Mark melihatnya lagi. Seorang gadis manis yang sedang berselonjor di taman dekat lapangan basket. Seperti biasa dia membawa buku, entah novel atau buku pelajaran, Mark tidak bisa menentukannya dari jarak sejauh ini.
Mark sudah memperhatikannya selama dua minggu ini. Gadis itu selalu duduk di tempat yang sama, di hari dan jam yang sama. Mark hafal, karena gadis itu selalu datang di saat jadwal latihan klub basketnya. Selama dua hari dalam seminggu, Mark selalu melihat gadis itu duduk di pinggir lapangan dengan membawa buku. Mark tidak melihatnya datang pada hari rabu, padahal hari itu juga adalah jadwal klub basketnya berlatih.
Awalnya, Mark mengira gadis itu datang untuk menonton latihan basket dan kemudian berteriak mendukung cowok kesukaannya, seperti siswi-siswi yang lain. Tapi tidak. Gadis itu hanya duduk di sana dan membaca buku yang dibawanya. Dia bahkan tak menaruh minat pada pertandingan latihan yang seru, maupun teriakan cewek-cewek yang semakin keras.
"Mark, ngapain lu ngelamun aja?"
"Oh, enggak Jen."
"Dah yuk, istirahatnya udah mau abis. Itu coach udah manggil kita buat ngumpul."
"Oke Jen, duluan!" kata Mark. Dia melemparkan pandangannya ke arah gadis itu lagi.
Selama beberapa saat, pandangan Mark dan gadis itu bertemu. Mark merasakan ada sesuatu seperti berjalan dalam perutnya. Gadis itu tampaknya juga terkejut dengan interaksi yang tiba-tiba itu, karena ekspresinya berubah menjadi shock. Dia pun buru-buru membereskan barang bawaannya dan segera beranjak dari situ. Mark yang merasa ada sesuatu dari dirinya yang ikut pergi, berniat mengejar gadis itu. Namun urung, karena dia telah dipanggil oleh teman setimnya untuk bergabung.
'Till next time..!' Bisik Mark pada bayangan gadis itu.
***
"Jen, lo tau cewek yang suka duduk baca buku di deket lapangan ga?" tanya Mark pada sahabat sejak kecilnya itu.
"Banyak yang duduk di sana Mark." jawab Jeno tanpa mengalihkan pandangannya dari seseorang di ujung kantin sana.
"Enggak, yang selalu dateng pas kita latian basket."
"Cewek-cewek emang suka dateng pas kita latian kali Mark. Bukannya nyombong nih ya, kita kan cowok-cowok keren sekolah." kata Jeno sedikit sombong. Tapi, benar juga sih apa yang Jeno bilang.
"Lagian lo tumben peduli sama sekitar lo, biasanya juga lo cuek-cuek aja. Cewek-cewek yang nembak lo aja selalu lo lupain. Pagi dia nembak, siang lo lupa anaknya yang mana." Jeno mengutarakan fakta.
Mark memang seperti itu orangnya. Cuek, tak ambil pusing dengan sekitarnya. Kesannya dingin dan susah didekati. Padahal ketika dia sudah bersama dengan teman-teman dekatnya, dia cenderung cute dan 'sedikit' oon.
Jeno melirik ke samping, ke arah sahabatnya yang sedang bergelut dengan saos sambal yang tidak keluar-keluar dari botol. Mukanya merah, kedua tangannya bergerak cepat mengocok botol saos berharap ada sedikit saos yang keluar. Oke, bukan sedikit tapi emang oon! batin Jeno mengoreksi.
"Sini gue aja!" kata Jeno sambil merebut botol saos itu dan menuangkannya pada mangkok bakso Mark.
"Stop stop! Yak, perfect!" seru Mark.
Jeno memandangnya datar, "itu cewek-cewek kalo tau lo oon gini, masih pada suka ga ya sama lo?"
"Suka lah, gue kan ganteng!"
"Pede lu!"
"Eh, gimana? Lo tau gak cewek itu?" tanya Mark lagi.
"Cewek yang mana sih?" Jeno kembali mengarahkan pandangannya ke arah ujung kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Baby Lion and Pudu | Markhyuck
FanfictionKumpulan cerita receh, klise dan fluffy tentang Mark Baby Lion dan Pudu Haechanie [One Shot] Markhyuck GS