Sore ini kulihat orang tua Ethan sudah rapi. Padahal aku yang notabene anak muda masih berantakan."Sore Tante," sapaku basa basi.
"Sore, Zi. Kok ngelamun sendirian di luar sih. Tathan kemana? " tanyanya kemudian.
"Lizzy nggak tahu," jawabku seadanya karena aku benar-benar tidak tahu kemana perginya setan satu itu.
"Zi, maaf ya tante sama om udah telat. Kalau ada waktu kita ngobrol lagi. Oh ya, kalau butuh apa-apa bilang aja ke bibi. " Pesan om Aries, papa Ethan. Aku tersenyum dan mengangguk.
"Hati-hati om tante."
Mereka menoleh dan tersenyum sebelum masuk ke dalam mobil.
💙 💙 💙
Suasana malam ini terasa berbeda. Malam jumat kali ini terasa sangat menakutkan, mungkin karena langit gelap tanpa bintang. Aku membuka jendela kamar Ethan untuk sekedar mencari angin. Namun, hal ini justru membuat suasana lebih menyeramkan. Aku baru saja ingin menutup jendela saat kulihat petir menyambar-nyambar di depan mataku. Aku segera keluar dari kamar tanpa menutup jendela. Keringat dingin mulai keluar. Tubuhku gemetaran, aku berusaha menuju dapur untuk mencari Bibi. Langkah kakiku terhenti seketika saat kudengar suara guntur, aku tersungkur di lantai dengan kedua tangan menutupi telingaku. Aku tersentak kaget saat kudengar seseorang berusaha untuk membuka pintu.
***
Baru selangkah aku masuk ke dalam rumah. Saat tiba-tiba saja seseorang memelukku dari belakang.Aku berusaha untuk melepaskan pelukannya tapi urung kulakukan saat kurasa kalau bagian punggungku mulai basah.
"Berengsek! Kemana aja lo, tahu nggak sih gue tuh takut banget tadi. Gue kira nggak ada orang yang bakal nemenin gue!" umpatnya diantara isak tangis.
Aku melepas pelukannya, kulihat wajah Lizzy sudah basah. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tidak biasanya gadis cantik dihadapanku ini sedih. Dia adalah tipe gadis yang ceria selama beberapa hari ini aku mengenalnya.
"Jelek lo kalau nangis, berhenti deh. " Kataku ketus.
Bukannya berhenti, tangis nya justru semakin menjadi-jadi.
"OK. Gue minta maaf. Sekarang jelasin, lo tuh nangis kenapa?" tanya ku kemudian.
"Gue jelasin di kamar. Gue nggak mau ganggu istirahat Bibi." Balasnya. Airmata masih bertahan disana.
Aku menurut dan mengikuti dia dari belakang. Sesampainya dikamar, Lizzy mengambil boneka Pokémon kesayangannya dan membenamkan wajahnya disana. Airmatanya kembali tumpah.
"Hai, lo tadi bilang mau cerita bukan malah nangis lagi gini. Buruan cerita peak, gue mau mandi. Basah semua gini, "
Perlahan Lizzy mengangkat kepalanya dan menatap jendela kamar dengan pandangan kosong. Aku baru sadar kalau jendela kamar terbuka.
"Gue phobia petir, dulu saat gue umur 6 tahun nyokap nyetir mobil sendiri, karena nyokap mikir gak bakal hujan malam itu. Gue duduk tenang di samping nyokap. Nggak pernah nyokap duga, tiba-tiba hujan deras disertai petir turun. Nyokap gue yang nggak pernah nyetir sendiri jadi kebingungan, wajahnya pucat seketika. Dan tepat di belokan..." Lizzy menggantung kalimatnya. Tangisnya terdengar sangat memilukan. Aku Salah karena memarahi dia tanpa sebab yang jelas.
"Kalau itu buat lo sedih. Lebih baik jangan diceritain. Paling tidak Mama lo udah bahagia di sana. Sekarang yang terpenting adalah kebahagiaan lo. Jangan sedih dong kalo gitu mah ga asik lagi. Masak gue ngebulli gadis cengeng. " Candaku.
" Dasar setan. Lo pikir gue disini cuma buat bullian. "Lizzy melempar boneka Pikachu tepat di wajahku.
"Dasar Lizzy Lazy Crazy!" umpatku.
Sudut bibirnya terangkat. Gadis cantik Itu pun tersenyum kembali. Aku berjalan mendekati dia. Kuletakkan headphones yang sedari tadi menutupi telingaku ke telinganya.
"Jangan sedih lagi. Di dunia ini masih banyak orang yang bahagia melihat lo bahagia. Gue mandi dulu. "
Saat keluar dari kamar mandi, kulihat dia sudah tertidur pulas di meja belajar.
Dasar gadis manja. Pasti dia sangat menderita setiap hujan turun. Dih, kenapa jadi khawatirin dia. Amit-amit.
***
Si setan mulai ada rasa kayanya. 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silly Roommate
ChickLitEthan dan Lizzy dipertemukan dalam satu kamar. Banyak hal terjadi di setiap malam jumat, hari dimana mereka ditinggalkan berdua dirumah. Dari romance, sedih, bahagia, hingga horor. Akankah Cinta tumbuh diantara mereka seiring berjalannya waktu atau...