— Tifóne —
16 : Fakta
Mataku membuka dengan cepat, aku lagi-lagi terbangun dari mimpi burukku. Nafasku tersengal, bangun dari tidur rasanya seperti berlari beberapa kilometer saja. Peluh bercucuran di sekitar dahiku. Yang pertama kali ku lihat adalah Sooyoung yang sedang memegang bahuku dengan raut kekhawatirannya."Nona gak apa-apa?" aku mengangguk pada Sooyoung.
"Tadi tuan Lee minta bantuan saya buat meriksa nona yang jerit-jerit dari pagi tadi." Jadi sedari aku tertidur, Taeyong berada di sini? Ah entahlah, kepalaku pusing untuk memikirkannya.
"Jam berapa ini, Joy?"
"Sudah jam tujuh pagi nona, biar saya siapkan air hangat untuk nona." Aku hanya mengangguk. Kepalaku sangat pusing. Bayang-bayang Taeyong dalam mimpi itu masih saja terngiang dalam benakku. Dan hal itu membuatku kembali merasa takut.
Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamar. Langkahku terhenti tepat di depan pintu kamar. Di sana sudah ada Taeyong yang terduduk di sofa, dia terlihat gelisah. Taeyong menyadari kehadiranku di dekatnya, lalu ia segera bangkit dari duduknya. Kami saling pandang untuk beberapa saat.
"L-lo gak apa-apa, Jis?" Taeyong mengelus tengkuknya, dia terlihat kaku. Untuk pertama kalinya setelah beberapa hari, Taeyong kembali menyapaku.
Aku tersadar jika ini bukanlah mimpi. Taeyong benar-benar ada di sini. Aku kembali teringat akan mimpi buruk yang ku alami semalam. Taeyong lantas menghampiriku yang masih terdiam dengan raut wajahnya yang terlihat khawatir. Dia tiba-tiba saja merengkuhku ke dalam pelukannya.
"M-maafin gue Jisoo" ku dengar isakan kecil dari Taeyong.
Aku membalas pelukannya. Mataku terpejam untuk sesaat di pelukan Taeyong. Ku coba menghirup parfum febreeze nya yang sangat khas itu. Kami mempertahankan momen ini untuk beberapa saat. Taeyong tak berhenti mengatakan permintaan maafnya. Walaupun aku tak mengerti dengan maksudnya kali ini, namun aku berusaha untuk memahami Taeyong.
Mimpi semalam itu seperti sebuah pertanda bagiku. Taeyong benar-benar meminta maaf padaku, tanpa sebuah alasan yang pasti.
Kami akhirnya sarapan bersama lagi. Taeyong begitu berbeda, dia sudah kembali. Apa yang membuatnya seperti ini? Hanya satu pertanyaan itu yang berputar di pikiranku. Dia semakin membuatku bingung saja.
"Nona, ada panggilan dari tuan Kim"
"Hng? Ayah?" aku beranjak dari dudukku untuk menuju ruang utama. Lalu aku menerima telepon dari ayah.
"Iya ayah?"
"Apa? Ke London?"
"Sekarang yah? Oh... oke Jisoo bakalan ke sana sekarang sama—" aku melirik Taeyong yang sedang makan. Namun sesaat setelahnya, ayah menginterupsi kata-kataku.
"—ah enggak, oke Jisoo dateng sendirian aja." Panggilan telepon berakhir, aku memilih melanjutkan makanku.
"Kenapa?" tanya Taeyong padaku.
"Nggak, ayah cuma ngabarin aja." Aku terpaksa harus berbohong pada Taeyong, dia hanya mengangguk tak banyak bertanya seperti biasanya.
Aku pergi ke kantor bersama Taeyong, dia yang meminta untuk pergi bersama. Awalnya aku menolak, namun dia tetap bersikukuh untuk berangkat bersamaku. Aku jadi teringat dengan kenangan masa lalu kami saat dia menginap di rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tifóne
FanfictionApa yang lebih menyakitkan ketika aku sama sekali tidak mengetahui bagaimana cara untuk mencintaimu? Highest rank : #1 in yongsoo (8 Feb 2020) Start 1-12-2019 End 12-12-2019 © _gzbae_