Bab 3

874 128 4
                                    

Warning: new OC!.

.

Manusia adalah sosok yang rumit—tapi dari kerumitan itulah mereka menarik.

Madara tidak terlalu banyak bergaul dengan manusia—buat apa, dia sebagai roh kelas atas merasa bergaul dengan level rendah itu tidak ada gunanya—tapi sekalinya bertemu Natsume, orang yang mau tidak mau memegang benda vital dalam dunia per-youkai-an (maksudnya yuujinchou), kucing jejadian itu bisa dengan mudah menyimpulkan kenapa para youkai membenci makhluk hidup yang satu itu.

Mereka merepotkan.

Mereka lemah. Berapa kali Madara menyaksikan Natsume ambruk lantaran kehabisan tenaga—dan terpaksa berbaring di kamar selama berhari-hari?

Mereka terlalu banyak melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak seharusnya menjadi urusan mereka.

Mereka juga bodoh. Terlalu bodoh, malah. Menganggap apapun yang tidak terlihat itu tidak nyata, dan mudah sekali dimanipulasi karena terlalu banyak melibatkan permainan emosi dalam kejadian apapun.

Mereka tertutup—dan sering membiarkan diri di bawah tekanan. Seandainya yang terkekang itu adalah youkai, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan kekangan itu.

"Aku benar-benar tidak paham," ia menatap Natsume yang sibuk sendiri. Tumpukan buku panduan diletakkan di sebelah kirinya, tapi belum dibuka sejak awal. "Sebenarnya kau tidak usah mengerjakan PR, kan?"

Dijawab dengan lelah, "Kalau aku tidak mengerjakan PR, bagaimana dengan nilaiku? Rakuzan bukan tempat untuk sekadar bermain-main di kelas."

Manusia—mereka menetapkan standar seenaknya. Melakukan banyak hal yang terlalu menyalahi hukum alam. "Kalau kau jadi youkai, kau tidak usah repot-repot mengerjakan PR seperti itu."

"Dan kalau kau benar-benar youkai, aku tidak usah repot-repot membelikan makanan untukmu. Sensei tidak akan mati hanya gara-gara tidak makan takoyaki sebulan, kan?" Skak mat. "Sekarang diam—kecuali kau tahu bagaimana menyelesaikan persamaan aritmatika ini."

"Aku lebih suka menghitung waktu—2 jam lagi makan siang."

Natsume menggumam tidak jelas, kembali menuliskan angka-angka.

Ketika ia sudah menyelesaikan soal terakhir matematikanya, Natsume menyambar buku pelajaran di sekolah lamanya—mempersiapkan diri untuk ujian yang akan datang dalam waktu empat bulan mendatang. Mudah-mudahan saja ia sudah kembali saat itu.

Ketika tangannya membuka lembar pertama buku catatan, ia membayangkan wajah teman-temannya di sana. Ia melihat bayang-bayang wajah pasangan Fujiwara, Natori, Tanuma, Taki, Nishimura, Kitamoto, juga para youkai yang selama ini cukup dekat dengannya—

Apa mereka baik-baik saja?

Mereka tidak akan diganggu, kan?

Apakah kepergiannya benar-benar membuat mereka sedih—atau malah, berpesta ria merayakan perginya satu orang aneh dalam hidup mereka?

Sontak bukunya dihantam ke meja. Madara terlonjak, nyaris mengamuk. "Kalau tidak suka belajar, jangan malah marah-marah!"

Bicara apa kau, Natsume. Jelas-jelas mereka mengkhawatirkanmu. Kedua pipi ditepuk, berusaha mengenyahkan semua kemungkinan negatif di otak. Tubuhnya diputar hingga menghadap Madara. "Aku hanya kaget," ia menyunggingkan senyum minta maaf pada sensei-nya.

"Kaget?" alasan itu sama sekali tidak masuk akal. Madara memang bukan manusia, tapi ia mengenali perbedaan gestur kaget dan marah pada makhluk itu. "Padahal tidak ada apa-apa di sini—kenapa bisa terkejut segala?"

[COMMISSION] Eyes [Akashi x Natsume]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang