"Oh ayolah kenapa kau harus melakukan ini padaku? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab di sini sementara kau akan melancong sesukamu. Apa aku ini tumbal huh?"
"....."
"Yak! Aku sedang berbicara padamu! Kenapa kau terus saja mengabaikanku? Kau kira aku ini patung?"
"......"
"Well, sekarang terserah apapun yang akan kau lakukan, aku tidak mau tahu dan tidak akan pernah ikut campur!" Merasa omelan dan protes yang ia layangkan sejak tadi tak mendapat respon, pria berwajah oriental dengan hidung mancung yang indah dan beberapa tindik di telinganya itu pun menyerah, berniat pergi meninggalkan si 'sahabat' dekatnya namun urung ia lakukan setelah si 'sahabat' buru - buru membuka suara.
"Ten aku mohon, tolong aku sekali ini saja".
Ten, pria yang sejak tadi terus mengomel itu pun membalikkan tubuhnya, menatap tajam ke arah sumber suara.
"Sekali ini katamu? Taeyongie apa kau lupa bagaimana aku selalu menyelamatkanmu saat kau menyelinap keluar dari tempat ini? Apa kau lupa berapa banyak kekacauan yang kau perbuat, dan apa kau lupa bagaimana rasanya terluka saat terakhir kali kau menyelinap ke perkebunan anggur? Taeyongie, katakan bagaimana aku harus menghentikan setiap kegilaanmu itu?" Suara pria bernama Ten kali ini harus naik satu oktaf dengan rentetan kalimat menyerupai kereta api. Bahkan kepulan asap mungkin sedang mengepul di atas kepalanya jika itu dapat terlihat.
Sementara itu pria yang mendapat omelan hanya tersenyum tipis memandang sahabatnya yang tengah berdiri menatapnya tajam dengan napas tersengal - sengal.
"Tennie sayang, aku janji akan kembali secepatnya. Jadi aku mohon bantuanmu, hm?"
Taeyong, si anak perdana menteri yang memiliki hobi berpetualang dan tentu saja harus dengan cara menyelinap karna ia tak akan mendapatkan izin dari sang ayah jika meminta secara terang - terangan, berusaha keras agar sahabat karibnya, Ten, mau membantunya keluar dari wilayah istana yang saat ini entah untuk keberapa kalinya.
Ten hanya akan menuruti kemauan Taeyong pada akhirnya. Senjata Taeyong adalah tatapan berharap dengan mata berbinar seperti anak kucing yang kelaparan. Dengan bibir sedikit mengerucut, maka boom! Ten akan luluh hanya dalam hitungan detik.
"Hhhh" Ten menghembuskan napas kasar, pertanda ia menyerah, kesal, marah, dan entahlah, semua perasaan kini menjadi satu.
"Baiklah Taeyongie, aku akan berusaha membantumu kali ini. Tapi ingat, kau harus kembali dalam 24 jam, jangan terluka, dan jangan sampai tertangkap Black Faireez"."Aku mengerti. Aku janji!" Taeyong tersenyum bahagia meyanggupi permintaan Ten. Keduanya pun berjanji dengan menautkan jari kelingking, diakhiri dengan pelukan hangat sebagai tanda perpisahan selama kurang lebih 24 jam ke depan.
Malam itu pun menjadi saksi kepergian Taeyong dari wilayah istana. Meski bukan untuk pertama kalinya, tapi Ten merasa gugup, cemas, takut, dan firasat - firasat buruk lain yang berkecamuk dalam benaknya.
Sekarang yang harus Ten lakukan adalah berpikir, mencari alasan agar tak ada yang tahu tentang kepergian Taeyong, terutama perdana menteri alias ayah Taeyong, raja dan juga pangeran.
Ya, mereka memang tinggal di istana, tapi sebenarnya tempat mereka terpisah dengan kediaman utama raja. Istana adalah tempat yang amat luas, sehingga perdana menteri dan pejabat lainnya juga tinggal di istana.
Ten? Ia adalah anak seorang penasihat kerajaan. Tempat tinggalnya tak jauh dari tempat tinggal Taeyong, mereka juga telah bersahabat sejak kecil. Oh satu lagi, mereka juga berteman dengan pangeran, sosok hangat, ceria dan imut seperti um,,, kelinci.
Kembali pada pemikiran Ten. Ia masih setia berjalan mondar mandir di kamar Taeyong, mencari ide brilian untuk menyembunyikan kebenaran sampai besok malam sambil terus merutuki dirinya yang begitu mudah mengiyakan permintaan Taeyong.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACKWHITE
FantasyIni bukanlah negeri dongeng, hanya dimensi lain dimana beberapa makhluk hidup berdampingan namun berperang. Jaehyun, Taeyong, akan seperti apa mereka bertahan dalam romansa yang memisahkan namun menyatukan hati keduanya?