6 Juni 2007
Hari sudah mulai menjelang malam. Di sudut gang yang sepi, terdengar sayup-sayup suara tangisan. Beberapa pasangan yang lewat di dekat situ bergidik ngeri ketika mendengar isak tangis itu. Langkah mereka dipercepat, tak ingin berlama-lama di daerah yang terkenal angker itu.
Di balik tong sampah besar, terlihat seorang anak kecil sedang meringkuk sambil terisak. Matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Mukanya merah, badannya bergetar. Dia kedinginan. Di sudut bibirnya, dia tak henti-hentinya memanggil "Mama.. Mama.."
"Kau tidak apa-apa?"
Anak kecil itu mendongakkan kepalanya ke arah suara. Dia melihat seorang anak laki-laki yang lebih tua darinya, memandang ke arahnya dengan tatapan ingin tau.
"Kenapa kau menangis?"
"Mama... Mama... Hiks"
"Kau kehilangan mamamu? Mau kuantar untuk mencarinya?" tawar anak kecil itu sambil mengulurkan tangannya.
Anak kecil yang menangis itu menyambut tangan kakak penyelamatnya. Di saat tangan mereka bersentuhan, kedua anak kecil itu mendengar sebuah alunan musik indah di sekeliling mereka. Sudut gang yang sepi dan kotor itu seolah-olah berubah menjadi berwarna-warni. Tak ada kesan angker lagi, tergantikan oleh keindahan bak taman bunga.
"Kau sepertinya lebih muda dariku, panggil aku kakak ya"
Anak kecil itu cuma mengangguk. Air matanya telah berhenti mengalir sejak beberapa saat yang lalu. Keberadaan dan genggaman tangan 'kakak' ini membuatnya merasa lebih tenang.
Mereka berjalan keluar menuju keramaian. Tangan mereka masih bertautan satu sama lain. Alunan musik indah itupun masih mengalun.
"Donghyuck...! Donghyuck...!" Terdengar teriakan beberapa orang memanggil nama yang sama.
Anak kecil itu, Donghyuck rupanya namanya, mendongak ke arah suara seorang wanita.
"Mamaaa..." teriaknya balik.
"Oh Donghyuck anakku. Anakku. Maafkan mama nak." Mama berlari dari ujung jalan kemudian memeluk Donghyuck erat.
"Mama, Hyuckie takuuut..." adu Donghyuck. Kini dia sudah berada di pelukan mamanya. Hatinya merasa tenang sekarang, meskipun dia merasa ada yang hilang. Sejak tangannya melepaskan genggaman si kakak, dia tak mendengar lagi alunan musik indah itu.
"Adek kemana saja sayang? Kamu tidak apa-apa kan?" Suara bariton milik Papa Donghyuck memecah tangisan ibu dan anak itu.
"Papa.. Kakak ini, dia membantuku" tunjuk Donghyuck ke arah si kakak.
"Terima kasih nak, sudah membantu Donghyuck."
"Iya.. Sama-sama om!" jawab anak itu ceria.
"Orang tua kamu dimana?"
"Itu..." tunjuknya kepada sepasang orang tua yang berjalan tergopoh-gopoh ke arah mereka.
"Minhyung ah, jangan tiba-tiba menghilang begitu, mom and dad dari tadi mencari kamu" tegur sang ibu sambil merengkuh anaknya.
"Ah, maafkanlah dia. Tadi anak ganteng ini telah menyelamatkan anakku. Kalau tidak ada dia, pasti kami masih kebingungan mencari keberadaan anak kami." kata Ayah Donghyuck menjelaskan.
"Benar begitu nak?" tanya Ayah Minhyung yang dijawab dengan anggukan kepala dari anaknya.
"Ah kalau begitu Dad bangga sekali padamu!" ujarnya sambil mengusap kepala Minhyung.
"Sekali lagi, kami ingin mengucapkan terima kasih banyak." Kali ini ibu Donghyuck yang angkat bicara.
"Adek, bilang makasih sama kakak ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Baby Lion and Pudu | Markhyuck
FanfictionKumpulan cerita receh, klise dan fluffy tentang Mark Baby Lion dan Pudu Haechanie [One Shot] Markhyuck GS