Musim Dingin Febuary 2007
Aku kini berada ditahun ketiga di Verona Junior High School. Ini minggu kedua di bulan Febuary. Sekolahku akan mengadakan event untuk merayakan hari Valentine. Aku benar benar stress memikirkannya. Aku bukan Irina yang memiliki banyak teman lelaki. Aku hanya Carla. Kuakui teman dekatku hanya Irina saja, Irina tumbuh menjadi seorang wanita yang membawa make up kemanapun dia pergi. Dia sangat mementingkan penampilannya. Berbeda denganku aku malah banyak menyibukan diri dengan buku buku pelajaran.
Pletakk..
"Awww .. apa yang kau lakukan Vitto." Vitto baru saja bergabung sarapan setelah mandi dan langsung menjitak kepalaku.
"Kau yang kenapa? Malah memperhatikan sarapanmu. Dia tidak akan masuk kemulutnu tanpa kau sentuh Carla". Carla hanya diam saja kembali memerhatikan sarapan miliknya. Kini keningnya memiliki lipatan kembali. Vitto hanya mendengus, dia tau apa yang membuat adiknya terdiam dengan dahi yang berlipat. "Apa begitu sulit .. mengajak lelaki untuk pergi ke pesta? Ahhh aku tau. Sepertinya kau sudah ditolak bukan? Hahaha".
Carla yang mendengar Aland meledeknya. Langsung memukul Aland bertubi tubi "apa kau bilang, aku belum mengajak siapapun. Jangan berbicara ngaur. Kau pikir mudah wanita mengajak lelaki pergi hah! Dasar tak peka!!!"
"eyy ... pagi pagi begini kalian sudah bertengkar. Selamat pagi Mr.Gregoraci". Aland datang dan bergabung bersama kami di meja makan.
Aland memang selalu sarapan bersama kami. Bukan hanya Aland paman Thompson kadang ikut bergabung jika dia tidak sedang sibuk dikantornya. Keluarga Aland dan keluargaku dekat , itu karena paman dan kedua orang tuaku teman sekampus dulu. Katanya Ibu dan Ayahku dapat bersama karna dipertemukan oleh paman Thompson. Mereka bertemu di kampus yang sama dan berpisah saat paman Thompson pergi bekerja ke Inggris tepatnya di London, dan saat itu paman Thompson bertemu dengan Mrs.Helen Carter Ibunya Aland. Sebenarnya saat ini Mrs.Helen tidak bisa bersama kami karna dia meninggal saat Aland berumur 7 tahun. Yang kudengar Mrs.Helen meninggal akibat sakit yang dideritanya. Kata Aland ayahnya benar benar terpukul saat kematian ibunya, dan membuat Aland merasakan hal yang sama. Setelah satu tahun kepergian ibunya Aland dan Mr.Thompson pindah karna memerlukan Kehidupan yang baru yang dapat membuatnya bangkit kembali.
Aland bilang awalnya dia menolak unuk Pindah kemari. Tapi setelah mendengar alasan bahwa ibunya menginginkan tinggal di Verona dia menerima keputusan itu. Mr.Thompson sempat bercerita padaku, Aland bukan seseorang yang mudah menerima hal yang baru. Dia membenci adaptasi, Mr.Thompson berpikir akan terus melihat Aland yang pendiam. Tapi perkiraannya salah Aland terlihat lebih Ceria dan bersemangat. Dia tidak menjadi pemurung , saat Mr.Thompson pulang dari kerjanya, Aland tak pernah telat menceritakan hari hari yang ia lalui bersamaku dan Vitto. Mr.Thompson bersyukur melihat kembali tawa binar Aland setelah kematian Ibunya.
"Selamat pagi Aland. Ayahmu sudah berangkat?" Tanya ayah.
"Ya dia terlihat sibuk akhir akhir ini paman". Jawab Aland sambil menjejalkan Roti pada mulutnya.
"Apa dia istirahat yang cukup Aland? Kulihat dia selalu pulang telat akhir akhir ini." Tanya mama dia masih sibuk menyiapkan bekal untuk papa dan kami. "Kalian jangan ribut terus. Cepat makan sarapanmu Carla!". Tegur mama.
"Yaa dia pulang telat akhir ini. ayah bilang dia mencoba untuk istirahat diwaktu luangnya bibi".
"Nah ini bekal untuk kalian." Kata mama menyerehkan kotak makanan yang selalu kami bawa.
"oh ya hari ini aku akan pulang telat." Kataku.
"Kau akan kemana?" Tanya papa.
"Aku akan pergi berbelanja bersama Irina. Lagi pula ini jumat malam. Dan ... tolong lebihkan uang jajanku paaaa." Kataku mencoba semanis mungkin dihadapan papah.
"iwww lihatlah dia. Kau tidak bisa berakting manis Carla. Itu tidak pantas untukmu" ledek Vitto.
"Aku tau aku kelebihan tingkat kemanisan terimakasih kakaku tersayang" jawab carla sambil mengusap kepala Vitto.
"Ahh . Sekolahmu akan mengadakan pesta prom itu?" Tanya Aland.
"Yaa. Kalian akan datang? Kaliankan alumni sekolahku". Bujukku.
"Kau pikir sekolahmu saja yang mengadakan pesta. Sekokah kami juga!" Sangkal Vitto. Aku tidak ingat jika seluruh sekolah akan merayakannya. Tandinya aku akan mengajak Aland untuk pergi bersamaku.
"Ahhhh ini membuatku Frustasi". Teriakku kesal.
Ini pulang sekolah. Aku dan Irina sudah merencanakan untuk pergi berbelanja malam ini. Dan kami sudah berada disalah satu toko baju dikota verona. Irina sudah berlenggok didepan cermin mencari baju yang pas untuk dirinya.
"Apa ini cocok??" tanya irina padaku. Dia memutar tubuhnya dan merapikan beberapa kain yang melipat diujung bajunya.
"kau cocok menggunakan pakain apapun irina!". Dia sudah menanyakannya berkali kali padaku dengan pakain yang berbeda beda.
"Kau takan membeli apapun. Untuk apa kau keluar hari ini?". Tanya irina.
Aku hanya memutar mataku malas dan bangkit dari kursi yang kududuki selama satujam. Aku mencoba menscan seluruh baju disini. aku mencari baju yang sederhana tidak begitu ramai oleh beberapa hiasan. Aku mengambil salah satu baju yang menarik perhatianku. Dan membawanya ke ruang ganti pakain.
"Aku pikir ini cocok?" Tanyaku pada irina.
"yah kau memang pandai mencari baju".jawab irina tersenyum. "Kau sudah memutuskan untuk pergi dengan siapa?".
Aku membuang nafasku kasar."aku tidak tau. Aku lupa mereka memiliki pesta disekolahnya".
"Tentu saja Carla. Ini Valentine siapa yang akan melewatkannya?" Jawab Irina sambil membuka buka majalah yang sedaritadi dia gengam. Dia melirikku sebentar." Kupikir ada beberapa orang yang mengajakmu bukan? Pilih saja salah satu dari mereka."
"Aku tidak mau. Mereka orang asing. Aku tidak akan nyaman jika bersama mereka. Kau mau menemaniku disepanjang pesta Irina?" Tanyaku dengan mencoba menjadi semanis yang kubisa.
"Shhh lihatlah kau terlihat seperti Patrisia dan kawannanya. Itu menjijikan" jawabnya sinis. "Mereka bukan orang asing carla. Dia teman sekelas kita. Setidaknya Sargio. Kau dekat dengannya bukan?".
"Aku bebar benar malas untuk datang ke pesta seperti ini Irina. Ini sangat menyebalkan."
Irina menatapku lembut. "Baiklah! kau memangnya sanggup. Jika pergi tanpa pasangan?".
"Tentu saja aku sanggup. Kau pikir aku hidup seperti apa saat ini?". Irina hanya tersenyum. "Ayo kita pulang. Aku sangat kelaparan".
"Ahh kupikir. Sebaiknya kita mampir di caffe gang pertigaan jalan pulang sebentar." Bujuk Irina sambil memainkan halis halisnya.
Aku meliriknya tajam. Dia memasang ekspresi seperti anak anjing. Aku hanya berdecak. "Baiklahhh.. " dan kemudian kami tertawa bersama.
Saat kami keluar dari toko. Irina menahanku. "Tunggu ..." dia mengecek tasnya seperti mencari sesuatu. "Dompetku tertinggal tunggu dulu".
"Kau memang pelupa! Cepat cari! Aku akan menunggu disini!". Irina berlari kedalam toko. Aku menunggu mendudukan bokongku dikursi depan toko. Udara masih dingin. Walau tidak separah bulan sebelumnya karna semakin dekat dengan musim semi. aku menghembuskan napas membuat asap asap dingin mengupul di udara. "Hahhh .. mengapa aku selalu lupa memakai sarung tangan. Lihatlah otakku tak dapat mengingatnya saking aku membencinya!". Aku menggosok gosok lenganku melihat sekeliling. Saat itu aku melihat seseorang yang sangat ku kenal. Dia sedang duduk didalam toko roti. Biasanya aku akan tersenyum melihatnya. Tapi untuk tersenyumpun aku tidak bisa. Seperti ada seseorang yang memukul jantungku dengan sangat keras. Bukan rasa senang yang selalu biasa kurasan tapi gemuruh badai musim dingin yang mengguyur kota verona.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Winter (Snowflake)
RomanceDalam kepingan Salju yang Turun. Dalam Badai Musim Dingin.