1

6.5K 479 13
                                    

— Tifóne —



01 : Siapa?








Namaku Kim Jisoo. Aku terlahir di keluarga yang menurutku biasa saja. Tak terlalu bergelimang harta, namun bisa dibilang berkecukupan.



Ayah dan ibuku memilih untuk menetap di luar kota selama beberapa tahun ke depan. Aku tak yakin kapan mereka akan pulang. Tetapi, hal itu tak membuatku merasa kesepian.



Setelah menyelesaikan pendidikanku di London, aku kembali untuk segera bekerja di sebuah perusahaan. Perusahaan di bidang retail. Cukup terkenal dan cabangnya ada di mana-mana. Aku juga cukup menikmati pekerjaanku.



Beberapa rekan kerjaku sempat bergunjing ketika sedang makan siang. Tak sengaja ku dengar percakapan mereka. Walaupun tidak mengerti, setidaknya aku hanya menangkap kesimpulan bahwa sang pemilik perusahaan akan menurunkan jabatannya untuk diwariskan kepada anak pertamanya.



Mereka semua tidak tahu siapa penerus perusahaan ini, karena konon pewaris perusahaan itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya di sini. Aneh, kupikir. Semestinya ia harus tahu akan seluk beluk perusahaan jika memang akan menjalankan perusahaan ini nantinya.



Sampai suatu saat, aku dan rekan kerjaku tak sengaja melihat sebuah mobil sedan hitam yang terlihat mewah itu berhenti di depan perusahaan tempatku bekerja.



Sampai suatu saat, aku dan rekan kerjaku tak sengaja melihat sebuah mobil sedan hitam yang terlihat mewah itu berhenti di depan perusahaan tempatku bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seseorang keluar dari mobil itu dan segera memasuki pintu utama kantor yang terbuka otomatis. Langkahnya tergesa diikuti beberapa pria berjas di belakangnya. Kami tak mengenali pria itu. Kami kira, dia adalah pewaris yang dimaksud.



Kabar kedatangan sang putra sulung pemilik perusahaan begitu menyebar dengan mudahnya. Para petinggi perusahaan sepertinya kini sedang mengadakan rapat besar.



Ketika akan mampir ke lobby utama untuk menanyakan berkas yang dimaksud oleh manajer utama, aku melihat orang itu.



Dia melewatiku yang sedang mencuri pandang padanya, setelah itu aku menunduk untuk menghormati semua petinggi yang baru saja lewat.



Namun ketika aku kembali menegakkan badan dan memilih berbincang dengan resepsionis mengenai dokumen itu, semua orang yang tadi melewatiku berhenti. Kemudian terlihat dari sudut mataku salah satu dari mereka menghampiriku.



"Jisoo, kan?" sang resepsionis hanya bisa menunduk dan memberi kode bahwa ada seseorang di sampingku.



Aku lantas menoleh. Dia tersenyum padaku.



"Bener ternyata, gue Taeyong"



Sebentar, aku sedang berpikir. Kembali mengingat siapa orang ini. Dan yang ku ingat dia hanyalah penerus perusahaan ini.



"Lee Taeyong, lo lupa ya?"



Lee Taeyong? Ah! Aku ingat nama itu, dia teman lamaku. Tapi, siapa orang di depanku ini? Terlihat berbeda sekali dengan Lee Taeyong yang dulu. Aku hanya tersenyum padanya sembari menyangkal tuduhan bahwa aku lupa padanya. Namun dia ada benarnya sedikit sih.



"Udah lama banget ya, gue seneng bisa ketemu lo di sini. Lo kerja di sini?" aku hanya mengangguk, aku gugup karena beberapa orang mulai berbisik-bisik di sekitarku.



"Hmmm... oke Jisoo, gue harus pergi dulu. Kapan-kapan kita harus ketemu lagi" aku hanya membalas senyumnya setelah ia melirik jam di tangannya, dan tentu kembali membungkuk hormat.



Dia pergi dari kantor dengan beberapa mobil yang mengikutinya dari belakang. Aku sempat kehilangan kata-kata karena harus mencerna semua fakta mengejutkan ini.



Pulang ke rumah dengan keadaan yang masih bingung. Mengingat wajahnya yang tampak begitu berbeda. Dulu ia terlihat sangat polos dan lugu. Semua ingatan wajah Taeyong saat dulu begitu saja sirna ketika melihat wajahnya yang sekarang.



Aneh, dia semakin menjadi tampan. Dulu saja dia sudah tampan, sekarang malah semakin tampan. Ah, aku jadi teringat masa lalu ketika kami masih duduk di bangku sekolah.



Semua khayalan itu lenyap ketika lampu kamar ku matikan. Hari semakin larut dan aku harus mengistirahatkan diriku untuk hari esok yang lebih baik.



Tak ku sangka, aku akan merasa sesemangat ini untuk menunggu hari esok datang.










Tifóne



_gzbae_
© 2019

TifóneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang