Saat ini Tiffany sedang berada di tempat favoritnya. Yaitu di Padang rumput yg letaknya tak jauh dari vila tempat tinggalnya. Ia sedang menuliskan surat Cinta utk mendiang kekasihnya Lee Donghae. Sesuatu yg telah menjadi rutinitas nya sehari-hari setelah kematian Donghae. Walaupun ia tahu Donghae tidak akan pernah bisa membacanya.
Satu tahun berlalu...
Namun bayanganmu masih Setia di benakku...Satu tahun berlalu...
Namun setiap kenangan kita masih mengalir di pikiranku...Apakah kau merasakan hal yg sama denganku...
Merasakan rindu yg perlahan membunuhku...
Lagi-lagi setetes air mata jatuh di pipi mulus itu. Kepalanya menengadah menatap langit biru. Sebelum kemudian menghembuskan napas berat seolah membuang semua beban yg menimpanya. Lalu pikiranya kembali melayang mengenang mendiang tunanganya.
*flashback on
Wuek.. Wuek.. (Suara muntah guys). Terlihat Donghae sedang membungkuk di wastafel sambil memuntahkan isi perutnya akibat efek kemoterapi yg dijalaninya. Tanganya menjambak keras rambutnya menahan rasa sakit yg menyerang.
Kemudian di balik pintu muncul Tiffany yg sedang menatap khawatir ke arahnya.
"Apa kau baik-baik saja? ". Tanya Tiffany cemas.
"Aku baik-baik saja, sekarang kau keluarlah". Jawab Donghae dg suara lemah.
"Tapi kau kesakitan". Ujar Tiffany sambil mendekat ke arah Donghae mencoba menyentuh pundaknya.
"Tidak apa-apa... Aku mohon keluarlah". Ucap Donghae bersikeras sambil menyembunyikan kepalan tanganya di balik tubuhnya.
"Tapi... ".
"KELUAAAR... ". usir Donghae dg suara lantang yg membuat napas Tiffany tercekat.
Dengan segala keterkejutanya Tiffany membalikan badan keluar dari kamar mandi dan melangkah entah kemana dg tatapan kosong hanya mengikuti langkah kakinya membawanya.
Sedangkan Donghae hanya bisa terduduk di lantai kamar mandi sambil menatap helaian rambut yg rontok di tanganya. Sesuatu yg disembunyikannya dari Tiffany.
Tanpa sadar Tiffany telah melangkah sampai pekarangan asri di halaman belakang rumah Donghae . Lembut dan dinginya rumput yg menyentuh telapak kakinya seolah menyadarkanya. Tiba-tiba atensinya tertuju pada sepasang burung yg hinggap di sebuah dahan pohon yg tampak sangat bahagia .
"Kenapa...?". Ujar Tiffany lirih
"Kenapa tuhan.. Kenapa? ".
"Kenapa kau tidak membiarkan kami bahagia... Bahkan burung pun bisa hidup bahagia bersama pasanganya... Tp kenapa kami tidak..!!". Suara Tiffany yg semakin lama semakin meninggi."Kenapa pasangan lain bisa hidup bahagia bersama-sama hingga rambut mrk memutih.... Tp kenapa kaki tidak... ". Tubuh Tiffany perlahan merosot jatuh terduduk di atas rumput sambil terisak kencang.
Napasnya tercekat saat merasakan sepasang lengan melingkar di perutnya memeluk dari belakang.
"Maafkan aku... ". Lirih Donghae dg menopangkan dagunya ke pundak Tiffany.
"Tidak... Jangan meminta maaf... Bukan kau yg menginginkan penyakit ini kan..? Kau tidak pernah meminta penyakit ini kan?". Seketika Tiffany berbalik memeluk Donghae dg tanganya mencengkram erat kerah baju Donghae.
Sore itu tangisan Tiffany seolah bagaikan lolongan yg menyedihkan bagi keduanya.
*flashback off
Brum... Brum..
Jiwa Tiffany seakan tersedot ke dunia nyata setelah mendengar suara motor trail melintas tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta [ End ]
FanfictionCinta itu buta... krn aku tak bisa memandang selain kepadamu Cinta itu buta... kecuali kau menuntunku dalam gelapnya Cinta itu buta, tuli, bisu bahkan lumpuh sesaat setelah kau membawa separuh jiwaku pergi bersamamu - Tiffany Cinta itu tidak buta...