5

1.8K 277 6
                                    

— Tifóne —



05 : Aku-Kamu








Kurang lebih sudah satu minggu sejak kejadian Taeyong mengajakku menikah. Aku selalu memikirkan ajakannya itu. Dia juga sudah tidak menginap lagi di rumahku. Kami sejauh ini baik-baik saja. Taeyong kadang mentraktirku makan di luar.



Seperti sekarang, dia sedang memilih makanan pada menu yang ia pegang di hadapanku. Setiap bertemu, alasan Taeyong selalu sama, dia ingin makan bersamaku.



Taeyong masih fokus memilih makanan, sementara aku diam-diam melihat ekspresinya.



"Taeyong, gue mau ngomong bentar" ia melirikku sebentar, ia menutup buku menu dan memilih untuk menatapku sepenuhnya.



"Kali ini soal apa?" kami sering bercerita, tetapi Taeyong jarang bertanya seperti ini. Artinya ia sedang serius.



"Ehm, soal ajakan lo itu"



"Lo udah dapet jawabannya?"



"Gue mau mastiin dulu. Kenapa lo ngajak gue nikah?"



"Simple, lo sama gue sama-sama disuruh nikah sama orangtua. Dan setau gue, kagak ada yang suka sama lo dari dulu"



Aku menertawakan Taeyong di dalam hati. Dia tidak tahu saja, jika dulu para laki-laki di sekolah sangat menggilaiku. Aku hanya menolak mereka karena kesetiaan persahabatanku dengan Taeyong.



Walaupun sepertinya bukan begitu, aku menolak mereka karena aku hanya menyukai Taeyong. Tetapi laki-laki itu hanya menganggapku sebagai seorang sahabat. Ku pikir tak apa, asalkan kami selalu bersama.



"Serah lo"



"Hahah bercanda Jisoo. Jadi gimana? Lo mau nikah sama gue?" Taeyong menopang dagunya.



"Yaudah iya gue mau"



Setelah mengatakan itu, Taeyong merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana.



Taeyong membuka kotak merah beludru itu. Di dalamnya terdapat cincin berlian yang sangat indah. Aku tertegun untuk sesaat sembari membekap mulutku.



"Gue bawa ini setiap hari. Jaga-jaga kalau lo ngutarain jawaban atas ajakan gue waktu itu. Gue tunggu-tunggu tapi lo gak ngomongin ajakan gue terus. Lama banget sih lo mikirnya, gue hampir aja nyerah dan mau batalin aja semuanya. Eh tapi hari ini lo akhirnya ngomongin hal ini juga. Jujur, gue seneng banget..."



Taeyong meraih jemariku. Lalu memasukkan cincin itu di jari manisku. Taeyong tersenyum ketika melihat cincin itu pas di jariku.



"Makasih banyak..."








"... Lee Jisoo."



Taeyong mengecup tanganku dan kemudian memegangnya erat.



Aku tak bisa membendung air mataku. Ini sangat tidak ku sangka. Perasaanku pada akhirnya terbalas juga.



TifóneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang