4

9 2 0
                                    


Musim Dingin 2004

"Carlaaa!!! Kau akan berangkat??"

"Ya Aland aku harus cepat cepat berangkat kesekolah".

Ini sebenarnya masih pagi hanya saja aku memiliki beberapa urusan. Aku tidak akan tergesa gesa seperti ini jika Mr.Antonio tidak memberikanku beberapa tugas kemarin. Dia menyuruhku mengambil beberapa buku di perpustakaan. Walaupun perpustakaan itu berada disekolah, tetap saja itu membuatku tidak tenang.

"Tenang sedikit Carla"

"Aku tidak bisa Aland! Bagaimana jika aku telat. Belum lagi aku harus mencarinya dulu"

Aland hanya menghembuskan nafas. Jangan tanya mengapa pagi pagi sekali dia sudah berada dirumahku. Karna dia sudah seperti bagian dari rutinitas pagi rumah kami. Oh bukan hanya pagi dia akan tidur disini bersama Vitto. Mereka berdua sudah seperti saudara kembar yang tak terpisahkan. Saat ini Aland sedang duduk dimeja makan memakan roti buatan Mamaku. Dan Vitto dia baru saja masuk ke kamar mandi untuk memulai aktivitasnya. Dia selalu membuat kami menunggu untuk pergi ke sekolah. Tapi kini aku tidak akan berangkat bersama mereka, karna Mr.Antonio yang memberikan tugas menyebalkan itu.

"Aku pergi selamat pagi"

Aku berjalan kaki kesekolah, yah kami selalu berjalan kaki jika tidak diantarkan oleh Papa. cuaca diakhir november mulai membeku. kupikir salju akan turun sebentar lagi. Karna pohon pohon sudah kehilangan daun daunnya. Aku mempererat sweaterku. Dan sialnya aku melupakan sarung tanganku. Sebenarnya aku memang membenci sarung tangan karna itu membuatku tidak nyaman saat menyentuh sesuatu. Aku bukan orang yang pandai menggunakannya. Aku memasukkan tanganku pada saku sweaterku. Aku menghembuskan napas dingin berkali kali. Saat aku sampai ditaman biasa yang kulewati seseorang menarikku membuatku terkejut.

"Alanddd !!! Kau benar benar mengejutkanku!" Teriakku lega karna seseorang itu Aland.

"Maafkan .. aku ..." aland menjawadnya dengan nafas terengah engah kupikir dia berlari." Kau ini .. mengapa begitu terburu buru. Aku harus berlari mengejarmu.".

"Kau meninggalkan Vitto. Dia pasti akan memukulmu disekolah." Aku sedikit iba melihat aland kelelahan. Kupikir rumah dan tamanku tidak sejauh itu untuk membuat orang kelelahan.

"Dia tidak akan berani memukulku.. " jawab aland sambil menenangkan nafasnya. Dia kemudian melihatku dan menarik tanganku. "Kau !!! Mengapa selalu melupakan ini!! Sekarang sudah musim dingin!! Kau ingin mati kedinginan?" Aku hanya melihatnya bagaimana dia memakaikan sarung tangan yang dia bawa dikedua lenganku. Tanpa kusadari bibirku mulai tersenyum. "Aku tau kau membencinya. Tapi tolong untuk musim ini saja... bagaimana jika kau hidup sendiri .. dan aku .. tidak ada disisimu gadis kecil?". Entah mengapa kata kata Aland sedikit menohokku.

"Apa yang kau bicarakan. Aku hanya melupakannya kali ini saja!!" Jawabku sambil menarik tanganku yang di gengamnya.

"Kali ini?? Lalu kemarin apa?? Kau selalu menyanggahku. kau bisa mengingat apapun tentang pelajaran disekolah. Sekarang masukan sarung tangan ini pada hal yang harus kau ingat."

"Iya aku tau Aland.." jawabku kesal. "... Terimakasih" walaupun aku kesal mendengar oncehan pagi harinya. Tapi selalu ada yang kusukai saat bersamanya. Aku tersenyum melihatnya.

