3

2.5K 361 17
                                    

Tifóne —



03 : Sebuah Solusi






Seharusnya aku tak banyak berharap. Bodohnya aku yang semalaman memikirkan kapan Taeyong akan menghubungiku. Alhasil aku kekurangan tidur. Saat bangun aku merasa tak sesegar seperti kemarin.



Dengan langkah gontai, aku memilih untuk segera mandi. Karena hari ini aku akan kembali bekerja. Siklus hidupku memang sudah terbiasa seperti ini. Saat selesai kuliah pun sama. Aku hanya harus berangkat, lalu bekerja, dan kemudian langsung pulang.



Aku belum mendapat shift lembur. Tapi sepertinya kalau ada event dadakan, aku pasti akan lembur.



Dan benar saja, hari ini akan diadakan acara amal perusahaan. Ini tentu melibatkan beberapa klien naratama yang menyumbangkan dana mereka untuk perusahaan.



Aku bahkan tak sempat untuk beristirahat, aku harus merevisi bagian yang menurut manajer utama itu kurang tepat. Dan itu sangat memakan waktu.



Saat semua rekan kerjaku selesai istirahat, mereka kembali mengerjakan tugas mereka masing-masing. Salah satu rekan kerjaku, Seulgi, membawakanku camilan. Aku sangat berterimakasih padanya.



Beberapa menit setelah semua orang kembali bekerja, ada suara ketukan pintu dari luar ruangan kantor divisi kami.



"Siang semuanya"



Semua orang di dalam ruangan langsung berdiri ketika melihat Taeyong masuk membawa sebuah kotak yang cukup besar yang ia jinjing. Mereka semua menyapa Taeyong, aku pun sama.



"Siang pak Taeyong. Ada yang bisa kami bantu pak?" tanya manajer utama. Taeyong sempat melirik area sekitar, dan matanya berhenti padaku. Kemudian ia kembali berbincang pada manajer.



"Ah tidak pak Seokjin, saya ke sini hanya untuk membagikan makanan untuk tim marketing"



"Wahhh terimakasih banyak pak Taeyong" manajer utama kami, pak Seokjin menerima kotak makanan dari Taeyong.



"Ayo semuanya ambil satu-satu. Wahhh ini dari pak Taeyong. Makasih banyak pak"



"Iya pak Seokjin. Ayo semuanya jangan sungkan, maaf cuma bisa bawa segini"



"Aduh pak, ini segini udah banyak loh pak. Makasih"



Ketika Taeyong dan pak Seokjin masih saling berbincang, aku hanya terdiam dan memilih kembali untuk mengerjakan tugasku yang sudah seperti dikejar deadline.



Aku tak memperhatikan sekitar, hanya fokus pada layar komputer. Tahu-tahu saja ada sebuah botol minuman isotonik tersodor di hadapan komputerku. Aku yang merasa terganggu langsung menatap nanar sang pemberi minuman itu.



Namun nyaliku ciut karena Taeyonglah sang pemberi itu. Ia meletakkan minuman untukku di meja yang tertera kertas berwarna merah muda di sampingnya. Di dalamnya hanya bertuliskan kata 'Semangat Jichu ❤'. Berlebihan sekali.



TifóneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang