Aku membuka mata. yang pertama terlihat olehku adalah pemandangan plafon dan tirai berwarna putih. aku sangat haus. kulihat segelas air di kabinet sebelahku. aku mencoba menggerakkan tubuhku, tapi luka dan memar di tubuhku berdenyut pedih. akhirnya aku hanya berbaring pasrah memandangi gelas air itu.
Aku terbatuk pelan. terdengar olehku suara langkah kaki dari balik tirai.Mendadak tirai yang menutupi ranjangku terbuka. muncul seorang seorang siswi yang kelihatannya seangkatan denganku. dia mendekatiku dengan lega.
"Kamu sudah baikan?"
"Eh? iya...Lumayan..." jawabku kaget karena kemunculannya yang tiba-tiba.
Suaranya sangat menyenangkan sampai membuatku heran. Rambutnya panjang sebahu dengan poni yang dirapihkan sesamping dengan jepit rambut. Kulitnya sangat halus seolah dibuat dari porselen. Bibirnya yang tipis sangat cocok dengan wajahnya yang menawan.
Manisnya. Pikirku sambil menatap matanya yang teduh.
Aku pun berusaha duduk demi melihat tatapannya yang membuatku salah tingkah.
"Jangan duduk dulu! Perutmu masih memar," gadis itu menahan gerakanku dan membaringkanku lagi. Aku menurut saat dia membaringkan tubuhku perlahan.
"Kamu nggak apa-apa? Senior-senior tadi keterlaluan banget ya. Samu sial banget dapat kelompoknya kak dirga. Mereka katanya kelompok senior yang jahat pada anak baru, tapi nggak kusangka sampai segitunya..." Ucap anak itu kesal.
Aku menatap gadis itu. Aku baru sadar kalau dia memakai baju putih yang kotor oleh bubuk warna dan kalung tali rafia dengan hiasan kertas koran. Siswa baru, sama sepertiku. Pipinya juga tercoreng lumpur, setiap orang pasti akan tertawa melihat penampilannya yang konyol. Walau begitu, gadis ini tidak terkesan lusuh sedikitpun.
"Namaku Rirei. namamu siapa?" aku refleks berucap tanpa berfikir.
Gadis itu menatapku senang. "Namaku Nadia."
"Apa kamu yang membawaku ke uks? kalau iya terima kasih," ucapku pelan.
"Dia bukan cuma membawamu ke uks lho," Terdengar suara seorang guru dari balik tirai.
Kami berdua langsung menoleh. Seorang bapak dengan rambut hitam tipis muncul dari balik tirai. Kulihat tanda namanya, Pak Yudi.
"Dia juga yang mengadukan dirga dan yang lain ke para guru." Senyum Pak Yudi sambil melirik gadis disampingku.
Aku membelalak. "Benar?" tanyaku pada anak itu.
"Pak Yudii... kan saya bilang jangan bilang siapapun."
Pak yudi hanya tertawa. "Sudahlah. kan Rirei jadi bisa balas budi ke orang yang menyelamatkan dia. Kamu pasti jarang diselamatkan oleh gadis cantik dan baik seperti Nadia kan, Rirei?"
Pipiku sedikit memerah mendengar kalimat Pak Yudi. Dia terdengar seperti menggodaku. Kulirik anak bernama Nadia itu, sepertinya dia hanya tersenyum simpul.
"Ngomong-ngomong bapak ada sedikit urusan dengan Rirei. Kamu bisa tinggalkan kami berdua, Nadia?" ucap Pak Yudi sambil menatapku yang terlihat penasaran.
"Iya pak. Kalau begitu saya izin dulu. Rirei, cepat sembuh ya!" senyumnya lebar sambil melambaikan tangan. Ia punya lesung pipit.
Aku balas melambai. Nadia pergi setelah menutup pintu. Terdengar suara langkahnya yang perlahan menjauh. Aku menatap pak yudi was-was. Aku diam menunggunya berbicara.
"Namamu Rirei kan? Boleh bapak bertanya satu hal?" tanya Pak Yudi ramah. Aku mengangguk.
"Nak Rirei adalah vampir, benar begitu?"
Aku mengangguk lagi. Di akta kelahiran yang diberikan kesekolah saat pendaftaran tertera informasi spesies seseorang. Jadi sekolah pasti mengetahui apakah muridnya vampir atau bukan.
"Sekolah merahasiakan identitas murid ras khusus, jadi jangan khawatir. Yang tahu identitas nak Rirei hanya beberapa guru, dan, tanpa sengaja, murid kelas 11 tadi. Mereka sudah mendapat perintah untuk merahasiakan kejadian tadi jika tidak ingin didrop-out."
Pak Yudi menunduk minta maaf. Menjelaskan bahwa SOP sekolah untuk murid ras khusus memang harus merahasiakan identitas demi keamanan mereka.
"Kamu mau merahasiakan identitasmu atau tidak, itu hak pribadi kamu. Tapi mengingat stigma para murid tentang spesies vampir, bapak sarankan untuk merahasiakan ras kamu agar kejadian seperti tadi tidak terjadi lagi. Kamu mengerti kan?"
Aku mengangguk sekali lagi.
"Kalau begitu, bapak pergi dulu mengurus anak-anak nakal itu. Oh iya, kalau mau kau boleh tidak mengikuti MOS besok. Bapak sudah beri informasi ke panitia OSIS untuk tidak menghukummu." Setelah berkata seperti itu, pak yudi keluar dari ruang uks.
Tak lama, Nadia masuk dari luar dengan muka penasaran. Dia mendekatiku dan bertanya,
"Apa yang pak yudi omongin tadi?"
"Eh... pak yudi bilang dia udah ngurus senior dan panitia MOS. Aku nggak perlu ikut MOS." jawabku jujur.
Nadia tertawa. "Enaknya. Telat malah boleh bolos MOS."
"Enaknya, kamu kira dikeroyok kakak kelas nggak sakit?" jawabku kesal sambil menunjuk lebam di pipiku. Nadia hanya meringis melihatku.
"Dilihat aja bikin ngilu. Oh iya! aku harus balik ke lapangan MOS. Sori, ya, nggak bisa nemenin." ucapnya sambil meminta maaf. "Salam kenal, Rirei."
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Cepetan sana, daripada korban MOS-nya nambah lagi."
Nadia berlari keluar dari ruang UKS. Suara langkahnya perlahan terdengar menjauh. Mendadak ruangan ini jadi terasa sunyi sekali. Aku merebahkan diri di kasur sambil melamun. Sepertinya aku nggak akan ikut MOS dua hari kedepan. Apa ya, reaksi ibu dan ayah kalau tahu aku jadi korban kekerasan MOS?
Aku mulai melamunkan Nadia. Dia anak yang menyenangkan, pikirku. Kira-kira dia di kelas mana, ya? Pasti menyenangkan bisa sekelas dengan Nadia. Dia baik, cantik, dan kelihatannya dia juga pintar. Baru kali ini aku melihat sungguhan ada manusia yang rela menolong vampir.
Oh iya, dia nggak tahu kalau aku ini vampir ya. Aku pun terdiam dalam lamunanku.
Kira-kira apa sikapnya kalau tahu aku ini vampir? Kurasa sebaik apapun orang, pasti kurang suka dengan kami para vampir. Kebencian mereka pada kami memang bukan tanpa alasan. Dulu, bahkan sekarang sejujurnya, ras vampir adalah predator manusia.
Seperti kejadian waktu SMP itu.
Aku menghela nafas. Sudahlah, kenapa aku mengingat hal seperti itu. Aku memejamkan mata. Sepertinya aku akan menikmati libur sehari penuh besok.
***
YOU ARE READING
Vampiric Love (GxG)
VampirosApa jadinya kalau gadis vampir menyukai seorang manusia? Itulah yang dirasakan Rirei. Dia adalah seorang gadis ber-ras vampir yang hidup sebagai gadis SMA normal. Atau setidaknya, berusaha untuk menjadi normal. Di hari pertamanya masuk...