Aland pov

"Kau ini .. gadis kecil yang nakal"

Aku mengacak rambutnya gemas. Dia selalu membuatku tersenyum dan bersemangat di pagi hari untuk menjemput Vitto. Dia seperti membangkitkanku dari hal hal yang membuatku takut akan dunia tanpa Ibuku. Saat aku pertama kali melihatnya dia hanya seorang gadis kecil yang menggunakan jaket berlapis lapis dimusim dingin. Aku ingat bagaimana dia menatapku dengan mata bulat jernihnya. Dia begitu terkejut saat aku mengajaknya untuk berbicara

saat itu hari pertamaku pindah dari inggris.

kami pindah karna kami menginginkan permulaan yang baru. Ayahku seseorang yang lahir di Italy tepatnya di Milan. Tapi ayah memilih Verona sebagai tempat untuk memulai kehidupan yang baru.

Aku pernah bertanya padanya, mengapa kita tidak tinggal di kampung halaman ayah saja. Tapi ayah menjawab "setidaknya ibumu akan sangat senang disana .. jika kita dapat tinggal disini".

Kata ayah ibu dulu ingin tinggal di Verona. Ditempat yang terkenal oleh kisah cinta hidup semati abad 17. Ibuku memang wanita yang puitis, dia menyukai kisah kisah melow drama yang berabad abad. Aku awalnya menolak untuk pindah dari inggris. Karna aku harus meninggalkan orang orang yang bersamaku sejak kecil, terutama teman temanku. Aku bukan orang yang mudah beradaptasi. Bukannya aku tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan. Aku sejak kecil sudah dibiasakan berbicara dua bahasa oleh ibu , saat kecil juga kami selalu mengunjungi Milan tempat ayah dilahirkan, mengunjungi nenek dan kakek disana. Kami selalu pergi berpiknik dan menonton pertandingan bola di musim panas.

Saat pertama aku menginjakan kaki di Verona. Kupikir hidupku akan membosankan.

Tapi saat itu ..

saat para kurir menurunkan barang barang kami.

Saat aku menginjak tanah yang bersalju.

Aku melihat seorang gadis kecil di depan rumah kami. Matanya begitu jernih , syal yang hampir menutupi separuh mukanya, hidung yang memerah akibat dinginnya cuaca dan gerobak mainan yang berada disampingnya. Terdapat beberapa ranting disana , kupikir dia sedang membuat boneka salju karna aku sempat melirik tumpukan salju di halaman rumah sebelah.

Dia menatapku tepat dimata. Aku menghampirinya dan menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Dia terkejut dan berlari meninggalkanku kedalam rumah yang memiliki dinding yang sama dengan rumah baruku. Saat dia masuk, seseorang yang kutebak sebaya denganku keluar dan memanggilnya tapi dia tetap berlari dan aku tertawa.

Anak lelaki itu melihat dan menghampiriku. kupikir dia akan memukulku karena wajahnya tidak menunjukan ekpresi apapun saat berjalan kearahku. dia mengulurkan tangannya padaku dan memperkenalkan dirinya. Dan menunjukan senyum cerianya. Itu membuatku lega ku kira dia akan memukulku.

Dia adalah Vitto, Vitto Gregoraci. Dia bilang dia tinggal disebelah kami aku tau itu saat dia keluar dari rumahnya. Dan dia kaka dari gadis kecil tadi. Dia bilang dia tau aku akan datang dari ibunya. Dia berbicara banyak hal dan sekolahnya. Aku bersyukur kami disekolah yang sama.

Saat vitto asyik menjelaskan tentang sekolahnya. Seorang wanita dewasa menghampiri kami dan menitipkan gadis kecil tadi pada Vitto, kupikir itu Ibunya karna gadis itu terus bersembunyi dibalik kaki wanita itu. Dia mengusap gadis kecil itu sebelum pergi dan Vitto menarik gadis itu bergabung bersama kami. Dia terus bersembunyi dibalik Vitto dan terus menatapku dengan mata jernihnya. Vitoo mengenalkanku padanya dan aku mengulurkan tangan untuknya.

Gadis kecil itu terlihat ragu ragu. Tapi dia menerima uluran tanganku dan memperkenalkan dirinya. Dia terlihat malu padaku karna aku melihat pipinya memerah saat melihatku kembali. Dan aku kembali tertawa.

Dia orang verona pertama yang membuatku kembali pada dunia.

Dia orang verona pertama yang mengembalikan tawaku yang hilang.

Dia orang verona yang mehilangkan kemurunganku disepanjang jalan kota Verona.


Dia gadis kecil yang memiliki daya tarik lebih dari keindahan kota Verona.




Dia Carla Gregoraci.

The Winter (Snowflake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang