Klaura dan Rangga kini sedang mematung di depan pintu warung mie ayam kesukaan Rangga.
Kini mereka sedang berada dipikiran masing-masing.
Terlihat mata Klaura memerah seakan menahan bendungan air yang siap terjun bebas ke pipi mulusnya.
Klaura menggigit bibirna kuat-kuat. Seakan tak percaya apa yang dia lihat saat ini.
"Ca...cakra" dia memanggil nama seseorang yang selama ini dia rindukan dan dia nantikan.
Rangga menoleh ke arah Klaura dan bertambah kaget.
Di sisi lain, ada seorang gadis di samping Cakra.
"Rangga??" Gadis itu memanggil nama Rangga dengan jelas.
Kini, mereka berempat saling tatap menatap.
"Heh kalo mau ngobrol jangan ditengah pintu dong, sini mau masuk juga susah!" Suara lantang itu menyadarkan mereka berempat dari mimpi atau pikiran mereka masing-masing.
"Masuk yok, kita kesini mau makan kan," Rangga menggenggam tangan Klaura dengan erat dan menariknya.
Klaura masih tak percaya apa yang dia lihat tadi. Begitupun dengan Rangga.
"Tadi itu yang namanya Cakra?" Tanya Rangga memecah lamunan Klaura.
Memang, Rangga tau jika Klaura mempunyai mantan yang bernama Cakra, tapi dia tidak tau seperti apa Cakra itu.
"Iy..iyaa , tadi Cakra," jawab Klaura .
"Tadi kan mantan lo, siapa namanya? Eve? Elyn? Siapa sih lupa gue," tanya Klaura sambil mengingat nama seorang gadis yang ia tahu kalau gadis itu adalah mantan Rangga.
"Evelyn," jawab Rangga datar.
"Nah! Kok bisa sama Cakra sih?"
"Mana gue tahu, pacaran kali," mendengar jawaban Rangga yang ngasal tapi cukup memukul hatinya ini, Klaura melebarkan matanya dan menatap Rangga.
Pacaran? Gak gak mungkin, gak trima gue kalo Cakra pacarnya Evelyn. Pikir Klaura sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Napa lo? Sakit?" Lagi-lagi Rangga memecah lamunan Klaura.
"Gak, gak papa"
***
Kini Klaura sudah berada di ruangan bertembok pink, warna kesukaan Klaura.
Dia sedang mengotak-atik pulpen yang ada di tangannya. Sebenarnya, Klaura berniat belajar, namun pikirannya tak sejalan dengan niatnya.
Sedari tadi, Klaura memikirkan hal yang tadi ia alami bersama Rangga.
"Kok bisa, Cakra Evelyn," tanyanya dengan diri sendiri sembari tangannya meletakkan dua pulpen yang ia gunakan sebagai Cakra dan Evelyn.
"Apa jangan-jangan..." lagi-lagi dia bertanya dengan pertanyaan yang tak mungkin di jawab oleh siapa pun karena saat ini, hanya ada dia di kamarnya.
"Gak gak gak, gak mungkin gitu," kali ini dia berkata dengan gebrakan meja.
"Pokoknya gue harus cari tau, iya, harus!" Ucapnya sambil menjentikkan jarinya.
Jari jemari Klaura terus membuka lembaran demi lembaran buku di hadapannya. Namun tetap saja dia tidak bisa berkonsentrasi. Padahal 4 minggu lagi Ulangan Harian Bersama akan diadakan. Bisa payah jika Klaura tidak bisa membuang jauh-jauh pikirannya tentang Cakra.
***
Namun sungguh sial nasib gadis satu ini. Keesokan harinya, dia mendengar berita bahwa ada seorang siswa pindahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOW I LOVE YOU
Novela JuvenilAku merasakan detak jantungku yang tak karuan saat melihat sesosok pria di depanku. Aku tak ingin mencintainya, karena aku masih mencintai pria yang dulu menjadi bagian hidupku. Tapi dia memaksa masuk dalam hatiku. Hatiku sesak harus memilih antara...