"Jeen tungguin..." teriak seseorang sambil berlari dari arah parkir. Rambut panjangnya berkibar terkena angin.
"Dateng sama siapa Chan?"
"Sama kak Mark." jawabnya ringan.
"Trus dia dimana?" tanya Jeno heran.
"Di belakang!"
Jeno menengok ke arah jari telunjuk Haechan. Dia melihat Mark yang menekuk wajahnya dalam. Matanya menatap nyalang ke arah Jeno. Yang ditatap bergidik ngeri, tatapan Mark penuh dengan aura ingin membunuh. Tanpa sadar, Jeno bergerak menjauhi Haechan.
"Jen, kita ada peer ga?" tanya Haechan. Jeno mendelik ke arah Haechan yang dengan santainya menarik-narik lengan baju seragamnya. Belakang kepala Jeno seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Hawa membunuh Mark terasa lebih pekat.
"Eng-enggak ada Chan." jawabnya gugup sambil melepas tangan Haechan di lengan bajunya.
"Chan!" terdengar panggilan pelan dari arah belakang.
Haechan yang dipanggil pura-pura tidak mendengar, dia malah makin mengeratkan pegangannya yang kini berada di lengan kekar Jeno, mengabaikan tangan Jeno yang berusaha melepaskan jari-jarinya.
"M-Mark manggil kamu tuh Chan."
"Hmmm? Apa Jen?" tanya Haechan pura-pura polos.
"Mark mang..." kata-kata Jeno terputus oleh Mark yang tiba-tiba sudah berdiri menghadang mereka.
"Eh, kak Mark kok gak masuk kelas? Aku mau ke kelas sama Jeno." kata Haechan riang. Haechan seperti tidak menyadari raut muka Mark yang sedang keruh.
"Ikut kakak bentar!" perintah Mark. Tangannya sudah mencengkeram pergelangan tangan Haechan.
Haechan memberontak, "gamau kak, aku mau ngerjain peer sama Jeno."
Jeno yang mendengar namanya disebut, menelan ludah kasar. 'Sial si Haechan! Gue bisa kena amuk Mark.' batin Jeno mengumpati teman sekelasnya itu.
Mark menatap tajam ke arah Jeno, kemudian berganti ke wajah Haechan -yang memasang wajah super polosnya- sebelum akhirnya melepas tangan Haechan dan beranjak pergi. Kedua tangannya mengepal, langkah kakinya menghentak menandakan suasana hatinya yang sedang buruk.
"Ayok Jen, masuk kelas!" ajak Haechan.
Jeno hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat sikap Haechan yang terlihat biasa-biasa saja. Seolah dia tak terusik dengan tatapan tajam Mark. Seolah kepergian Mark tanpa berkata apapun kepada mereka itu baik-baik saja. Seolah dia barusan tidak menempatkan Jeno dalam situasi buruk -jadi objek kecemburuan Mark-. Jeno menelan ludah kasar, dia harus bersiap menerima latihan yang lebih keras dari ketua klub basketnya hari ini.
***
"Latihan hari ini selesai sampai di sini. Kalian langsung pulang, istirahat dan persiapkan diri untuk pertandingan minggu depan." kata coach membubarkan latihan.
"Lee Jeno, kita perlu bicara!" Mark mendekati Jeno yang sedang menahan gemetar. Mark memanggil nama lengkapnya. Ini bukan pertanda bagus.
Belum sempat Mark berkata apapun, sebuah teriakan nyaring terdengar di pendengaran para anggota klub basket yang masih di lapangan. Haechan, si pemilik suara sedang berlari ke arah lapangan sambil meneriakkan nama
Jeno?
Para anggota klub basket memandang ke arah Mark dan Jeno bergantian. Mereka bersiap ketika merasakan ada ketegangan yang timbul di antara keduanya yang disebabkan oleh teriakan cempreng Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Baby Lion and Pudu | Markhyuck
FanfictionKumpulan cerita receh, klise dan fluffy tentang Mark Baby Lion dan Pudu Haechanie [One Shot] Markhyuck GS