Dua Belas : Merebutmu dengan paksaan

2.4K 196 13
                                    

Oline tahu, dia tidak bisa terus -menerus menyiksa dirinya. Dia tidak boleh terus menutup hatinya untuk tidak menerima cinta yang lain. Seketika terbayang sesosok orang yang ada disekitarnya selama ini.

"Astaga! Kenapa aku jadi membayangkan dia?" Oline membelakakan matanya, tidak percaya apa yang dipikirkannya.

"Oline... sadarlah, kamu belum resmi menjanda! Hihhh... lagipula dia hanyalah..." Oline menghentikan kalimatnya saat melihat Axel yang berdiri dihadapannya. "Mau apa kamu kesini?"

Axel tidak gentar saat Oline menatapnya sinis, "Aku mau ajak kamu jalan-jalan."

"Hahaha, gila kamu! Setelah sekian lama, kamu mau mengajak aku jalan-jalan? Kamu kesambet? Aku gak habis pikir kalau mau masih berani datang kerumahku."

"Sebelum ketok palu, kamu masih sah istriku, Lin." Axel mengambil tempat duduk disamping Oline dan memandang wajah Oline yang tampak tidak suka, "Aku mau kamu ikut denganku hari ini."

"Xel, sudahlah..."

"Ini soal Mamaku, Lin. Dia sakit. Dia merindukanmu." lirih Axel menatap manik mata Oline. "Dia sangat ingin bertemu dengan kamu, Lin. Aku mohon, kamu ikut denganku."

"Mama sakit? Sakit apa?" Oline bereaksi sesuai keinginan Axel, wanita itu sangat mengkhawatirkan Ibunya yang sangat menyayangi Oline melebihi dirinya sendiri yang merupakan anak kandungnya.

"Mama terkena serangan jantung, mama sekarang dirawat di rumah sakit. Kamu mau ikut aku kan?"tanya Axel serius.

"Tentu saja, masalah diantara kita tidak akan mengurangi rasa sayangku pada Mama, kenapa kamu gak kasih tahu aku lebih cepat?" Oline segera bergegas masuk ke dalam rumah, bersiap untuk pergi dengan Axel.

"Maafkan aku." ucap Axel yang juga ikut masuk ke dalam rumah mengikuti Oline yang bersiap-siap. Mata Axel menyusuri seluruh pandangan dalam rumah orang tua Oline. Sepi. "Kemana Mama dan Papamu?"

"Keluar kota, mereka sedang ada acara. Untung saja mereka tidak ada, kalau gak kamu akan dihabisi oleh orang tuaku. Aku juga gak akan diperbolehkan menjenguk Mama. Ayo, jalan." Oline sudah mengganti bajunya dengan kaus biasa. Axel melihat Oline dengan pandangan takjub, entah kenapa Oline jadi tidak paham.

"Kenapa?" tanya Oline yang bingung.

"Kamu cantik walaupun hanya pakai kaus." seulas senyum ditampilkan Axel.

Oline tidak menanggapi pujian itu, dia hanya terus melangkah menuju pintu rumah untuk segera berangkat bersama Axel. Oline mencegah dirinya untuk terbang melayang mendengar pujian Axel yang memujinya. Ingat, Axel hanya memuji karena sedang meminta Oline menjenguk Ibunya yang sakit. Tidak lebih.

Toh juga hati Oline sekarang tidak seutuhnya lagi dimiliki oleh Axel, saat ini Oline mulai membuka hatinya untuk seorang yang baru dalam kisahnya yang akan menggantikan kesedihannya menjadi kebahagiaan.

Dalam perjalanan menuju rumah orang tua Axel, Oline hanya memandang kearah luar jendela. Matanya tidak mau melirik ke arah Axel yang juga turut diam dalam perjalanan. Hanya suara deru mesin yang meliputi perjalanan mereka berdua.

"Loh, ini kita mau kemana?" tanya Oline yang akhirnya bersuara karena arah perjalanan Axel berbeda.

"Sebentar, aku mau beli sesuatu dulu. Kita ke supermarket." ucap Axel dengan pamdangan masih menatap jalan dengan serius.

Tidak ada pembicaraan lagi, Oline juga tidak menaruh rasa curiga dengan Axel yang membawanya dalam perjalanan arah yang berbeda.

Seutas senyum muncul di bibir Axel. "Kamu akan menjadi milikku lagi, Lin." bisiknya tanpa Oline dengar.

No Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang