Chapter 5

2.5K 221 19
                                    

Nam Joon tidak bisa mengontrol ekspresi barang sedetik. Terbukti netranya kian membesar setelah ucapan Ye Rin barusan. "Apa kau lupa tiga minggu lagi High K berulang tahun? Ayahku tidak akan menyetujui hal ini."

Ye Rin tersenyum. Tidak tahu mengapa ia harus tersenyum alih-alih memutar mata seperti biasa. Ia berdiri, mengitari studio milik Nam Joon sekadar melihat ornamen terbaru yang pria itu pasang. Menyentuh salah satu ornamen dari karang asli. Mengagumi tekstur indah tersebut lamat-lamat.

"Aku tidak akan melewatkannya. Atur saja vakumku satu bulan dari sekarang. "

"Baiklah. Tapi...." Nam Joon berhenti bicara. Memerhatikan Ye Rin yang mendongak dari hiasan cantik tersebut. Menatap bingung ke arah Nam Joon. "Kau tahu, kau adalah pundi-pundi emas High K. Menyanyi, berakting, model, bahkan jadi pembawa acara pun kau tetap menjadi sorotan."

Ye Rin meletakkan ornamen karang kembali ke tempat. Duduk di kursi kerja Nam Joon, meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri. Tidak mudah bagi Ye Rin mempertimbangkan semua hal demi mencapai sebuah kebahagiaan. Tidak mudah pula baginya memutuskan segala sesuatu, terlebih meninggalkan bidang yang terlanjur ia gemari agar mimpi lain terwujud. Namun fase-fase itu sudah terlalu lama Ye Rin lewati. Terlalu lama Ye Rin pertimbangkan hingga ia siap melangkah tanpa harus dibebani masing-masing pihak.

"High K tidak hanya memiliki aku, kan? Lagipula ini hanya sebentar. Satu tahun tidak akan lama." Ye Rin menerawang langit-langit studio Nam Joon dengan seulas senyum tipis. "Ayahmu juga harus melihat bakat-bakat lain, Nam Joon. Hwa Young pandai berakting. Dia jarang mengulang sampai lima kali saat syuting MV. Kau juga harus lihat kemampuan bermusik Fawn, tonjolkan dia dan biarkan dia berkarir solo. Gadis itu mampu menyita perhatian publik karena darah seni mengalir dalam tubuhnya."

Ye Rin menatap Nam Joon. Membiarkan pria itu mencatat baik-baik informasi yang ia berikan. "Dan Naomi. Kau yang paling tahu bakat sepupumu. Dia adalah model berkelas. Ia juga cocok disandingkan dengan Tae Hyung jika kalian ingin memulai debutnya sebagai pemain drama. Mi Yeon juga seorang penari terbaik. Bersama Ho Seok, mereka adalah partner luar biasa. Dia juga bisa menjadi pembawa acara. Sisanya aku yakin ayahmu tahu bahwa dalam High K tidak ada yang tidak berbakat."

Nam Joon terkekeh pelan. Bertepuk tangan bagai memberikan applause pada pemenang kuis berhadiah seratus juta won. Ia tersenyum manis, memperlihatkan lesung pipi yang kian hari kian memikat gadis-gadis. "Kau tahu Ryu Ye Rin, kau adalah leader terbaik yang pernah kukenal."

***

Senja terlihat manis di langit Seoul. Gradasi warna oranye serta pink membungkus perempat cakrawala, membuat siapa saja berhenti sekadar mendongak beberapa detik menatap panorama indah. Salju tidak jua turun meski petang hampir terjelang. Membiarkan alam sekitar beku tanpa hiasan putih menyelimuti.

Dua pria bermantel tebal berjalan bersisian. Menikmati waktu bersantai di sela kesibukan berlatih memantapkan gerak tari maupun suara. Mereka menelusuri trotoar, tidak saling berkonversasi bagai orang asing. Tidak saling bercakap bagai tidak mengenal satu sama lain.

Pria dengan syal abu-abu mendongak menatap langit, mengembuskan napas cukup keras hingga terdengar sang partner di samping. Pria di sampingnya kemudian menoleh, menjinjing sebelah alis mempertanyakan arti embusan napas tersebut. Namun pria syal abu tidak berusaha memberi penjelasan, berjalan cepat guna sampai tempat tujuan. Meninggalkan temannya jauh di belakang.

"Udara semakin dingin," teriak si pria syal abu memecah keheningan. Gegas-gegas membuka gerbang, menunggu hingga sang teman masuk ke dalam. "Kita tidak boleh sakit kan?"

Sang pria yang tidak memakai syal mengangguk mengiyakan. Berangsur membuka pintu rumah, melepas alas kaki kemudian menghidupkan penghangat ruangan. Keduanya duduk di sofa. Melepas mantel setelah udara dingin terkikis, terganti hangat berpendar memenuh sesaki ruangan.

Sweet Dreams (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang