[02] Running 2U

1.7K 283 75
                                    

"Patah? Lenganku patah? Bagaimana ini? Aku tidak bisa menggerakkan lenganku. Tamatlah aku T_T Maafkan aku Tennie, ayah, ibu, Yang Mulia Raja dan Ratu, pangeran, Kitty, dan semua White Faireez, maafkan aku hiks. Pangeran, maaf sepertinya aku tidak bisa memenuhi takdirku. Aku- Aku- pasti mati di tempat ini huaaaaaa T_T"
Taeyong hanya bisa menangis dalam hati. Memandang horror si pria pucat yang kini berjalan ke arahnya.

"Aaaaaaa" Taeyong refleks menutup kedua matanya ketika si pria pucat menahan lengan kirinya.

"Hey, tahan lengannya seperti ini! Cepat!"

Suara berat itu seperti memberi titah. Taeyong membuka matanya perlahan. Dia pikir dirinya sudah mati sekarang. Tapi dilihatnya si pria pucat masih dengan posisi menahan lengan kirinya.

"Ba- baik Tuan". Sekarang si pria menangis masih dengan raut wajah keheranan mendekati Taeyong lalu melakukan apa yg diperintahkan si pria pucat.

Pria pucat berdiri kemudian meninggalkan mereka berdua sejenak. Secepat kilat ia kembali dengan sebilah kayu- ranting- tangkai- entahlah apa namanya.

Masih berdiri di hadapan Taeyong, pria pucat itu mulai merobek bajunya sendiri.

Sekarang ia kembali berjongkok di hadapan Taeyong lalu melilitkan kain hasil robekan tadi dengan kayu yang entah didapatnya dari mana.

Taeyong mengerti. Pria pucat mencoba menolongnya. Pria pucat tahu bahwa lengan kirinya patah. Tapi bagaimana bisa? Apa pria pucat juga seorang Healing Faireez sepertinya? Apa pria pucat ini juga mempelajari ilmu medis seperti dirinya? Setidaknya itulah pertanyaan yang muncul sekarang.

Taeyong masih menatap lekat si pria pucat yang berjarak beberapa centi darinya. Bahkan Taeyong bisa mencium aroma maskulin dari rambut si pria pucat yang hampir menyentuh hidungnya. Tapi pria pucat tak menyadari hal itu dan tetap sibuk dengan kegiatan membalut lengan Taeyong.

Sekarang pria pucat itu sedikit mendongak lalu kembali merobek bajunya. Tenang saja, ia masih memakai kaos hitam di balik baju luarnya. Tapi nampak bahwa pria pucat memiliki perut rata, atau bahkan mungkin sixpack. Jangan tanya apa yang dipikirkan Taeyong sekarang, pasti sama dengan yang author pikirkan.

Si pria pucat kini membawa lengan Taeyong mendekat ke perut, mengalungkan kain robekan kedua tadi ke bahu kanan Taeyong dan voila! Ini adalah pertolongan pertama pada patah tulang lengan bawah.

Tak sampai di situ, kini si pria pucat berdiri lalu berjalan mengambil tas ransel Taeyong yang ikut jatuh bersama dirinya. Pria pucat memakai ransel yang dipenuhi cherry bomb itu lalu kembali ke hadapan Taeyong, yeah masih dengan tatapan super duper datarnya.

Taeyong tak habis pikir. Si pria pucat kini mengangkat tubuh Taeyong ala bridal, mendongak ke arah langit sembari memjamkan mata sejenak.

Beberapa detik berlalu, seekor black unicorn kini terbang menghampiri mereka. Pastilah black unicorn ini milik si pria pucat. Unicorn berwarna hitam mulai dari ujung tanduk sampai ujung ekor ini terlihat begitu cute di mata Taeyong.

"Kau kembalilah ke markas. Jangan katakan apapun pada yang lain tentang hal ini, atau aku tidak akan segan membunuhmu!"

Suara berat itu membuyarkan lamunan Taeyong tentang unicorn, membuatnya refleks menatap si pemilik suara. Ya, itu suara pria pucat yang kini sedang memandang tajam ke arah si pria menangis.

Oh jangan lupakan si pria menangis! Ia masih ada dalam episode ini tentunya. Masih setia dengan wajah innocent, ketakutan, keheranan, atau lebih terlihat bodoh mungkin.

"Ba- baik Tuan. Te- terima kasih. Terima kasih Tuan". Pria menangis ini terlihat senang walaupun sama sekali tak berani mengangkat wajahnya.

Pria pucat mengangguk pelan. Tatapannya melembut tapi tetap menampilkan ekspresi datar.

BLACKWHITE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang