Dia Kembali?

32 5 0
                                    

"Lho kok ikut nangis?" Tanya Rangga padaku.

Aku juga bingung kenapa aku menangis? Apa yang aku tangisi?

"Hah? Gapapa cuma terharu aja. Ada ya cowok sekeren kamu bisa nangis di depan cewek," setelah aku meluncurkan perkataan itu Rangga langsung melepas tanganku.

"Yyeee emang cuma cewek doang yang boleh nangis," kata Rangga.

"Btw tadi lo panggil aku kamu ya?" Aku menanyakan itu karena tidak biasanya Rangga memanggilku kamu. Lebih tepatnya, lo.

"Yaa tadi kan suasana haru, gapapa lah sekali-kali," ujar Rangga dengan mukanya yang cengingisan sambil berlalu mendekati motornya yang diparkir di luar bangunan tua ini.

"Ayo naik," perintah Rangga, saat aku tak kunjung mengikutinya ke luar.

"Mau kemana?" Tanyaku.
"Lo mau terus di situ, yaudah gue tinggal," kata Rangga sambil mengenakan helm.

"Eh ya nggak gitu juga," aku berlari keluar dan segera mengenakan helm.

"Kita cari makan dulu, lo gak laper?" Rangga berkata sambil melajukan motornya.

Setelah sekian lama aku dan Rangga mencari tempat makan, akhirnya kita menemukan warung mie ayam. Aku bertanya-tanya 'kenapa mie ayam, aku bahkan bisa membeli yang lebih'

"Aku lagi pengen mi ayam, itu makanan kesukaan papa, kalo keluargaku lagi keluar, pasti mampir di warung mi ayam," dia berkata sambil menaruh helmnya di motornya.

Gila apa tu cowok bisa mendengar apa yang dipikiran orang ya.

"Eh iya gapapa kali, gue juga suka mi ayam kok," aku berkata sambil cengar-cengir.

***

Setelah lama menunggu pesanan yang tak kunjung datang, akhirnya mi yang kami pesan datang juga.

Aku merasakan mi pertama di lidahku 'pantes rame, enak banget'.

Namun saat aku ingin melahap mieku yang sudah hampir habis, aku melihat seorang lelaki yang mirip sekali dengan seseorang yang ku cari-cari selama ini.

Mulutku melongo, mataku membulat. Sesendok mie yang tadinya ingin ku masukan ke mulutku, tiba-tiba berhenti di depan mukutku persis.

Mataku memerah menahan tangis. Jika tidak kutahan pasti saat ini aku sudah menangis terisak-isak di depan Rangga.

Aku belum yakin jika cowok yang aku lihat tadi adalah Cakra. Cakra yang meninggalkanku karena cewek lain.

Aku hanya bisa melihat separuh wajah dari cowok di depanku itu. Tak lama saat pikiranku terbawa emosi, Rangga memanggilku "woy Kla!!!" Panggil Rangga sambil mengayunkan tangannya tepat di depan wajahku.

Tapi aku tak kunjung sadar, aku masih melongo. Namun itu tak bertahan lama, Rangga menggubrak meja pelan sambil menyebut namaku

"Woy Kla, sadar dong , kenapa si ni cewek?" Ucap Rangga heran.

Karena aku kaget dengan gubrakan meja tadi aku terperanjat kecil dan mengedip-ngedipkan mataku.

"Eh lo bilang apa Ngga? Gue gak denger," kataku sambil memasukkan mie yang sempat macet tadi ke dalam mulutku. Mataku masih terfokus dengan pria di depanku.

"Lo liatin siapa sih serius banget?"

"Eh g-gak bukan siapa-siapa kok," kataku sambil tersenyum.

"Boong lo, oohh liatin dia," kata Rangga dengan matanya yang mengamati cowok yang dari tadi aku amati.

"Lo kenal sama dia?"

"Nggak, darimana gue bisa kenal," kataku gelagapan.

"Oohh kirain kenal,"

Mataku terus mengamati cowok yang kuduga adalah Cakra. Sekarang pria itu berdiri dan tertawa riang bersama dua orang temannya sebelum berlalu menuju pintu keluar warung itu.

Aku masih mengamatinya hingga dia pergi bersama teman-temannya.

"Lo suka apa sama dia? Dari tadi ngliatin terus," ujar Rangga menyadarkanku.

Aku hanya tersenyum tipis kemudian mengajak Rangga untuk pulang.

"Eh nggak, dah ah pulang yuk,"

"Yaudah ayuk, daripada gue dicuekin mulu," aku menahan tawa karena melihat wajah lucu Rangga saat ini.

***

Aku terbaring lemas di atas tempat tidur kusayang ini. Aku lelah karena beraktifitas.

Aku membalik tubuhku hingga menghadap ke foto yang ada di meja kamarku. Ya, itu adalah fotoku dengan Cakra.

Aku menahan tangis karena mengingat kejadian tadi sore.

"Benarkah dia Cakra" bisikku pelan dengan ibu jariku yang mengelus lembut foto yang usang itu.

Tanpa tersadar sebutir air menetes dari sudut mataku. Aku langsung menutup mataku dengan kedua mataku. Aku tak sanggup lagi untuk mengingat kejadian dulu saat aku bersama Cakra.

Mungkin benar kata teman-temanku aku harus melupakan Cakra. Aku harus bisa merelakan Cakra.

Namun apa daya, hatiku dengan pikiranku tak sepadan. Saat ini, aku hanya bisa menangis mengenang masa laluku yang kelam.

Saat aku sedang meresapi kesedihannku, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku tak kunjung beranjak dari tempat tidurku untuk membukakan pintu, tapi malah menarik selimutku hingga menutupi kepalaku. Tak heran, karena saat ini aku sedang berada di rumah sendirian. Bi Sumeh sudah pulang karena ini sudah malam.

Bel rumah berbunyi lagi, kali ini berkali-kali, mungkin orang atau hantu yang menekan bel agak marah karena tak ada respon sama sekali.

Tapi kepalaku dengan cepat keluar dari selimut untuk memastikan suara yang barusan aku dengar.

"Klaura buka pintunya ini papa!!" Seru orang yang menekan bel rumah dari tadi.

Aku membuang nafasku kasar karena merasa lega.

"Iya pah bentar," aku berteriak sambil berjalan menuju pintu besar rumahku.

Pintupun telah terbuka lebar, papa langsung menerobos masuk dan menuju kamar mandi terdekat. Aku melihatnya kebingungan.

"Aish main masuk aja sih papa, jadi aku yang masuk-masukin barangnya," dengusku kesal.

Saat aku akan meletakkan tas terakhir milik papa, papa keluar dari kamar mandi.

"Tadi lama banget si bukainnya, papa kebelet pipis, tadi hampir aja ngompol," perkataan papaku sukses membuatku tertawa.

"Ya habisnya papa pulang ga ngabar-ngabarin kan aku jadi takut," ucapku dengan mukutku maju kedepan.

"Inikan rumah papa, ya terserah papalah mau keluar masuk sesuka hati papa,"

"Yadeh yadeh serah papa,"

"Kamu gak kangen sama papa?"

Aku melirik papa, dan melihat papa sedang mengangkat-angkat coklat kesukaanku.

Bibirku seketika tertarik ke atas dang berlari memeluk papa, tapi hanya sesaat, lalu langsung merebut coklat dari tangan papa.

"Yeee mau peluk papa apa mau ngrebut coklat si,"

Aku tak menghiraukan perkataan papa lagi dan sibuk memakan coklatku dengan nikmat.

Jujur dalam hatiku, aku bersyukur papaku pulang dan dapat menghentikan kesedihanku saat ini. Karena jika aku sedih, papalah yang menenangkanku dan bisa membuat aku tertawa lagi.

------------------------------------------------------
Haloo maaf ya kalo masih ada banyak yang typo😆.

Tetap nantikan cerita selanjutnya 😊😆

NOW I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang