Aku Butuh Papa

34 3 0
                                    

Setelah aku menghabiskan coklat pemberian papa, hanya ada suara televisi yang terdengar.

Aku memang sedang menatap televisi yang ada di depanku, tapi pikiranku berada jauh di tempatku berada sekarang.

Aku pikir Papa juga sedang banyak pikiran, karena dari tadi hanya diam melamun tak beda jauh dari aku.

Karena tersadar yang sedari tadi hanya diam-diaman, aku melirik papa dari sudut mataku. Aku membuka pembicaraan terlebih dahulu karena tak tahan dengan suasana seperti ini.

"Papa capek?" Ucapku sambil tersenyum menatap papa.

"Ha? Enggak, kan udah ada anak papa tersayang di sini," tak kalah, papa juga mengembangkan senyumannya berusaha menutupi kesedihan atau permasalahannya yang tidak aku ketahui.

"Papa istirahat aja dulu, mau aku buatin kopi?"

"Ga usah, air putih aja," aku yang mendengar ucapan papa, menatap papaku dengan tatapan aneh.

"Kenapa? Papakan gak suka air putih," ucapku sambil beranjak dari sofa.

"Minta kopi diomelin minta air putih ditanyain," jawab papa ketus. Aku hanya terkekeh melihat perilaku papa yang masih seperti anak kecil.

Setelah langkahku dekat dengan dapur, aku mendengar papa meneriakiku sesuatu.

"Jangan lupa tambahin kopinya 1 sacet sama gula ya!!" Aku hanya memutar bola mataku. Tak percaya jika papa hanya meminta air putih, tau-tau minta kopi.

Setelah aku selesai membuat kopi, aku berjalan menuju ruang keluarga yang aku dan papa tempati tadi.

"Bilang aja mau kopi, kenapa harus panjang lebar dulu mintanya," ujarku yang bete menghadapi tingkah papaku.

"Ya kamu dah tau papa gak suka air putih, masih aja mau ngambilin papa air putih," tak kalah bete, papa menjawabku sambil tangannya meraih cangkir yang berada di depannya.

Setelah papa meneguk kopi, tak ada percakapan yang terjadi antara papa dan aku. Aku sudah malas untuk mengajak papaku berbicara lagi.

Tapi kali ini, papa yang duluan bicara.

"Gimana sekolah kamu, lancar jaya kan?" Tanya papaku.

Aku hanya mengangguk, lalu fokus pada acara televisi kesukaanku.

"Dah punya pacar?" Tanya papaku lagi, mungkin karena kesal yang tadi hanya mendapat anggukan saja dariku.

Tapi kali ini, aku memalingkan pandanganku dari televisi dan berpindah ke papaku.

"Kok tanya kayak gituan sih," jawabku kesal karena dirasa pertanyaan papa kali ini tak berbobot.

"Jangan dikira papa gak tau ya Kla, bi Sumeh bilang akhir-akhir ini kamu sering pulang bareng sama cowok," aku hanya melotot kaget ke arah papa.

"Jadi siapa? Kenalin sama papa dong?" Pinta papaku.

Aku lalu memalingkan wajahku, enggan menatap papa lagi.

"Nggak, aku nggak punya pacar pa," kataku dengan menunjukan ekspresi datar.

Setelah tidak ada lagi pembicaraan, aku beranjak dari tempat dudukku dan menuju kamar. Bukan tanpa sebab, aku hanya menghindari pertanyaan aneh yang sewaktu-waktu bisa keluar dari mulut papaku, seperti tadi.

"Udah ah, Kalura capek pah mau istirahat, besok juga sekolah," papaku hanya mengangguk.

Aku membanting tubuhku ke kasur empuk kesayanganku. Aku menatap layar ponselku yang sedari tadi menyala menandakan ada pesan masuk.

NOW I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang