Ch.2: Hari sial

2.1K 187 5
                                    

Para kakak kelas terlalu sibuk dengan barisan murid baru didepan mereka hingga tidak memperhatikan gerbang. Aku hanya mematung dengan bodoh didepan gerbang, bingung harus bagaimana. Baru saja terpikir olehku untuk meminta ayahku menjemput, seorang senior cowok melihatku dan berteriak,

"Hei! Lo yang didepan gerbang!"

Serentak, seluruh murid kelas 10 dan para senior yang sedang memarahi kelas 10 menengok. Aku langsung membeku ditempat. Sejumlah senior langsung berjalan kearahku dengan horornya. Seluruh siswa baru pun menatapku dengan pandangan yang membuatku merasa ingin pindah sekolah daripada menanggung malu.

Maafkan anakmu ini yah. Anakmu bahkan membuat masalah besar tepat di menit pertama memasuki sekolah.

Para senior itu mengelilingiku seperti serigala mengepung anak domba.
"Lo baru dateng, anak baru?" senior cowok yang tadi berteriak padaku menunduk menatap mataku.
"Pake baju putih abu-abu coba! Gak bawa properti pula! Udah hebat ya, sampe lo gak sudi ikut MOS?" ketus senior cewek berambut pendek yang sedang bersedekap. Memang semua murid baru yang kulihat memakai celana hitam dan atasan putih, yang sudah kotor oleh berbagai pewarna dan lumpur.

Aku hanya menunduk. Benar-benar sial. Mendapat bencana pada hari pertama debut SMA ku...

"Kenapa lo nggak pake baju dan properti kayak yang lain, hah? jawab!"

Aku menelan ludah. Aku harus jawab apa!?

"Aku... lupa kak..."

Begoooo!

Senior cowok yang menanyaiku terdiam. Sementara teman-temannya tertawa mencemoohku dengan sinisnya.

"Bawa dia ke kelas." perintah senior didepanku.

*****

Didalam kelas kosong, aku ditarik duduk di kursi dengan paksa. Meja dan kursi di kelas ini tersusun hingga menyisakan area kosong ditengah, dimana aku duduk dikelilingi para senior. Aku sebenarnya nggak takut. Bukannya sombong, tapi aku udah sering ngalami yang kayak gini di SMP karena ketahuan kalo aku vampir. Dan tipe-tipe orang yang beraninya gerombolan kayak gini biasanya cuma main mulut.

"Jadi kita apain nih, adek kelas satu ini?" terdengar suara dari kerumunan kakak kelas didepanku.

"Kasih hukuman yang malu-maluin, kebetulan gue bawa handycam nih."

"Siniin tas lo!" senior cewek yang berambut panjang merebut paksa tasku. Dia membuka risleting dan membalik tasku. Kotak pensil, dompet, buku- buku kosong, dan kotak bekalku jatuh bertebaran. Senior itu melempar tasku kesamping dan mulai melihat barang-barangku

"Cih! Apaan lo, cupu amat sih, nggak bawa make-up! Lo nggak ada lipstik, gitu? Biar bisa gue laporin lo ke bk. Buat info aja, yang bawa make-up kesekolah disini bakal kena hukuman. hahahaha." senior itu tertawa. Padahal dia terlihat jelas memakai eyeliner dan pemerah pipi.

Terlihat seorang senior cowok mengaduk-aduk isi tasku.

"Oi, apa ini? Kotak bekal?" ucapnya senang.

"Wih! Apaan tuh isinya?"

Deg! Aku tercekat. Didalam situ ada sekantong darah untuk makan siangku. Kalau mereka membukanya...

"Kak! Tolong jangan dibuka!" aku berteriak memohon. Senior itu menoleh padaku dengan tatapan marah.

"Hah!? Lo bilang apa tadi? Masih berani juga lo ngelawan...?"

"Pelit bener lo ini. Kita nggak akan habisin bekal lo kok. Paling kita sisain nasi sebiji." para senior tertawa sambil membuka kotak bekalku.

Mendadak tawa mereka berhenti dan digantikan keheningan. senior itu mengangkat sekantong darah dari kotak bekalku.

"Oi... Ini... Kantong darah kan?"

Seolah tak percaya, mereka semua menatapku dengan horor.

"Jangan-jangan...Lo vampir?"

Aku menunduk terdiam. Senior-senior itu langsung ribut.

"Hah? Beneran nih!?"

"Anak ini vampir beneran?"

"Awas hati-hati..."

Mereka berbicara dengan ributnya tanpa berani menggangguku. Beberapa malah mundur mengambil jarak dariku. Aku mendengus dalam hati. Benar kan, mereka cuma bisa ngomong. Sayang sekali identitasku harus terbuka. Tapi mau bagaimana lagi, pikirku geram dengan para senior bodoh ini.

"Hei, udahlah. aku mau keluar dari tempat ini. Aku nggak mau ikutan kalau anak itu tiba-tiba ngebunuh kalian." ucap salah satu senior berjalan menuju pintu kelas. Aku tersenyum dalam hati. Akhirnya selesai juga pembullyan nggak jelas ini. Cuma menghabiskan waktuku saja.

Brak!

Seseorang menendang kursiku dari belakang hingga aku jatuh tersungkur ke lantai. Aku mengeluarkan suara antara kaget dan kesakitan. Aku mendongak keatas. Ternyata yang menendangku adalah senior yang meneriakiku tadi. Dia menarik paksa kerahku hingga aku berlutut. Sementara senior lain hanya bergumam takut.

"Memang kenapa kalau anak ini vampir? Lo orang takut?"

Senior itu mengedarkan pandangannya sambil menarik kerahku lebih keras. "Lo orang tahu kan, vampir itu apa? Makhluk ini adalah musuh alami manusia yang cuma bisa bikin teror. Bukannya ini kesempatan buat kita untuk ngebales mereka?" sambil berkata seperti itu, senior itu meninju ulu hatiku.

"Aggh!!" Aku langsung tersungkur kesakitan. Sama sekali tak menyangka akan mendapat tinju. Aku terbatuk, tercium aroma besi yang amis dari mulutku. Aku meludah. Terlihat bercak merah darahku sendiri.

"Biasanya gue nggak akan pernah nyakitin cewek. Tapi lo bukan cewek kan? Lo itu vampir yang udah ngebunuh puluhan orang nggak berdosa." bisik senior itu di telingaku. Dia berdiri menatapku yang sedang berbaring menahan sakit.

Seperti mendapat keberanian, senior lain mulai menggumam setuju dan menyoraki senior itu. wajahku pias. gawat.

"Bener juga. Ngapain kita takut sama vampir pecundang kayak gini?" Mereka tertawa dan menghinaku. Beberapa mulai berani mendekat dan menendangku. Tak lama kelas itu dipenuhi suara tawa dan pekik kesakitanku. Aku hanya bisa mencoba untuk bertahan dari rasa sakit yang kurasakan.

Tolong, siapa saja.

Grak! Mendadak, terdengar suara pintu terbuka dari pintu kelas.

"Hei kalian!!"

Serempak mereka menoleh kearah pintu. "Pa... Pak Yudi!?" teriak mereka takut.
Aku dengan sisa tenagaku berusaha mendongak. terlihat beberapa guru dan kakak kelas menyerbu masuk.

"Apa yang kalian lakukan ini!? Jelaskan!"

"P... Pak Joko...! Saya bisa jelaskan! Dia ini vampir..."

"Cukup. Bawa mereka ke ruangan saya."

Mereka berteriak tidak terima. Para senior yang menyiksaku tadi langsung ditangkapi oleh para guru dan kakak kelas yang lain. Syukurlah. Aku tersungkur di lantai dengan lega sambil masih menahan sakit.

"Hei! Bertahanlah! Kita akan bawa kamu ke uks!"

Terdengar suara seorang siswi mendekatiku. Siswi itu memegang pipiku cemas. ...siapa?

Aku menutup mataku tidak peduli. Badanku sakit sekali. Perlahan kesadaranku menghilang.

***

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now