang Antari mayoritas, jadi apapun keputusan beliau yang pegang kendali.

Aku juga heran kenapa jabatan CEO masih Eyang yang pegang, tidak menyerahkan kepada Papa sebagai wakilnya.

Akupun sama, sebagai manager pemasaran yang tidak pernah naik menjadi direktur.

Entah kenapa hal itu terjadi pada kami, mengapa Eyang Antari tidak percaya kepada anak dan cucunya sendiri.

Tiba - tiba Eyang masuk, seperti biasa kami berdiri memberi hormat, setelah Eyang Antari duduk, semua duduk kembali.

"Selamat pagi semua, hari ini saya akan memperkenalkan direktur pemasaran kita yang baru."

Begitulah Eyang Antari selalu bicara langsung.

"Dan inilah dia, Ibu Menik adalah direktur pemasaran kita yang baru."

Aku kira Eyang Antari punya dua sekretaris, Mbak Windy dan satu lagi yang berdiri di samping belakangnya, ternyata itu orang baru.

"Ada yang keberatan dengan penunjukan saya?"

Tentu saja aku tidak percaya dengan ini, apalagi jabatan itu telah lama aku idamkan.

Wanita itu direktur pemasaran yang baru, bukannya itu wanita yang dijemput di bandara.

Aku mengepalkan tangan, sebuah tangan meremas pelan tangan ku.

Aku menoleh dan mendapati senyuman Mama, begitulah cara agar aku meredam emosi ku.

Wanita hebat, walau dengan berkursi roda tetap menjabat direktur keuangan, ialah Mama ku.

Ia selalu meredam emosi ku dengan cara itu dan selalu berhasil.

"Kalau tidak ada yang keberatan, itu saja yang saya sampaikan, selamat pagi."

Kami semua berdiri memberi hormat, sedangkan Eyang Antari berlalu dari ruangan.

Aku segera pergi, ingin rasanya marah, kesal kenapa jabatan itu diberikan kepada orang lain.

Ketika sampai dibawah, bagian pemasaran tampak ramai dan aku tahu kenapa.

Mereka menyambut direktur pemasaran, setelah mereka kembali ke kubikel masing - masing, baru aku masuk dan menuju ruang direktur.

The Fox Lady                                       ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang