Take 01. Kosongnya Hati

3.5K 147 8
                                    

Pagi cerah di dunia damai hasil buah tangan dua remaja yang dinobatkan sebagai pahlawan dunia ninja. Sinar matahari menjalankan tugasnya seperti para ninja lain yang juga menjalankan tugasnya membangun desa akibat peperangan.

Seorang ninja yang dulu berstatus nukenin kini berganti status menjadi pahlawan ninja berjalan menyusuri rindangnya pohon hijau Konoha. Ia yang baru beberapa saat lalu berpisah dengan guru yang mengajarinya chidori-Hatake Kakashi serta teman satu tim yang menjadi korban sikap egoisnya selama ini, kunoichi terkuat diangkatannya, murid didikan hokage kelima yang pintar dan bertalenta-Haruno Sakura.

Entah bagaimana perasaannya saat ini, Ia sangat pintar menyembunyikan ekspresinya. Bahkan setelah membuat seorang gadis tersipu malu.

Uchiha Sasuke dengan mata hitam onix bertemu mata biru saphire Uzumaki Naruto sang rival abadi untuk terakhir kalinya. Hanya tatapan, tak ada kata-kata perpisahan dari mulut mereka berdua. Saling melewati dan tersenyum tipis.

Naruto akhirnya memilih bersuara.

"Kiotsukete Sasuke, pintu Konoha akan selalu terbuka untukmu" Naruto memulai pembicaraan dengan pemuda Uchiha itu.

"Arigatoo Naruto, tapi aku akan pergi untuk menebus dosaku selama ini, Konoha no sato o mamote kureru." balas uchiha.

"Ck! Kau sudah berubah ternyata Sasuke. Ingatlah untuk..." ucap Naruto dengan menyerahkan ikat kepala berlambang Konoha yang tergores milik Sasuke. Disambut tangan kanan Sasuke yang masih utuh.

'Wuss!' Sasuke menghilang dengan jutsu barunya yang diterima dari Rikudo Sannin.

"Sialan kau teme baka, akan ku hajar kau sampai muka datarmu itu semakin datar." umpat Naruto karena tiba-tiba saja Sasuke sudah menghilang dari hadapannya. Ia bahkan belum menyelesaikan ucapannya.

Naruto menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Menengadah menatap langit biru, seekor burung terbang dengan bebas mengitari langit.

"Bahkan jika bebas pun, kau masih terbelenggu oleh langit." Ucapnya menerawang, mengingat seseorang yang sangat identik dengan kebebasan yang semu.

---

---

---

---

Dengan setelan baju putih kerah orange, Naruto kembali berjalan memasuki desa Konoha.

Langkah kakinya menuju satu tujuan.

日向ネジ
"HYUGA NEJI"

Nama seseorang yang akan dikenang dalam ingatan si blonde orange, karena "dia", pemuda blonde itu masih bisa mengirup udara segar di Konoha pagi ini.

"Arigatoo Neji" lirih Naruto.

Angin berhembus, menerbangkan dedaunan kering. Naruto melihat sendu daun kering yang tertangkap di tangan kirinya. "Rapuh.." ujarnya pelan. Perlahan mengatupkan jari-jemarinya, meremas daun kering dalam genggaman. "Hancur.." ucapnya lagi. Memejamkan mata dan membuka genggaman tangan pada daun kering yang akhirnya tertiup angin, "...dan musnah."

Uzumaki Naruto masihlah sama dengan yang dulu, seorang ninja kompeten yang tidak diragukan lagi kesetiaannya pada Konoha. Seorang ninja yang dengan kepribadian dan ketulusannya mampu menyatukan ninja-ninja lain dari berbagai desa. Seorang ninja yang sangat peduli dengan sahabat-sahabatnya.

Seorang ninja berlevel genin yang dengan para bunshinnya selalu menjaga Konoha tanpa ada orang yang tau.

Namun, ada yang berubah. Perang memang menyebabkan luka. Baik fisik maupun batin. Siapa sangka jika sang matahari periang yang penuh semangat tidak hanya luka fisik dengan kehilangan tangan kanannya. Yah, siapa yang sangka, jika hatinya pun terluka.

Kepergian Neji membuat Naruto menutup diri dari pergaulan.

"Hoiii Naruto!!" suara Kiba terdengar dari samping kanan Naruto. Kiba datang dengan tim 8, berkunjung ke makam Neji.

Tak berkata apapun Naruto langsung berbalik arah pergi meninggalkan mereka. Bahkan tangan Kiba yang terangkat diabaikan begitu saja. Dulu mereka sering melakukan high five jika bertemu. Tapi ini.... Naruto bahkan seperti tidak menganggap keberadaannya. "Apa-apaan si Baka Naruto itu!!" Kiba mendumel sendiri.

Naruto melangkah pergi menjauh dari makam, hanya dengan berjalan kaki, karena pemuda itu masih dalam masa pemulihan.

"Naruto..." lirih Sakura saat mereka bertemu di gerbang makam pahlawan, Sakura menatap punggung teman satu timnya itu dengan tatapan yang meredup.

Sakura merasa aneh dengan sikap Naruto akhir-akhir ini. Selalu menunduk dan tak ada semangat terlihat dari raut wajah dan gerak- gerik tubuh Naruto. Bahkan Naruto tidak mengantar kepergian Sasuke bersama ia dan Kakashi.

"Sakura, apa kau tau kenapa akhir-akhir ini Naruto tak bersemangat? " pertanyaan dari Kiba langsung didapatkan Sakura saat sampai di makam Neji.

"Entahlah, aku sendiri merasa ada yang aneh, sepertinya Naruto ada masalah" balas Sakura seraya meletakan karangan bunga di makam Neji.

Sepasang mata rembulan melihat Naruto dengan sedih. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tak tahu harus melakukan apa.

Dia bukan siapa-siapa untuk melakukan apa-apa.

Bukan kah Ia orang yang paling tidak berguna?

Hinata menggenggam erat tangannya. Hatinya berkecamuk. Ingin rasanya berteriak dan menghilang. Ia memang tak pantas hidup di dunia.

'Memang yang seharusnya mati bukan Neji-niisan tapi aku.' Ucap Hinata dalam hati. Menahan sekuat tenaga agar air mata tidak jatuh ke bumi.

'Tidak! Aku tidak boleh menangis saat ini. Tidak ketika ada teman-teman lain yang juga berada di depan pusaran Neji-niisan.' Gumam Hinata mendekap bunga lily yang tak kunjung ia letakkan dipusaran makam Neji.

---

NEXT CHAPTER?

VOTE & COMMENT PLEASE...

Mini Kamus:

# konoha no sato o mamote kureru : jagalah desa konoha.

# Kiotsukete : berhati-hatilah

# Arigatou : Terima kasih

# Nukenin : Ninja Buron

# Kunoichi : Ninja perempuan

# High five : kompak

KIMI WO MAMORU ( NARUHINA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang