The Perfect Blood - moorzmordree

5K 360 16
                                    


Title : The Perfect Blood

Rating : T

Genre : Romance

Words Count : 2590

Author : moorzmordree


The Perfect Blood

Sekolah Sihir Hogwarts

8 Februari 1999

8.45 am

.

Hermione Granger melangkahkan kakinya secara buru-buru ke dalam Aula Besar. Sebenarnya dia tahu resiko yang akan dia hadapi ketika dia masuk ke dalam Aula tersebut, tapi sekarang, masa bodoh dengan semuanya. Perutnya sudah berbunyi sejak ia bangun tidur tadi dan di pantry asrama tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan lauk.

Kakinya memijak di lantai Aula Besar, dan secara serentak semua orang menatapnya dan kemudian berbisik-bisik. Dia berjalan menuju meja asramanya dan—

"Hei, Granger!"

Itu yang Hermione maksud dengan risikonya.

Gadis itu menengok ke arah seseorang yang memanggilnya; Pansy Parkinson.

"Apa yang kau lakukan disini, Granger?" tanyanya nyaring. "Kau ingin menunjukkan bahwa kau lebih baik daripada Weasley, eh?"

Gadis itu diam dan menuju meja asramanya—Gryffindor—dan duduk di depan anak laki-laki berwajah bundar; Neville Longbottom.

"Abaikan saja dia, Hermione," kata Neville pelan. "Dia hanya iri."

Hermione mengangguk sambil mengambil sebuah roti lapis madu. "Di mana Luna?"

"Dia sudah selesai sarapan beberapa saat sebelum kau ke sini," katanya. "Dia punya kelas Herbologi pukul sembilan."

Hermione mengangguk sambil mengecek jadwalnya. "Kita punya kelas Ramuan pukul sepuluh nanti bersama Hufflepuff, dan—oh." Wajahnya berubah keruh. "Rapat Prefek setelah makan malam. Aku benci itu."

Neville tertawa. "Sesulit itukah menjadi Ketua Murid, Hermione?"

Hermione mengangguk lelah. "Sangat," katanya sambil menelan rotinya dan meminum susu cokelatnya. "Kau harus bisa membagi waktu antara belajar, rapat, mengerjakan tugas baik tugas untuk Ketua Murid ataupun tugas dari para profesor. Dan terlebih, aku darah-lumpur."

Si anak laki-laki menggeleng-geleng. "Sepertinya aku harus pergi ke perpustakaan," gumamnya tiba-tiba. "Kau tahu, kurasa aku harus belajar sungguh-sungguh tahun ini."

Hermione mengangkat bahu—kemudian sebuah ide muncul di kepalanya secara mendadak. "Aku ingin pergi ke pondok Hagrid. Kau mau ikut, Neville?"

Neville menggeleng. "Tidak, terima kasih."

Hermione mengangguk sambil buru-buru menelan makanannya, kemudian meminum susunya. "Sampai ketemu di kelas Ramuan."

Si penyihir laki-laki mengangguk dan penyihir perempuan keluar dari Aula Besar, mengabaikan tatapan-tatapan benci dan jijik yang ditujukan padanya.

.

Dua belas jam kemudian, Hermione Granger berada di Asrama Ketua Murid, mengerjakan setumpuk perkamen bersama partner ketua muridnya, Draco Malfoy.

Ya, Draco Malfoy. Laki-laki yang dulu paling dibenci Hermione setelah Voldemort.

Entah apa yang ada di pikiran Hermione ketika dia memaafkan laki-laki itu beberapa bulan lalu. Dia hanya bisa berpikir satu hal; Malfoy merasakan apa yang ia rasakan sekarang.

DRAMIONE ONESHOTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang