Bab 7 - Unfinished Books

7.4K 1K 42
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.


IG @Benitobonita


Satu bulan telah berlalu sejak Daniel menginap di rumah Baron Arvie. Pria itu telah memperoleh kepercayaan untuk menggunakan hasil penjualan salah satu tanah sang Baron, sebagai modal untuk melakukan bisnis sutra dari negara yang berada di Asia.

Namun, itu bukan berarti Daniel menghentikan usaha untuk memperoleh perhatian dari Virginia. Pria yang saat ini tinggal di daerah London, dekat dengan sungai Thames, tempat pelabuhan terbesar di Inggris, secara rutin selalu mengirimkan sebuah buku cerita rakyat dari daerah Asia setiap minggunya untuk mengisi rak perpustakaan gadis itu.

Pipi Virginia merona melihat kiriman buku mengenai legenda Dewi Bulan dari negara China tergeletak di atas meja kecil sebelah sofa yang berada di perpustakaan. Sudah hampir tiga hari lamanya dia bertahan agar tidak membaca buku pemberian pria yang menjengkelkan itu.

Daniel dengan sangat menyebalkan telah merobek beberapa halaman terakhir dari setiap buku yang dikirim dan menyisipkan sebuah surat yang berisi bahwa dia bersedia menceritakan kelanjutan kisah dari buku-buku itu, asal Virginia mengundangnya ke rumah. Menggigit bibir, Virginia meraih buku yang membuat dirinya penasaran lalu membuka halaman pertama sebelum kembali menutupnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Suara Rafael mengejutkan perempuan itu.

Menoleh ke arah pintu, Virginia menjawab, "Tidak ada."

Alis Rafael bertaut saat melihat adiknya tengah memegang sebuah buku di pangkuan. "Kau tidak sedang membaca?"

Meletakkan kembali benda itu ke atas meja, Virginia menggelengkan kepala. "Tidak, aku sedang tidak membaca. Ada apa?"

Berjalan masuk, Rafael menyerahkan sebuah surat dengan simbol Duke of Bolton di depannya. "Papa meminta kita untuk bersiap-siap, Duchess mengadakan pesta dan kita diundang untuk menginap beberapa hari."

Virginia menarik napas cepat. Dia tidak menyukai keramaian, termasuk pesta dansa. "Rafael, bisakah aku tidak ikut? Kau tahu bahwa aku tidak suka berdansa."

Duduk di sisi adiknya, yang selisih empat tahun dari dirinya, Rafael menjawab, "Maaf, tetapi dalam surat ini Duchess meminta secara spesifik bahwa kau harus ikut dan kau tahu bahwa Papa membutuhkan hubungan baik dengan mereka."

Virginia menunduk, memperhatikan gaun hijau muda yang dia kenakan. Baju itu adalah milik dari ibunya, dengan beberapa perubahan, pakaian itu cukup layak digunakan. "Rafael, pesta dansa selalu mengeluarkan banyak biaya dan aku tidak memiliki gaun yang sesuai."

"Duchess mengatakan bahwa kita tidak usah memikirkan hal itu. Dia akan menyiapkan segalanya. Bersiap-siaplah, Papa ingin selambat-lambatnya besok pagi kita berangkat."

"Baiklah," jawab Virginia menurut. Dia masih bisa menggunakan alasan sakit kepala atau terlalu letih untuk menolak ajakan dansa yang mungkin akan dia terima. Gadis itu tidak menyadari bahwa satu-satunya alasan mereka diundang karena salah satu sahabat dari Duke yang bernama Daniel Wellington, menunjukkan minat terhadap dirinya dan berharap dapat kembali bertemu dalam acara yang akan diadakan.

*****

Perjalanan menuju Wichester dan persiapan untuk mengikuti pesta dansa selalu memakan waktu bagi kaum wanita. Duchess of Bolton dengan baik hati memberikan beberapa gaun miliknya dan mendatangkan tukang jahit untuk mempermak pakaian-pakaian itu sehingga siap digunakan oleh Virginia.

Saat ini Virginia dengan gugup membiarkan Martha menjalin rambut pirangnya dalam bentuk kepangan-kepangan kecil, sebelum mengikatnya ke atas. Pikiran perempuan itu berkecamuk. Dia berharap agar kali ini tidak ada pria yang akan mendekatinya.

Tanpa sadar Virginia meremas gaun berwarna biru muda yang dia gunakan. Satu set perhiasan yang dipinjamkan sang Duchess tidak mampu menutupi raut cemas pada wajah gadis itu.

Martha menghela napas. Nona yang dia urus selalu bertingkah ketakutan setiap harus mengikuti pesta yang diadakan sang Duchess. Wanita tua itu ingat, terakhir kali pesta diadakan, putri Baron Arvie ini bersembunyi di dalam kamar dengan alasan sakit kepala selama tiga hari lamanya.

"Miss, saya tidak akan terkejut apabila gaun itu menjadi lecak sebelum acara dimulai."

Terkejut, Virginia melepaskan cengkeraman lalu merapikan kerusakan yang dia perbuat. "Maafkan aku, Martha, tadi pikiranku mengembara."

Menepuk lembut pundak perempuan itu, Martha memberikan nasihat. "Miss, cobalah lebih banyak tersenyum."

Virginia menarik sedikit ujung bibir, menatap pelayan wanita yang berniat baik kepadanya melalui cermin. "Aku akan mencobanya."

*****

Daniel duduk di dalam kereta kuda miliknya dengan gelisah. Beberapa masalah mengenai pekerja yang tiba-tiba meminta kenaikan upah sebelum kapal berlayar dan kebocoran salah satu kapal dagang miliknya, membuat pria itu harus menunda keberangkatan ke Winchester. Pesta telah berlangsung dua hari lamanya, dengan geram Daniel membayangkan bahwa gadis yang akan menjadi miliknya pasti telah dikerubungi oleh para pemuda berdarah biru yang memiliki gelar juga tanah.

Umur Virginia sudah memasuki waktu untuk menikah dan dengan kecantikannya, tentu dia memiliki beberapa pengagum. Mengentak-entakkan kaki pada dasar kereta, Daniel berharap kendaraan yang membawanya dapat bergerak lebih cepat.

*****

Kereta kuda baru saja berhenti, saat Daniel bergegas turun tanpa menunggu pelayan membukakan pintu. Mengibas sejenak pakaian mewah yang khusus dia jahit untuk pesta ini, pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah Duke of Bolton yang telah ramai oleh para tamu.

Ruang utama terlihat mewah dan elegan, lampu-lampu kristal telah dinyalakan, memberikan cahaya berkilau yang dipantulkan oleh perhiasan para tamu wanita. Lantunan musik mengiringi acara dansa juga telah dimainkan.

Mendengkus kesal karena datang terlambat, Daniel menyusup dari kumpulan para undangan untuk mencari tuan rumah. Manik hitam pria itu menangkap sosok Duchess of Bolton bersama suaminya tengah berbincang-bincang dengan sepasang tamu lain.

Biasanya, Daniel akan mengambil kesempatan untuk memperlebar jaringannya. Namun, tidak kali ini, dia memiliki tujuan lain dan sebelum mencapai keinginannya, pria itu harus menyapa tuan rumahnya terlebih dahulu.

"Daniel! Akhirnya kau datang!" seru Sir Charles tersenyum lebar ke arahnya. "Kau terlambat, tentu ada urusan mendesak yang harus kau selesaikan."

Tersenyum sopan ke arah mereka, Daniel berkata, "Maafkan, Saya, Sir. Memang benar saya terpaksa menunda keberangkatan karena urusan internal, tetapi semuanya telah selesai."

"Perkenalkan, ini adalah Earl Robert, dia tertarik akan usaha yang kau jalankan," ucap Duke of Bolton, menepuk punggung Daniel lalu memperkenalkan pria itu dengan tamunya.

Daniel mengertakkan gigi, tidak sopan bila dia segera meninggalkan pembicaraan. Menahan keinginan untuk pergi, pria itu merelakan beberapa menit untuk melakukan basa basi.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

21 September 2017

Benitobonita

His Virginia : Mencairkan Hati yang BekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang