7

1.5K 240 3
                                    

— Tifóne —



07 : Ikrar









Sepulang kerja, Taeyong ingin aku ikut dengannya untuk menyiapkan hari pernikahan kami. Singkatnya, kami sudah mengunjungi semua tempat yang berkaitan dengan hari spesial kami yang akan diselenggarakan besok.



Hari ini cukup melelahkan, Taeyong tidak pulang ke rumah super mewahnya. Dia memilih menginap di rumahku. Dia sempat berkata bahwa dia tidak bisa tidur jika dia berada di rumahnya.



Ku pikir dia sedang gelisah. Taeyong tak bisa membohongiku. Dia begitu tenang, padahal jauh di dalamnya dia sedang gugup.



Aku mendekatinya ketika dia sedang duduk di sofaku. Dia sedang menonton televisi, tetapi sepertinya televisi yang sedang menonton dia melamun.



"Hey, kenapa?" aku meraih tangan Taeyong. Menggenggamnya erat untuk menyalurkan kehangatan di telapak dinginnya.



Dia tersadar lalu hanya tersenyum singkat.



"Gue cuma... ah gak tau"



"Lo gugup ya?" tak ku sangka, dia mengangguk pelan. Setelahnya ia berbaring di pangkuanku.



Aku hanya bisa mengelus rambutnya. Ku lihat dia memejamkan mata. Taeyong nampak lelah. Untuk beberapa saat kami bertahan dalam posisi seperti ini, karena Taeyong sendiri yang memintanya. Aku hanya menurut saja.



"Yong, pindah ke kamar. Di sini dingin" sahutku beberapa saat setelah Taeyong kembali tersadar dari tidur singkatnya.



Taeyong tak banyak bicara, ia lalu pergi meninggalkanku sendiri di sini. Langkahnya gontai, ia masih ingin melanjutkan tidurnya.



Aku menonton televisi sendirian. Hanya menampilkan serial film romantis. Aku sempat menyimaknya. Cerita dalam film itu begitu bagus. Mereka memiliki akhir cerita yang indah. Aku kembali membayangkan jika kisah asmaraku bersama Taeyong bisa seperti dalam film itu kelak. Tak sengaja aku tertidur di sofa setelah film itu selesai.



Aku terbangun ketika mendengar suara pintu masuk rumahku tertutup. Ku lihat sekitar rumah, tidak ada siapapun. Dan seingatku, aku tidak memakai selimut ini.



Ku lihat meja di sebelahku, di sana terdapat sandwich, telur dadar dan susu putih. Ada juga note kecil berwarna biru.



'Jis, aku pulang duluan. Ini ada sarapan buat kamu. Dimakan ya. See you at the altar. Hehehe'



Aku tersenyum setelah membaca kalimat terakhirnya.



Hari ini aku dijemput oleh ayah dan ibu untuk segera bersiap-siap. Selama di perjalanan, ibu selalu mendekapku, beliau nampak bahagia sekali.



Singkatnya, aku sudah didandani oleh beberapa orang profesional yang dibayar oleh Taeyong. Ku lihat pantulan diriku di cermin. Aku begitu terkejut ketika membuka mataku. Riasan ini cukup sederhana, aku suka sekali. Ibu yang melihatku langsung menangis, sepertinya ibu belum siap melihatku menikah.



Aneh, saat dahulu beliau selalu membicarakan pernikahanku. Tetapi lihat sekarang, ibu malah banyak mengeluarkan air mata kebahagiaannya. Sementara ayah tidak banyak bicara, beliau hanya tersenyum lebar setiap saat.



Dan kini, aku berdiri di hadapan pintu kayu megah yang akan membukakanku menuju altar pernikahan. Aku menautkan tanganku pada ayah. Sementara tanganku yang lain memegang bunga.



TifóneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang