Take 06. My Hime

2.8K 115 5
                                    

"Naruto-nii!! Hinata-nee!! Bermesraannya jangan sambil mengaktifkan cakra yang banyak!! Itu mengundang para anbu untuk mengecek lokasi!! " Konohamaru berteriak lantang ketika jarak cukup aman dari amukan Naruto.

Hinata tersadar dengan posisinya. Mukanya memerah sangat padam dan dengan gerakan gantle dengan tangan penuh cakra Hinata bergerak dan.."Juho Shoshike!!"

Cakra berbentuk kepala singa itu berhasil melempar Naruto beberapa meter.

"Sudah ku katakan jangan Hinata yang menjadi pendamping ku dettebayoo. Aku bisa hilang kendali atau mati. " ucap Naruto lirih di ujung kesadarannya yang kian memudar.

"Eh??!! Naruto-kun!! Gomenasai!!" Hinata dengan panik menyusul Naruto yang sudah tak sadarkan diri.

---

---

---

"Tuan." Seorang shinobi di dimensi lain sedang menghadap sang pimpinan.

"Apa kalian sudah membawa apa yang aku inginkan?" Tanya pria dengan ciri khas yang sama dengan klan hyuga, "mata byakugan". Ia adalah pimpinan dari klan cabang dari klan hamura.

"Apa kalian kembali dengan membawa mata itu?" Pria itu mengulang pertanyaannya karena bawahan tak menjawab pertanyaannya.

"Brakk!" Satu pukulan mendarat di meja kebesarannya sendiri.

"Kalian bisu hah?" Kesabarannya sudah menipis melihat sikap bawahannya hanya diam.

"Maafkan kami tuan, kami sudah menemukan wanita itu, namun ia selalu berada dekat dengan pria yang memiliki cakra sangat besar." Shinobi pertama menjawab pertanyaan sang tuan.

"Pria itu selalu menjaga wanita yang memiliki mata itu tuan. Ia bahkan menggunakan banyak bunshin untuk mengawasi wanita itu. Kami tak tau siapa pria itu tuan." Ucap shinobi ke dua menambah perkataan shinobi pertama.

Sang Pimpinan tak merasa kaget dengan jawaban anak buahnya tentang seorang pria yang menjaga wanita pemilik Byakugan terkuat itu. Ia sendiri merasakan cakra besar itu.

"Singkirkan siapa saja yang menghalangi kepentingan kita, jika perlu musnahkan saja pria itu!" Suara tegas dari sang pemimpin sudah menjadi tugas mutlak bagi anak buahnya.

"Baik tuan."

"Wuss!" Tak banyak tanya para anak buahnya langsung menghilang dari hadapan sang pemimpin.

"Siapa saja kau, akan ku musnahkan jika kau menghalangi kepentinganku mengambil mata itu." gumam nya seraya meninggalkan ruangan itu.

Sang pemimpin memasuki dimensi lain, berpindah tempat, entah posisinya sekarang di dimensi apa tapi suasananya sangat mencekam. Halilintar menggelegar silih berganti disebelah kiri, angin berputar tak menentu arah seakan gelisah disebalah kanan, api saling sulut mengelurakan panas siap membakar apa saja, air yang bergelombang saling hantam dan memecah serta tanah yang bergerak bergeser menambah kesan suasana tidak bersahabat antar lima elemen kehidupan itu.

"Aku sangat membutuhkan mata itu." gumam suara serak yang wajahnya belum tampak. Mengepalkan tangannya kuat tanda ambisi yang belum terpenuhi.

---

---

---

---

Bulan malam ini lebih terlihat besar dan bersinar, Hinata menatap bulan itu sekilas, seakan ada sesuatu yang memanggil nya dan mengharapkan keberadaannya di luar sana.

Hinata menggeleng singkat, mengusir pemikiran absurd yang sering kali menyebabkan ia menjadi tidak fokus. Karena ketidak fokusannya jugalah sekarang orang yang sangat berarti baginya tak kunjung bangun.

KIMI WO MAMORU ( NARUHINA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang