WAITING -5

48 2 0
                                    

Bangsat lo!

Tangan Devina dicekal oleh alexa dan tubuhnya dihempas kan ke dinding koridor sekolah.

"Lo belum tau gue siapa" ucap Alexa dengan sengit

"Gue ga bego, gue tau lo siapa, lo itu cabe-cabean dengan rambut merah, gigi hijau, mata ungu, hello lo itu rainbow cake, bukan manusia, ups" ujar Devina santai

"Bangsat! Lo adek kelas udah berani sama gue, belom satu bulan lo disini" ucap Alexa sambil menarik rambut Devina

"Aw! Singkirin tangan kotor lo setan! Rambut gue terlalu bagus buat di pegang sama lo!!"

"Cih! Gue peringatin sama lo, jangan deketin Devian lagi, ngerti lo?!!"

"Kalo gue gak mau?"

Plakk!!

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Devina.

"Kok lo nyolot sih, gue bilang jauhin Devian!!"

"Lo siapa gue hah!!! LO GAK USAH MAU SOK NGATUR GUE, LO BUKAN NYOKAP GUE, DAN LO GAK ADA HAK BUAT NGATUR HIDUP GUE, NGERTI LO!!!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, Devina pergi dari hadapan Alexa.

***

Devina melangkahkan kaki nya menuju toilet. Ia melihat wajahnya dicerimin, terdapat luka di sudut bibir nya, dan mengeluarkan cairan merah kental.

Ia membersihkan luka itu dengan air, lalu mengambil masker dari tas nya, dan ia memakainya. Ia tak ingin teman-temannya tau dengan masalah ini.

Setelah itu, ia keluar, berjalan menuju kelas.

Ia memasuki kelas nya, menaruh tas nya di kursi, dan menenggelamkan wajahnya dilekukan tangannya di atas meja.

"Lo kenapa?" Tanya Agata

"Gapapa" jawab Devina tanpa mengangkat kepalanya

"Lo sakit? Kok pake masker?" Tanya Fadillah

"Gue gapapa" kali ini ia mengangkat kepalanya dan menatap Fadillah

"Lo beneran gapapa?" Kali ini Vita yang bertanya

"Kalo gue bilang gapapa ya gapapa!!" Bentak Devina kepada ketiga temannya lalu ia beranjak keluar kelas

***
Kaki nya melangkah entah kemana, membawa dirinya berjalan ke arah yang tak menentu.

Rooftop.

Kali ini tujuannya rooftop. Ia ingin menenangkan diri nya.

Ia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana. Menikmati angin yang menerbangkan beberapa helai rambutnya.  Tenang. Itu yang ia rasakan sekarang. Suasana di sini sangat mendukung, cuaca yang teduh, angin yang sejuk, ditambah pemandangan awan yang indah.

Devina memejamkan matanya. Menikmati angin. Memikirkan jalan cerita hidupnya. Terlebih tentang Devian.

Apa gue harus meninggalkan Devian?

Apa gue  harus berhenti memperjuangkan cinta nya?

Apa gue harus melupakan Devian?

Beberapa pertanyaan itu mulai muncul di pikirannya. Dan tak terasa. Air mata nya meluncur begitu saja. Entah apa yang ia rasakan sekarang.

"Kalo lo cinta, kenapa lo nyerah?" Ujar seseorang yang ternyata adalah Risky.

"Kok lo bisa disini?" Tanya Devina

"Ya bisa lah, gue punya kaki" ujar nya sambil menghempaskan tubuh nya di sebelah Devina

"Lo kenapa nangis?" Tanya Risky serius

WAITINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang