Tanpa disadari, tahu-tahu hari minggu berakhir. Dan begitu sadar, tahu-tahu aku menemukan diriku sedang duduk diatas dipan UKS gedung B meminum sekantong darah bersama seorang kakak tomboy yang sedang membicarakan taekwondo dengan asyiknya.
"Oh iya, Ri, gua saranin lo juga harus bikin penyakit alasan buat dateng kesini tiap istirahat siang."
"Penyakit...?" Aku menyeruput darahku, bertanya.
"Temen lo pasti bakal curiga kan kalo suatu saat lo ketahuan pergi ke UKS diem-diem? Makanya lo mesti ngarang alesan logis buat kenapa lo mesti kesini. Penyakit kronis lah, apalah." ucapnya.
"Contohnya gua bilang aja gua ada penyakit diabetes bawaan jadi mesti kesini tiap hari buat suntik insulin." lanjutnya menyeruput darah santai.
Aku mengangguk. Masuk akal.
"Yaudah gitu aja. Gua balik duluan ke kelas ya." ucapnya melempar kantong darah kosong ke kotak sampah dan turun dari meja tempatnya duduk. Kak Anggra berkumur-kumur sebentar dengan listerine yang ada di wastafel, setelah itu keluar UKS. Aku pun segera menghabiskan ransumku dan balik ke kelas.
Sempat terpikir olehku mengarang penyakit agar aku tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi pergi kesini. Tapi...
Rirei Angkasa, murid kelas 10 pengidap penyakit diabetes.
...Kok, nggak keren amat ya?
***
Sore ini, langit berawan. Akhir-akhir ini hujan jadi lebih sering muncul karena bulan ini sudah masuk musim hujan.
...Dan musim ujian juga. Aku menghela napas, kurang dari dua bulan lagi akan ada mid semester di SMA Pelita.
"Oke, hari kita akan berlatih Taeguk untuk persiapan ujian kenaikan sabuk sekali lagi." ucap Kak Hendrik berdiri di depan barisan seluruh anggota setelah pemanasan. "Kelas 10, segera buat barisan ke kanan untuk Taeguk 2."
"Kelas 11 yang sudah sabuk biru latihan mandiri. Yang masih sabuk hijau, dengan saya." Kak Hendrik berjalan diikuti oleh anggota kelas 11 yang mayoritas bersabuk hijau. Sementara itu kak Anggra mendekati anak-anak kelas 10 dan melambaikan tangannya meminta perhatian.
"Kelas 10 yang mau naik sabuk kuning bareng gua yaa. Kita review gerakan taeguk 1 lagi. Seminggu lagi ujiannya lho. Udah pada latihan kan?"
Kami serempak menjawab iya. Kak Anggra memimpin kami melakukan gerakan taekwondo selama 30 menit sebelum membiarkan kami berlatih sendiri.
"Rirei, latihan bareng mau nggak?"
Aku menoleh. Seorang cowok dengan postur tinggi melambaikan tangannya padaku.
"Bisa tolong liatin gerakan taegukku?" Ucap cowok itu lagi. Sabuknya putih, menandakan dia kelas sepuluh. Aku sudah mengenal cukup banyak anggota ekskul selama lebih dari sebulan ini, salah satunya cowok ini.
"Reza ya? Boleh kok, sini." Ucapku yang sudah lelah hanya dengan 15 menit latihan.
"Thanks." Ucapnya sebelum mulai memasang kuda-kuda dan bersiap.
"Betewe kita belum kenalan lagi kan? Aku dari kelas 10 IPS 1." Ucapnya tersenyum simpul sambil mulai mengambil gerakan tinju kebawah--gerakan pertama dalam Taeguk Il Jang.
"Ah iya. Aku dari IPA-3, salam kenal ya." Aku balas tersenyum. Rasanya lucu, anak ini memakai sebutan aku-kamu meskipun dia cowok.
Setelah beberapa menit mengoreksi gerakannya, kak Hendrik menyuruh kelas sepuluh istirahat. Aku duduk bersama Reza dan dia mengenalkanku dengan dua temannya yang belum sempat berkenalan denganku kemarin-kemarin.
"Gua Athaya." Ucap cowok dengan tatapan tajam namun ramah itu. Dia menyalamiku dengan erat. Rambutnya yang panjang nyaris menyentuh tengkuk, batas maksimal yang diperbolehkan BK.
"Yang itu Andini." Ucap Athaya menunjuk cewek berambut ikal yang sedang memperhatikanku dari balik bahu Reza. Dia mendatangiku.
