Dia

85 5 3
                                    

Maaf bila ada typo
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Saat ini syafa sedang berada di kelas sendirian, karena teman-teman sekelasnya sedang melaksanakan sholat dhuha. Sedangkan syafa sedang berhalangan sholat, sebenarnya bukan hanya syafa saja yang sedang berhalangan tapi beberapa dari teman kelasnya juga ada yang berhalangan. Hanya saja mereka lebih memilih untuk ke kantin pesantren dibandingkan berdiam diri di dalam kelas.

Lain halnya dengan syafa yang lebih memilih kesunyian di kelas daripada ramainya kantin pesantren.

SYAFA POV

"Hmn.. Enaknya ngapain yaa biar aku gak kepikiran trus sama kejadian itu." Pikirku.

Sebenarnya aku bingung kenapa aku tidak ikut ke kantin dengan teman-temanku yang lain. Padahal biasanya aku lebih senang kumpul dengan teman-teman dibanding sendirian dalam kesunyian seperti ini. Tapi kali ini entahlah, mungkin karena ada yang sedang mengganggu pikiranku saat ini.

Ya, pikiran yang sangat mengganggu untukku. Padahal aku sendiri tidak ingin terus menerus memikirkan kejadian itu. Kejadian yang sudah lewat 2 minggu lalu, tetapi masih sangat melekat di ingatanku.

"Ahh sudahlah lebih baik aku membaca buku yang tadi dipelajari aja." putusku akhirnya.

Aku mulai membuka materi sejarah islam yang tadi sudah dijelaskan oleh ustadz bayu. Aku membacanya agar dapat lebih paham lagi. Aku membaca setiap jejak perjalanan dakwah nabi kepada umatnya yang banyak sekali rintangan di dalamnya.
.
.
.
.
"boleh ana tolong?." tanya seseorang dengan nada dingin sembari mengulurkan tangan dan membuat syafa mengangkat kepalanya.

"Astaghfirullah." gumam syafa karena kaget melihat orang yang ingin menolongnya. "Maaf akhi, bukannya ana tidak mau tapi..." ucap syafa terpotong.

"Ini." ucap lelaki itu. "Pegang gagang ini." sambungnya.
.
.
.
.
"Duh.. Enggak. Enggak. Enggak. Aku gak boleh mikirin hal itu terus. Syafa stop kamu gak boleh kayak gini, kamu bisa dosa kalau terus mikirin hal itu. Itu sama saja zina pikiran." batinku mengingatkan diriku.

Ya, tadi itu hanya bayangan dalam pikiranku, bayangan yang selalu saja mengganggu pikiranku. Padahal ragaku ini sudah menolak untuk memikirkan hal itu, tetapi sepertinya hatiku menolak untuk melupakannya. Hatiku seperti ingin mengajak diriku untuk terus berada dalam bayang-bayang itu.

Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan, tapi aku sendiri bingung bagaimana agar aku tidak memikirkannya lagi.

"Apa aku harus memberi tahu pada teman-teman?." Pikirku bimbang.

"Ya Allah. Tolong hamba." keluhku pelan sambil mengusap wajahku dengan gusar. Setelah itu aku menenggelamkan wajahku di atas buku sejarah islam yang sebelumnya aku baca.

POV END

Sedangkan di masjid ponpes, indah, wardah, dan juga elmira sedang bersiap untuk kembali ke kelas setelah melaksanakan sholat dhuha. Mereka berjalan ke kelas sembari bersenda gurau, walau sebenarnya elmira tidak begitu menikmati gurauan yang dilontarkan indah dan juga wardah, bukan karena elmira tidak senang ataupun tidak suka dengan candaan kedua temannya itu. Tetapi dia lagi asik sendiri dengan bayang-bayang di pikirannya.

ELMIRA POV

Sekarang aku, indah, dan juga wardah sedang merapikan alat sholat kami, karena kami baru saja selesai melaksanakan sholat dhuha.

"Ayok balik ke kelas." Ajak wardah.

"Ayok dah, kasian si syafa pasti kangen sama aku." Jawab indah dengan pedenya sambil terkekeh. Dan aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar jawaban dari indah.

Kami berjalan menuju kelas sambil sesekali bersenda gurau. Tapi lebih tepatnya hanya wardah dan indah saja yang bersenda gurau. Ya, hanya mereka berdua saja, karena aku tidak begitu mendengarkan candaan mereka karena pikiranku sedang melayang pergi ke seseorang.

Ya, orang itu yang telah membuatku terus memikirkannya dalam dua minggu terakhir ini, hampir tiap hari isi pikiranku hanya tentang dia.

Sebenarnya aku tidak ingin terus menerus memikirkannya, tapi mau bagaimana lagi. Hati ini terlalu sulit untuk melupakannya begitu saja.

Entah aku bingung, kenapa hanya karena kejadian itu aku terus memikirkannya. Padahal baru pertama kali aku bertemu dengannya, tapi hatiku seperti mengajak pikiranku supaya mengingat terus kejadian itu.

Dan hati ini begitu senang ketika aku mengingat lagi sosoknya. Matanya yang indah, paras wajahnya yang tampan dan meneduhkan, ditambah rambutnya yang tertutup dengan pecinya, serta tutur katanya yang sopan membuatnya terlihat tambah 'alim.

"Astaghfirullah." Ucapku pelan setelah tersadar dari lamunanku dan sadar juga bahwa apa yang aku pikirkan adalah kesalahan.

"Liimadza anti*?." Tanya indah dan Wardah hampir bersamaan.

"Ahh labasa**." Jawabku cepat.

"Kamu kenapa sih mir, kok dari tadi aku lihat kamu kayak lagi mikirin sesuatu." Tanya Wardah yang sepertinya dia peka dengan sikapku.

"Ahh mikirin sesuatu? Emang aku mau mikirin apaan?."  Ucapku yang balik bertanya pada wardah karena aku bingung harus harus menjawab apa.

"Ihh bener-bener deh kamu mir, kok kamu malah balik nanya sih?."  Tanya indah yang gemas dengan pertanyaanku tadi.

"Tuh kan gak nyambung, ditanya malah balik nanya. Kamu gak usah bohong miraa, ketahuan tau dari tadi kamu lagi gak fokus." Ucap wardah.

"Duhh si wardah kenapa bisa tau banget aku lagi gak fokus sih. Kalau seperti ini kan aku jadi bingung harus jawab apa." Batinku.

"Ihh sok tahu banget deh kamu dah. Udah ayok kita cepetan balik ke kelas." Balasku akhirnya.

Setelah itu kami mempercepat langkah kami untuk sampai di kelas, kali ini kami semua diam tanpa berbicara satupun. Dan terlihat sangat jelas wajah wardah yang menampakkan ketidakpuasan atas jawabanku tadi.

Aku tahu wardah tidak akan percaya begitu saja dengan ucapanku, dan pasti aku rasa jika ada kesempatan dia akan menanyakan langsung padaku.

Sebenarnya aku ingin berterus terang kepada mereka tentang hal ini, karena siapa tahu saja mereka dapat memberi solusi yang terbaik untuk aku. Tapi aku merasa belum ada waktu yang tepat untuk membicarakannya.




NB: * kenapa kamu?
        ** Ahh tidak apa-apa.


Assalamualaikum.. Alhamdulillah bisa update juga.. mohon maaf yaa telat banget updatenya 😢😢.. tolong jangan dihapus dari library klian yaa😥😄..

Dan terima kasih juga yang udah masukin PLS  ke reading list kalian😄😄😘😘

Jangan lupa vote dan komennya ditunggu 😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesantren Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang