Ch.9: Haus Darah -part 1

1.5K 123 4
                                    



Badanku sakit banget.

Itu yang pertama terlintas di pikiranku saat bangun tidur. latihan taekwondo pertamaku sangat melelahkan mengingat aku tidak pernah melatih fisikku satu kalipun. Begitu sampai dirumah, aku langsung ambruk di kasurku tanpa menggubris apapun, termasuk ibu yang cerewet menyuruhku mandi dahulu.

Aku bahkan lupa untuk makan malam.

Mengucek mata, aku berjalan sambil memegangi bahuku yang super-pegal menuju kamar mandi. Aku sedang mengambil handukku saat aku tidak sengaja melirik jam dinding di kamar.

JAM 07:05

Aku mengerang dan berlari kedalam kamar mandi. Berapa lama aku tidur!? Aku mandi secepat kilat dan berpakaian dengan ngebut. Kuambil tas dan peralatan belajarku, lalu aku turun ke lantai bawah rumahku.

"Ibuu! kenapa ibu nggak bangunin aku?" teriakku memanggil ibuku.

Ibu yang sedang menjemur baju masuk ke ruang depan, tempat aku sedang mengambil sepatu.

"Lah? Rei mau berangkat sekolah? ibu pikir kamu nggak mau masuk karena kecapekan. Ayah juga bilang suruh biarin kamu tidur."

Aku menepuk dahiku. "Ya udahlah. aku berangkat dulu ya, bu! udah telat banget nih!" aku segera berjalan cepat menuju pintu depan setelah memakai sepatuku.

"Rei! sarapan dulu!" Ibuku mencegatku dari depan.

"Udah nggak ada waktu! aku berangkat dulu ya bu!" aku berlari melewati halaman rumah sambil melambai singkat. Lagipula kenapa aku selalu telat di setiap waktu sih?

***

Bel sekolah berbunyi tepat saat aku tiba di depan gerbang sekolah. Entah bagaimana aku bisa naik angkot tanpa terjebak macet yang berarti. Aku langsung menuju gedung A bersama beberapa murid lain yang juga terlambat. Akhirnya aku sampai di depan kelasku dan membuka pintu dengan lemas.

"Darimana aja Ri, baru dateng?" itu suara Kirana memanggilku dari belakang.

Aku berjalan gontai dan mengempaskan diri di kursiku. "Aku telat bangun... bahkan sampai nggak sempet sarapan." Ucapku menjawab pertanyaan Kirana.

"Untung pak Fahri belum masuk kelas. Guru kumisan itu juga bisa galak, tahu."

"Hmm..." aku menggumam lemas sambil menyesali kenapa tadi tidak sarapan dulu. Beberapa saat kemudian, Guru biologi kelas kami, Pak Fahri masuk ke kelas.

"Pagi anak-anak. Silakan disiapkan anggota kelasnya!"

Ketua kelas kami segera menyiapkan kelas dan memberi salam. Setelah itu bapak itu langsung menyuruh kami membuka bab pertama buku biologi dan mulai berceramah tentang sistem klasifikasi hewan. Seisi kelas langsung hening menyimak. Kulihat Kirana dan anak-anak teladan lain sibuk mencatat penjelasan pak Fahri. sementara yang lain hanya mendengarkan atau asyik melakukan hal lain, seperti Sera yang diam-diam memainkan PSP dibawah meja.

Aku benar-benar nggak paham dengan tingkah anak satu itu. Dengan cueknya main PSP ditengah guru menjelaskan. Bahkan murid-murid di kiri-kanannya melirik Sera terheran-heran.

Bosan memerhatikan Sera, Aku membaringkan kepalaku di meja sambil menyimak pak Fahri. Perutku sekarang sangat-sangat kelaparan. Sialan. Dari tadi saat menyimak fokusku terpecah terus dan berakhir melamunkan hal lain, kalau bukan memikirkan perutku yang melilit. Kalau begini mana bisa aku konsen belajar?

"Rirei." Terdengar suara bisik pelan. Aku mendongak ke kiri dan mendapati Nadia diam-diam mendekatiku.

"Kamu ngapain?" tanyaku.

"Numpang duduk sini ya? Disana nggak ada temen ngobrol." Nadia melambai tanpa suara. Dia berjingkat-jingkat pelan sambil sesekali melirik-lirik pak Fahri. Tangan kirinya memegang buku catatan dan sebatang pena berwarna biru.

Aku mengangguk dan menggeser posisi dudukku agar Nadia bisa ikut duduk di kursiku. Setelah itu, aku bingung mau berbuat apa, akhirnya aku kembali bersandar 'menyimak' ceramah guru.

Sejenak meja kami hening.

"Rajin amat sih mbak, dari tadi khusyuk dengerin guru terus. Akunya dikacangin." Celetuk Nadia tiba-tiba.

Aku menoleh sambil nyengir. "Apaan, dari tadi cuma bengong kok. Nggak bisa konsen gara-gara laper."

Nadia memonyongkan bibirnya. "Salah sendiri. Mending ngobrol aja Ri, daripada bengong sendiri. Ngomongin apa gitu. Oh iya, kemarin gimana latihan taekwondonya? Seru? Capek?"

"Aku langsung tepar sampai rumah saking capeknya. Seniornya terlalu penuh semangat." Ucapku penuh tawa, mengingat kak Hendrik si kakak taekwondo for life.

"HEIII..! Kalian kok ngobrol nggak ngajak-ngajak?"

Kami berdua menoleh dan mendapati Mika juga ikut-ikutan duduk didekat mejaku.

"Eh Mika, ayo gabung sini, sini." Nadia mengajak Mika datang.

"Gitu dong. Sekarang, ayo kita ngobrool!" Bisik Mika. Aku tertawa kecil.

NYUUUT

mendadak kepalaku terasa sakit. aku meringis sejenak.

"Kenapa, Ri?" Mika yang sempat melihatku meringis bertanya.

Aku memegang dahiku yang berdenyut sambil menggeleng. Dari tadi mataku juga terasa panas. jangan-jangan aku kena demam?

"Kenapa sih?" tanya Nadia memandang Mika. "Hei, Ri?" Nadia menggulirkan pandangannya kearahku. Mika juga diam menatapku serius.

"Laper."

Nadia dan Mika bertatapan, dan kami bertiga tertawa pelan.




Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now