Take 02. Alasan Kosongnya Hati

2.9K 118 2
                                    

"Hinata." Panggilan dari Shino memecah lamunan Hinata.

"E..Ha'i" jawab Hinata segera.

"Kami sudah selesai berdoa untuk Neji. Kau masih ingin disini?" Tanya Shino.

Hinata menatap Shino, ia terlalu banyak melamun hingga tak sadar dengan lingkungan sekitar. Terlalu tenggelam dengan perasaannya. Padahal ia tidak ingin siapa pun melihatnya menangis, dan lihat apa yang terjadi, ia malah menangis tanpa sadar.

'Sungguh bodoh.' Maki Hinata dalam hati untuk dirinya sendiri.

Sakura mendekat. Memeluk Hinata erat. "Jangan jadikan ini beban mu sendiri Hinata, Neji akan sedih jika melihat mu tak berhenti menangis ketika mengunjunginya."

"Hiks.. gomen.. gomen.. gomen.." Hinata hanya bisa mengucapkan maaf berkali-kali.

"Tenanglah. Kami disini. Bersama mu." Sakura mengelus punggung Hinata membuat Hinata tenang.

"Arigatoo Sakura-san" Hinata berucap tulus. Berusaha menghilangkan jejak air mata.

Ia harus kuat.

Setelah Sakura mengurai pelukannya, Akamaru menerjang Hinata dan ikut memeluk. Menjilati pipi Hinata yang tadi basah oleh air mata.

"Akamaru hentikan memonopoli Hinata!" Perintah Kiba.

"Guk" direspon Akamaru tapi si anjing putih tidak melepaskan Hinata.

"Oey Akamaru kau mulai melawan ku hah!!" Gertak Kiba. Dan Akamaru tidak mempan dengan gertakan itu. Ia terlalu tahu jika tuannya sangat menyayanginya.

"Lepaskan Hinata. Sekarang giliran ku yang memeluknya." Ucap Kiba asal.

"Hinata tidak mau dipeluk oleh manusia berbau anjing seperti mu Kiba." Ucap Sakura bercanda.

"Benar sekali perkataan Sakura. Karena apa karena lebih baik dipeluk anjing sungguhan dari pada yang jadi-jadian." Timpal Shino.

"Hey hey.. bukan kah kalian sudah kelewatan mengolok ku? Hah!! Ini menjadi tidak lucu!!" Kiba protes.

"Hehehe" Hinata tertawa.

"Terimakasih Minna-san." Hinata berucap tulus.

Begini yang benar. Ia tidak boleh mengkhawatirkan teman-temannya. Biarkan rasa penyesalan dan kesedihan ini ia simpan untuk dirinya sendiri. Hanya untuk diri sendiri.

Ketika bersama mereka. Ia harus tertawa. Jangan membuat repot orang lain dengan mengkhawatirkannya.

Biar ia bermain peran. Biar ia belajar berbohong.

Ia hanya tidak ingin lagi membuat orang lain repot hanya karena keberadaannya.

Hati yang terluka tentu tidak gampang sembuh.

Apalagi ketika Hinata melirik kearah kanan, ia dengan jelas melihat tulisan nama Hyuuga Neji diatas batu.

Tidak berwujud. Tidak terasa. Tidak lagi bisa di dengar. Tidak ada lagi Hyuuga Neji. Hanya nama yang terukir. Hanya nama.

Apa gunannya bebas yang seperti itu?

'Apa benar ini bebas yang kau cari Neji-nii?' Tanya Hinata dalam hati.

"Hinata ayo pulang." Ajakan Kiba membuat Hinata melangkah. Menatap sebentar nisan bertulis nama.

'Aku hanya butuh topeng. Maaf Neji-nii' ucapnya. Lalu berlalu pergi.

---

---

---

---

KIMI WO MAMORU ( NARUHINA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang