Dirty

3.5K 227 17
                                    

Dirty.pov

Brak!

Seketika aku membuka mataku dan terbangun dari tidurku.

Rasa pusing mendera beberapa saat dan kemudian kembali normal.

Suara berisik memenuhi isi kamarku.

"Ayah! Berhenti marah-marah tidak jelas!" Protesku kesal dan menurunkan kakiku dari sofa.

Ya, yang berisik itu Ayahku. Ia mendobrak kamarku yang jelas-jelas tidak dikunci lalu mengomel tidak jelas.

"Telingamu ditaruh kemana? Aku memanggilmu! Ibu mu hilang!!" Teriaknya padaku.

Ayah masih saja mengomel dan memarahi Ruth,pelayan setia sekaligus teman ku.

"Ayah, Ruth tidak tau apa-apa jadi jangan luapkan emosimu padanya. Ibu tidak hilang." Ucapku setelah menghela nafas panjang.

"Jangan sok tau, cari ibumu. Cepaaat!!"

"Ayaaaah.." panggilku malas.

Giliran membutuhkanku barulah mendatangiku seperti ini. Ck..

"Ayah memerintahmu untuk mencari ibumu, cepat!!"

"Ayah,ibu sedang bersenang-senang diluar tadi dia mengirim pesan. Sudahlah,lebih baik ayah keluar dari kamarku."

"Kau mengusir ayah!" Suara keras Ayah memenuhi kamarku.

"Kalau Ayah merasa begitu,baguslah.." ucapku bangkit dari dudukku dan berjalan menuju arah pintu balkon.

"Dasar anak tidak tau diuntung!!" Marah Ayah karena merasa diusir oleh anaknya sendiri.

Ah, aku tidak peduli.
Pada anaknya saja dia tidak peduli..
Orang tua yang benar-benar labil.

"Tuan,harusnya Anda tidak berbicara seperti itu pada Yang Mulia Raja." Ucap Ruth pelan dibelakangku.

Aku menyaksikan beberapa beberapa pengawal lalu lalang dari atas balkon.

Bagian telapak kakiku dan pergelangannya terasa kaku karena dibalut oleh perban, beberapa bagian lenganku juga dibalut perban oleh Ruth.

"Tuan.." panggil Ruth lagi karena tidak mendapat jawaban sekalipun dariku.

"Biarkan saja." Ucapku datar masih melihat area istana yang remang-remang membosankan.

"Anda ingin makan?? Ini sudah malam.."

"Nanti saja, aku belum lapar."

"Baik.." sahutnya dibelakangku.

"Ruth.." langgilku pelan.

"Ya tuan."

"Tadi siang aku bertemu Arthur." Ucapku jujur padanya.

"..." Ruth tidak menyahut,namun ia mendekatiku dan sejajar denganku sambil menatap langit.

"Ia mengatakkan aku menjijikkan."

"Itu tidak benar Tuan."

"Disaat seperti ini,jangan panggil aku begitu. Aku hanya ingin teman saat ini bukan pelayan."

"Baik Kak."

"Aku tau, aku terlahir tidak seperti ini. Tapi salahkah aku melakukan ini?"

"Padahal aku senang sekali saat melihatnya,namun saat ia mempermalukanku seperti itu.."

"Tidak perlu dipikirkan kak, Mengenai apa yang salah dan benar itu hanya kakak yang bisa mengartikannya."

"Huft.. kau benar. Tapi tetap saja, jika orang lain melihatku seperti ini pun mungkin akan memandangku jijik."

Husband's Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang