Catastrophe - budhilapane

6.2K 392 24
                                    


Title : Catasthrope

Rating : T

Genre : Romance, Angst

Words Count : 2743

Author : budhilapane


Catasthrope

Aku masih teringat apa yang membuatku berakhir di ruangan gelap nan lembab ini, sedari tadi aku hanya bisa duduk bersandar menunggu kedatangan siapapun itu yang bisa mengeluarkanku dari ruangan antah berantah. Kondisiku terlalu lemah untuk melakukan disapparate untuk kabur, kepalaku mendadak memikirkan Hogwarts, yang terakhir kuingat Hagrid membawa Harry dalam keadaan tidak berdaya.

Sangat sulit dipercaya ketika Voldemort mengumumkan kalau Harry telah mati, maksudku itu mustahil, tujuh belas tahun yang lalu Harry bertahan dari mantra Avadra Kedavra. Tidak mungkin dia mati secepat itu. Seharusnya ia masih bisa bertahan. Hatiku seolah teriris mengingat peperangan yang tengah terjadi.

Perlahan air mataku kembali mengalir, aku kembali menangis seperti satu jam sebelumnya. Aku mengkhawatirkan kedua sahabatku, bagaimana dengan Ron? Aku kembali diliputi perasaan bersalah ketika menolak ciumannya di kamar rahasia, aku memang pernah menyukai Ron. Tapi itu dulu, setelah rasa sakit melihat Ron dengan Lavender membuatku untuk menghapus perasaan itu pada Ron. Aku masih menyayanginya sekarang. Hanya sebagai sahabat. Lagipula masalah perasaan tidak lebih penting dari masalah yang kembali menimpa kami semua untuk melawan Voldemort dan pelahap maut.

Kami semua yang menolak untuk bergabung dengan Voldemort kembali diperangi oleh pasukan pelahap maut. Aku tidak berharap aku masih hidup nanti, tapi aku berharap celah kemenangan terbuka lebar. Tapi di sinilah aku, hanya duduk bersandar dengan perasaan putus asa. Tongkatku tidak kutemukan dimanapun, mungkin tongkatku berada di tangan pelahap maut yang membawaku ke sini.

Luka yang menganga di pelipisku membuat kepalaku didera rasa pening tak terperi, wajahku dipenuhi luka baret ketika melihat pantulan wajahku sendiri di genangan air. Aku meringis, jemariku menyentuh pelipis sekedar menyentuh lukaku yang tak kunjung mengering.

Kudengar langkah kaki yang menggema, derap langkah itu semakin terdengar mendekati ruangan yang kutempati. Aku menatap pintu teralis besi seraya bangkit. Dengan perlahan aku berjalan mundur menjauhi pintu itu tanpa menimbulkan suara dengan tatapan yang masih tertuju kearah pintu. Sial, dalam keadaan seperti ini aku justru tidak memegang tongkat.

Derit pintu yang terbuka terdengar seperti derit kematian bagiku, suara deritannya mengisi keheningan ruangan terdengar begitu mencekam. Aku bersembunyi di balik pilar, mataku tertutup dengan jantung yang berdetak begitu kencang, aku menahan napasku beberapa saat. Derap kaki kembali terdengar, memungkinkan kalau pelahap maut itu mencari keberadaanku.

Satu. Dua. Tiga.

Aku tidak mendengar apapun, kemana perginya pelahap maut itu? Aku bahkan bisa mendengar detak jantungku sendiri karena keadaan yang kembali sunyi. Aku menelan ludah, kemudian menghembuskan napasku yang bergetar. Aku terus menenangkan pikiranku sendiri. Dia sudah pergi. Dia sudah pergi. Pelahap maut itu sudah pergi dan sekarang buka matamu, Hermione.

Aku kembali menelan ludah, kelopak mataku terbuka perlahan. Setelah ini aku harus memikirkan cara untuk keluar.

Satu. Dua. Tiga.

Napasku tercekat. Jantungku seakan ikut terkejut dengan berhenti berdetak. Telingaku berdengung. Aliran darahku seakan tersumbat. Astaga, astaga, astaga! pelahap maut itu tepat berada di depan wajahku! Topeng perak yang menyeramkan tepat di depanku! Aku langsung berbalik dan segera berlari menuju pintu, jantungku kembali berdetak dengan kencang. Pikiranku tidak bisa berpikir jernih, yang kupikirkan sekarang hanyalah kabur. Seandainya aku memilih bagaimana caraku mati maka aku lebih memilih troll yang membunuhku daripada seorang pelahap maut membunuhku di tempat tak terhormat ini.

DRAMIONE ONESHOTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang