Dari pagi satu hingga pagi lain yang Ryu Ye Rin lewati tidak pernah terasa sehebat ini. Tidak pernah senyaman ini terbangun di ranjang hotel dengan sisa-sisa bau pergulatan semalam. Bahkan ketika tidak ia jumpai sosok putih yang menggagahi, ia tidak merasakan perasaan sakit. Seperti sudah mengerti bahwa porsi hubungan di antara keduanya cukup sebatas proposisi membuat anak.
Disibaknya poni yang menutup kening sembari membenarkan letak selimut. Masih enggan meninggalkan ranjang saksi bisu betapa hebat percintaan mereka semalam. Bahkan Ye Rin masih terbayang bagaimana Yoon Gi memperlakukannya seperti kaca rentan pecah. Masih terbayang bagaimana lenguh puas Min Yoon Gi membumbung tinggi di udara. Membuat Ye Rin harus menggigit bibir guna meredakan ingatan erotis tersebut.
Ye Rin lantas duduk menyandarkan punggung di kepala ranjang. Kini tidak peduli jika mungkin bagian tubuhnya terekspos, memperlihatkan bercak-bercak merah yang ditinggalkan Min Yoon Gi. Beberapa bercak itu bahkan terlihat melebar dan tidak akan pulih setidaknya dua atau tiga hari ke depan. Dan entah mengapa hal tersebut justru membuat Ye Rin memetakan senyum. Seakan baru saja disentuh oleh sang pujaan hati.
Ye Rin menghela napas. Beberapa kelopak mawar tersisa di atas ranjang membuat ingatan panas semalam makin menjadi. Yang bahkan seharusnya tidak boleh ia miliki mengingat hubungan ini tidak dipondasi oleh perasaan suka. Namun kendati otak mengerti porsi sesungguhnya, ia masih jua ingin mengabadikan momen tersebut lebih lama. Merekam untuknya sendiri sebagai pengingat bahwa sang putra yang tumbuh nanti berasal dari hasrat menggebu ayah biologis dan sang ibu.
Seberkas senyum terpeta di wajah Ye Rin. Makin melebar ketika ponselnya berderit-derit memperlihatkan nama Es Kutub Selatan di sana. Gegas jari jemarinya menari lincah, menggeser tombol hijau tanpa perlu diperintah dua kali.
"Kupikir kau tidak akan bangun hingga empat jam ke depan."
Suara dari seberang sambungan membuat senyum Ye Rin kian merekah. Lihatlah, bahkan pria yang baru beberapa jam bersama dirinya itu terlihat semakin sombong. "Maaf saja. Tapi aku tidak terbiasa bangun terlambat."
"Meski baru saja selesai bercinta dengan hebat?" Dari seberang Min Yoon Gi mendendang tawa. Benar-benar tidak merasa malu sedikit pun berbicara kotor di hadapan seorang wanita. Dan hal tersebut membuat Ye Rin semakin merasa rileks. Ia memutar-mutar selimut tidak bisa menyembunyikan senyum.
"Oh, ya. Tentu saja. Dua ronde tidak akan membuatku selelah itu, Produser Min," balas Ye Rin tidak kalah sombong. Dan tawa Min Yoon Gi menggema lagi. Membuat Ye Rin terheran melihat bagaimana cara pria itu bersikap padanya. Sangat berbanding terbalik dengan penilaian orang-orang yang mengatakan bahwa pria itu tidak terlalu bisa berekspresi.
"Omong-omong, maaf meninggalkanmu terlebih dahulu. Kakak mengancam akan mengebiriku jika tidak datang dalam tiga puluh menit."
Ye Rin merasa hal tersebut bukanlah sebuah kesalahan fatal. Merasa sudah sewajarnya ditinggal mengingat mereka memulai hubungan tidak melibatkan unsur perasaan. Maka dari itu ia menggeleng lalu menggumam kata tidak. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa Yoon Gi sudah sering membawa wanita berbeda di tiap malam dan mengapa ia harus kecewa dengan keputusan sepihak pria itu?
"Kau tidak perlu khawatir, Produser Min. Sebentar lagi aku akan bergegas ke agensi." Ye Rin menatap jam yang tertera di nakas. Segera teringat janji latihan dengan Jeon Jung Kook untuk pertunjukan tiga minggu lagi. "Tapi aku sedikit ragu bisa pulang dengan pakaian yang kukenakan semalam."
Kekehan Yoon Gi terdengar begitu merdu di telinga. Membuat Ye Rin betah untuk tidak beranjak asal pria itu tidak menutup telepon. "Aku lupa mengatakan padamu tentang baju dan pakaian dalam baru yang sudah kusiapkan di sofa. Mmm... Kurasa kakakku akan segera menggedor kamar mandi jika aku tidak segera keluar. Jadi, sampai jumpa hari Rabu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams (M)
FanfictionRyu Ye Rin mencari kebahagiaan sementara Min Yoon Gi mencari kepuasan. Lalu bagaimana jika mereka bertemu dan membuat satu proposisi? Inspired by The Proposition © Katie Ashley