"Andini," Ucapnya tersenyum menyalamiku. Aku mengangguk. Kami pun bercakap-cakap sesaat sebelum kak Hendrik berteriak istirahat sudah selesai. Kami pun berlatih lagi. Andini berpasangan denganku yang kebanyakan hanya duduk memperhatikannya melakukan taeguk.
"Ah, salah tuh. Gerakan menangkis itu harusnya gini." Ucapku berdiri dan membenarkan posisi lengan Andini.
"Wah iya ya? Ini, apa sih nama gerakannya..?"
"Nggak tahu. Chong-chong, chikuwa... Apasih..." Ucapku asal. Mana aku tahu bahasa korea, aku bukan Nadia yang k-popers garis keras. Oke, kalau kak Hendrik mendengarnya dia pasti akan menceramahiku habis-habisan selama tiga puluh menit.
Andini tertawa, "Chikuwa mah makanan ih." Aku tertawa sebelum beranjak ke tempat dudukku dan kembali menyimak gerakan Andini.
Setelah sekitar tiga puluh menit lagi, latihan ditutup dengan pendinginan dan beberapa kalimat dari kak Hendrik. Para anggota segera pulang, beberapa ada yang berganti baju dulu. Aku langsung berjalan menuju gerbang sekolah sambil mendengarkan musik sendirian.
Tiba-tiba, kak Anggra merangkulku dari belakang dan membuatku kaget.
"Eeyyy!! Udah mau pulang nih, Ri?" tanyanya dengan nada ceria."Iya, langsung otewe kayak biasa kak."
"Ciyee yang tadi dapet temen baru nih yee. Siapa tuh yang cewek namanya?" Ucapnya sambil melingkarkan lengannya makin erat ke leherku. Aku jadi tercekik. Ini kenapa kak Anggra tiba-tiba rusuh begini?
"Kenapa kak Anggra jadi kepo?" gerutuku sambil menyikut lengannya risih. Dia cuma tertawa.
"Wahahaha! Iya dong. Sebagai kakak kelas yang baik, gua harus memastikan adek vampir gua aman dan nyaman berada di sekolah ini," ucapnya sambil tertawa.
Aku segera menoleh ke sekeliling. Untungnya nggak ada orang lain yang mendengar kata 'vampir' barusan. Huh, Kadang kak Anggra ini bisa juga ceroboh. Kenapa dia harus dipercayai pak Yudi untuk menjagaku?
Oh iya, aku teringat sesuatu.
"Oh iya kak, di sekolah ini apa ada vampir lain selain aku sama kakak?" Tanyaku sedikit penasaran.
Kak Anggra seperti terdiam sebentar. "Kenapa emangnya?" tanya Kak Anggra. Entah kenapa aku mendengar nada yang aneh dari perkataannya barusan.
"Ah, cuma kepikiran aja. Aku kepikiran kenapa udah ada dua kunci UKS... Kukira karena ada satu orang vampir lagi disini." ucapku. Kalau cuma duplikat, harusnya nggak ada gantungan kunci yang terlihat matching dengan milik kak Anggra itu.
Dua detik, tiga detik, tak ada suara.
"...Kak Anggra?" Tanyaku melirik Kak Anggra yang seperti sedang melamunkan sesuatu
Kak Anggra mendongak, "Oh, iya." ucapnya sedikit kaget. "Tahun lalu... ada kakak kelas gua vampir. Tapi dia keluar sekolah beberapa minggu setelah semester 2..." ucap Kak Anggra datar.
"Selain itu nggak ada lagi." lanjutnya singkat seperti tidak ingin membahasnya lebih lanjut.
"Hoo." Aku mengangguk. Kami sama-sama terdiam.
Mendadak, Kak Anggra melepaskan rangkulannya. "Yaudah deh, gua duluan ya ke parkiran. Mendung nih." ucapnya cepat sambil berbalik menuju gerbang parkir. Dia bahkan nggak melambaikan tangan padaku seperti yang biasa dia lakukan.
Aku menatapnya bertanya-tanya, namun segera mengangkat bahu dan kembali memasang earphone.
Didepanku, langit mendung bergemuruh halus.
********
YOU ARE READING
Vampiric Love (GxG)
VampirApa jadinya kalau gadis vampir menyukai seorang manusia? Itulah yang dirasakan Rirei. Dia adalah seorang gadis ber-ras vampir yang hidup sebagai gadis SMA normal. Atau setidaknya, berusaha untuk menjadi normal. Di hari pertamanya masuk...